"kagum?" tanya Jeno sinis.

Karina berdecak kesal melihat raut wajah Jeno. Karina pun melihat ke arah lain untuk mengalihkan pandangannya dari Jeno.

"benar, aku kagum, benar-benar kagum. Tapi sekagum apapun aku, tidak ada tempat yang lebih baik daripada rumah ku sendiri." Kata Karina di dalam hatinya.

"kalian sudah datang ternyata." Kata seorang pria dari ruang tamu membuat Karina menoleh untuk melihatnya.

Karina melihat Jeno dengan artian ingin mengetahui siapa pria itu. tanpa mengeluarkan suara, Jeno mengatakan sesuatu yang membuat Karina mengangguk mengerti.

"selamat siang, apa kabar paman?" sapa Karina pada pria itu.

"selamat siang juga, kabar paman baik. Ternyata kau terlihat lebih cantik daripada di foto." Kata pria itu, Ayah Jeno, Choi Minho.

Karina tersenyum manis menanggapi perkataan ayah Jeno yang sangat baik dan ramah.

"kalian duduklah." Kata ayah Jeno ramah.

"iya." Kata Karina lalu berjalan ke arah ayah Jeno.

"aku ke kamar." Kata Jeno santai.

"bukankah ayah menyuruhmu untuk duduk?" kata ayah Jeno serius, Jeno menoleh.

"bukankah dengan membawa menantumu kemari sudah impas? Aku sudah membawanya dengan baik seperti perkataan ayah semalam." Kata Jeno tak kalah serius.

"impas? Apanya? Apa yang dipikirkan ayah dan anak ini?" kata Karina didalam hatinya.

"dasar bocah! Lalu untuk apa kau membawanya jika kau juga tidak menemaninya?!" kata ayah Jeno kesal.

"entalah! Pokoknya aku pergi." Kata Jeno lalu berjalan menuju kamarnya.

"jika kau tidak datang dalam 5 menit, kartu kreditmu akan ayah block." Kata ayah Jeno berteriak.

Mendengar itu Jeno pun berdecak kesal lalu berjalan dengan cepat menuju kamarnya.

"dia akan menurut jika kartu kreditnya adalah taruhannya." Kata ayah Jeno terkekeh, Karina tertawa pelan.

"duduklah." Kata ayah Jeno mempersilahkan Karina untuk duduk.

Karina mengangguk pelan lalu duduk di sofa yang berhadapan dengan sofa yang di duduki oleh ayah Jeno.

"bagaimana dengan sekolahmu? Apakah berjalan lancar?" tanya ayah Jeno.

"iya berjalan lancar sampai semalam, sebelum anak paman pindah ke sekolahku." Kata Karina di dalam hatinya.

"iya paman, sekolahku berjalan lancar." Kata Karina mengurungkan perkataannya.

"apakah Jeno memperlakukanmu dengan baik?" kata ayah Jeno.

"oh? Maaf! Untuk ini aku tidak bisa berbohong." Kata Karina di dalam hatinya.

"tidak terlalu paman." Kata Karina dengan senyum paksa.

"tidak terlalu? Apa dia memperlakukanmu dengan buruk?" tanya ayah Jeno.

"tidak juga, hanya saja tidak sebaik yang saya kira." Kata Karina.

"dasar bocah tengik! bagaimana dia memperlakukanmu di sekolah?" tanya ayah Jeno.

"asha! Apakah ini waktu yang tepat untuk balas dendam?" kata Karina didalam hatiya.

"pertama, dia menarikku dengan paksa ke rooftop sekolah, saat aku bertanya dia mengatakan ingin berbicara sesuatu, tapi haruskan menarikku dengan kasar?" kata Karina, ayah Jeno mendengus kesal mendengar perilaku anaknya.

From Message To RealityWhere stories live. Discover now