Bibi memberikan makanan kepada Jeno dan ayah Jeno akan tetapi tidak dengan Karina.

"bibi, kenapa tidak mengisi makanan ke piring Karina juga?" tanya ayah.

Karina melihat bibi yang melihatnya masih dengan tatapan aneh itu. Karena memberikan senyum paksanya.

"tidak perlu paman, aku bisa mengambilnya sendiri. Ibu selalu mengatakan untuk mengambil makanan sendiri." Kata Karina.

"ibumu memang seperti itu, paman sudah tahu. Ibu kalian mengajarkan kalian hal yang baik sehingga membuat kalian bisa hidup mandiri, tidak seperti anak ini, apa-apa saja harus selalu meminta bantuan pada bibi." Kata ayah, membuat Karina terkekeh pelan sedangkan Jeno memberikan tatapan jengkelnya.

Mereka pun makan bersama. Ayah Jeno dan Karina berbicara dengan baik, sesekali mereka akan tertawa bersama saat ada hal lucu. Tapi berbeda dengan Jeno, dia hanya menikmati makan siangnya dalam diam. Dia hanya akan berbicara jika ayahnya bertanya sesuatu yang dianggapnya perlu untuk dijawab saja, jika tidak dia akan lebih memilih untuk diam.

"apakah benar mereka berdua adalah ayah dan anak? Paman Choi sangat ramah lalu kenapa dia bisa sangat cuek seperti itu?" kata Karina di dalam hatinya.

Jeno dan bibi yang saling bertukar pandang pun berhasil menghentikan pikiran Karina. Karina merasa tidak enak karena merasakan sesuatu yang mungkin akan terjadi pada dirinya.

Bingo! Perasaan yang dikatakan Karina benar-benar terjadi saat tidak sengaja bibi menyenggol air putih membuat seragam yang dipakai Karina basah.

Karina segera bangkit berdiri diikuti dengan ayah Jeno yang khawatir dengan keadaan Karina. Jeno tertawa kecil.

"maafkan saya, saya tidak sengaja." Kata bibi dengan raut wajah menyesal.

"siapapun tahu kalau bibi sengaja melakukannya. Melihat bagaimana bibi melihatku dengan aneh sedari tadi." Kata Karina di dalam hatinya.

"tidak, tidak apa-apa bibi." Kata Karina pelan.

"bibi segera bawa Karina untuk menggantikan pakaiannya." Kata ayah, bibi mengangguk.

Bibi membawa Karina pergi menuju sebuah kamar. Sebelum Karina memasuki kamar yang dikatakan oleh bibi, bisa Karina lihat bibi dan Jeno saling bertukar senyuman.

Karina masuk ke dalam kamar bernuansa putih. Bisa dilihatnya kamar ini menampilkan aura polos dan mewah secara bersamaan.

"kamarnya sangat cantik." Kata Karina pelan melihat ke sekelilingnya.

"ini." Kata bibi memberikan handuk, Karina menerimanya.

"kamar mandi ada disitu, keringkanlah dirimu dikamar mandi." Kata bibi sambil menunjuk pintu di sudut ruangan itu.

"untuk pakaianmu akan saya siapkan diatas tempat tidur." Kata bibi lagi, Karina mengangguk mengerti.

"kalau begitu aku izin menggunakan kamar mandinya." Kata Karina dengan senyum canggungnya lalu masuk ke dalam kamar mandi.

Karina tetap memberikan tatapan kagum melihat isi dari kamar mandi tersebut.

"apakah ini benar kamar mandi? Ini lebih cocok dikatakan sebagai spa." Kata Karina takjub melihat fasilitas yang ada di dalam kamar mandi itu.

"huh... menjalani hari ini dengan banyak kejutan membuat badanku sedikit lengket. Lebih baik aku langsung mandi saja." Kata Karina lalu melepaskan semua pakaian yang menutupi tubuhnya lalu segera mandi.

-----

"ayah tahu kau sengaja." kata ayah pada Jeno yang masih duduk di meja makan.

"tidak, aku tidak tahu apa-apa." kata Jeno berpura-pura sambil memakan makanan di hadapannya.

From Message To RealityWhere stories live. Discover now