PART 8: Just Because

Mulai dari awal
                                        

Hari Jumat. Hari kedua tanpa kelas kuliah bagi Beomgyu. Oleh karena itu, pagi ini dia sudah berada di dalam mobil Yeonjun bersama pemiliknya. Kali ini dia akan menemani Yeonjun untuk tugas vlognya karena kemarin Beomgyu menawarkan diri sebagai kameramen.

"Lo gak ngantuk? Tadi bangun jam berapa?" Tanya Yeonjun sembari memarkirkan mobilnya dengan rapi. Mereka sudah sampai di museum seni, tempat pilihan Yeonjun sebagai lokasi vlognya.

Kali ini Beomgyu menahan kuapnya lalu menggumamkan kata iya, lalu mengumpulkan tenaga untuk menjawab pertanyaan selanjutnya. "Jam lima."

Yeonjun menoleh pada Beomgyu dengan tidak percaya. Mereka membuat janji untuk pergi ke museum bersama pukul delapan pagi, jadi untuk apa Beomgyu bangun sepagi itu?

"Kenapa pagi bener?" Beomgyu hanya mengedikkan bahu sebagai jawaban. Nyawanya masih tertinggal setengah di rumah.

Menyadari bahwa laki-laki dengan kemeja hijau tua dan celana jeans hitam pendek di sebelahnya itu masih sangat mengantuk, Yeonjun segera mengganti susunan rencananya. "Kita ke kafe sebelah museum dulu ya, beli kopi. Kurang pas kalo gak ngopi dulu." ucap Yeonjun sebelum mengajak Beomgyu keluar dari mobil dan Beomgyu menurut.

Kebetulan, pasangan sahabat itu memang penggemar kopi.

***

Waktu menunjukkan pukul 11.46 pagi saat pengambilan semua video-video yang Yeonjun butuhkan sudah selesai. Terhitung cukup cepat, mengingat sebelumnya Yeonjun mengira-ngira akan selesai lebih dari pukul dua belas siang. Mungkin ini dampak dari dibantu Beomgyu, yang sekarang sedang pergi ke toilet.

Selama menunggu Beomgyu, Yeonjun berada di pusat suvenir untuk melihat-lihat.

Fokusnya terhenti pada salah satu gantungan kunci motif abstrak dan lukisan alam berukuran 120 x 60 cm yang sama-sama bernuansa warna jingga. 

Untuk membalas kebaikan (dan keanehan) Beomgyu hari ini dan kemarin, Yeonjun membeli kedua suvenir tersebut tanpa berpikir panjang dan segera memilih opsi antar barang untuk lukisannya agar dapat langsung diantar ke rumah Beomgyu.

Alasan lain, karena dia tidak mau mendengar ocehan Beomgyu mengenai harganya.

"Jun!" sebuah suara riang memanggilnya dan Yeonjun hafal pemiliknya. Yeonjun menyapa Beomgyu balik dan kembali fokus ke suvenir-suvenir yang terpajang, bertingkah seolah-olah dia tidak melakukan apa-apa sebelumnya.

Melihat ada kemeja bermotif abstrak tipis di bagian bawah dengan nuansa hijau keabu-abuan dan coklat susu, Yeonjun mengajak Beomgyu untuk memiliki kemeja-kemeja tersebut bersama-sama dan Beomgyu menerima dengan senang. Selain karena motifnya yang unik, ini bukan pertama kalinya mereka memiliki barang sepasang. Barang kembar pun ada.

"Abis ini lo mau kemana?" tanya Beomgyu setelah memasang seat-belt-nya dengan rapi. Kedua laki-laki itu sekarang bersiap-siap untuk pulang setelah Yeonjun memastikan bahwa semua kebutuhan tugasnya sudah selesai. Yeonjun berpikir sejenak. "Gak kemana-mana palingan, mau ngedit videonya."

Beomgyu ber-oh ria dan sebelum dia menjawab, terdengar kalimat menyebalkan dari Yeonjun. "Kenapa? Takut kangen? Boleh nginep kalo kangen mah. Bilang aja." ujarnya dengan enteng.

Kalau saja Yeonjun tidak sedang menyetir sekarang, Beomgyu sudah meninju lengannya dan menendang pantat Yeonjun yang kepercayaan dirinya melebihi batas. Jadi karena itulah Beomgyu hanya berusaha tersenyum sambil menahan rasa kesalnya dan alhasil Yeonjun menertawakan senyum paksa tersebut.

Karena bagi Yeonjun, Beomgyu saat kesal itu lucu.

"Serius, emang kenapa?" tanya Yeonjun sambil mengelus kepalanya karena Beomgyu baru saja menjitaknya. "Bantuin makan lasagna-nya mama,"

POPULAR • Yeongyu [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang