Chapter 6 (Indonesian)

1 0 0
                                    

Tak lama setelah mengambil sebuah meja di samping jendela, seorang pelayan wanita datang dan memberi menu sebelum meninggalkan mereka. Sembari membuka dan membaca menu tersebut, Hikaru tak bias melepaskan matanya dari sosok wanita yang sedang duduk di seberang meja.

'Setelah dipikir-pikir, pakaiannya memang cocok untuk dia. Blus lengan pendek berwarna pink tersebut melengkapi warna kulitnya yang putih pucat, dan caranya mengatur pakaian sehari-harinya dapat terlihat dari jam tangan dan gelang yang sedang mode. Topi beretnya yang berwarna putih juga mencolokkan rambut pendek berwarna coklatnya yang berkilau di cahaya matahari seakan-akan...apa yang sedang aku pikirkan?' Hikaru bercerita di dalam benaknya, dan mukanya memerah saat memikirkan kalimat terakhir tadi.

Risa yang sejak tadi sedang membaca menu, tiba-tiba sadar akan tatapan tajam pria di seberangnya dan menjadi merah di muka. Mengarahkan perhatiannya kepada lelaki berambut gelap itu, ia membuka mulutnya pelan-pelan.

"Y-Yuuzaki-kun, bisa jangan terlalu banyak menatapi ku?" Risa dengan gelisah bertutur, dengan jelas berusaha menutupi pakaiannya dengan buku menu.

Hikaru yang sekarang menyadari bahwa kelakuannya membuat Risa tidak nyaman, memutuskan untuk melakukan hal yang sama dan menutupi muka merahnya dengan buku menu.

"M-maaf!" seru Hikaru.

"T-Tidak apa." Risa membalas dibalik buku menunya, suaranya lembutnya sedikit meretak. "Terima kasih."

Setelah pembicaraan singkat tersebut mati, situasi di antara mereka berdua menjadi semakin tegang, kesunyian menelan sekeliling mereka, baik itu karena kosongnya restoran maupun karena percakapan mereka. Tak lama, suara gerutu perut mereka yang kosong menghancurkan kesunyian situasi tersebut, dan mereka saling tertawa pada satu sama lain, dan pada diri sendiri.

"Bagaimna kalau kita memesan makanan sebelum perut keroncongan kita tanpa sengaja membuat simfoni Mozart?" canda Hikaru, tak lagi kaku dari pembicaraan tadi.

"Benar juga. Mau panggil pelayannya?" saran Risa. Warna wajahnya kembali ke warna semula.

"Baiklah. Permisi!" Hikaru mengangkat tangannya, memberi tanda kepada pelayan tadi bahwa mereka siap memesan.

Setelah memesan sarapan, mereka mengobrol santai sambal menunggu makanan mereka sampai, makanan yang sampai setelah 5 menit karena situasi restoran yang kosong.

"Mari makan." Deru mereka sambal menyatukan kedua telapak tangan di depan dada.

Setelah 10 menit makan, mereka berdua bersantai di meja sambil menghabiskan waktu.

"Gila, enak sekali masakan mereka." Ujar Hikaru, tangan kanannya menggosok perutnya yang sekarang terisi.

"Saya setuju. Makanannya murah juga! Terima kasih telah memberi tahu aku tentang restoran ini."ucap Risa, tangan kirinya mengelap sisa makanan di mulutnya menggunakan sebuah tisu.

"Hehe, tidak apa. Aku juga tidak sengaja menemukan restoran ini saat sedang mencari apartmen."

"Apartmen? Anda bukan dari sini, Yuuzaki-kun?" Tanya Risa, matanya melebar dari realisasi tersebut.

"Tidak. Aku dari Yokohama. Oh iya, Minase-san, kalau tidak salah kamu dari Tokyo, kan?"

"Iya benar, tahu dari mana?"

"Ah, aku tanpa sengaja melihatnya saat aku membuka dompetmu untuk mencarimu. Maaf!" Hikaru menyatukan kedua tangannya, sembari meminta maaf dan menunduk kepalanya.

"Ah, tidak apa. Bukannya aku juga sengaja menyembunyikan fakta itu." Risa meyakinkan pria muda tersebut.

"Untung saja." Hikaru menggosok dadanya, bahunya merelaks setelah Risa memaafkan kelakuannya.

"Sebentar. Minase? Seperti Minase Holdings?" Tanya Hikaru, sambil duduk di ujung kursinya setelah menyadari kesamaan antara marganya dan sebuah perusahaan besar yang terletak di Tokyo.

"Anda tau tentang Minase Holdings? Aku terkejut. Tidak banyak yang tahu tentang perusahaan itu." Risa menyeruput vanilla milkshakenya.

"Tentu saja aku tahu! Saham perusahaan ayahku sebagian besar dimiliki mereka!" Teriak Hikaru sambil berdiri, menarik perhatian semua pengunjung restoran, kemudian duduk di kursinya dengan malu.

"Hehe. Aku senang mendengar itu." Risa tersenyum lebar.

"Sebenarnya, aku cucu perempuan pemilik Minase Holdings."

"Tidak mungkin..." Tatap Hikaru tak percaya, bahwa seorang cucu dari sebuah perusahaan besar dan terkenal sedang duduk di hadapannya, bahkan mereka satu kampus dan satu jurusan!

"T-tidak apa, Yuuzaki-kun! Aku mungkin cucu pemiliknya, tapi aku sama sekali tidak punya kekuasaan di perusahaan itu. Aku hanya wanita biasa."

"T-Tapi—"

"Mari berbincang di tempat lain. Restoran ini mulai rame, dan aku yakin ada orang lain yang bisa menggunakan meja ini." Potong Risa sebelum ia memanggil sang pelayan untuk tagihan mereka.

Setelah membayar dan meninggalkan restoran tersebut, matahari sudah mulai terbenam, dan saat mereka sampai di turunan, matahari sudah mulai menjadi oranye. Risa duduk di turunan berumput tersebut dan menepuk tanah di sampingnya, seakan-akan menandakan Hikaru untuk duduk. Dengan malu Hikaru berjalan ke arahnya dan duduk.

"Oh iya, waktu aku kemarin bertemu denganmu disini, kamu sedang menggambar, kan? Kamu suka menggambar?" Tanya Hikaru, mengingat gambar yang sempat ia lihat kemarin.

Risa mengangguk, tetapi matanya tak pernah melepas dari cakrawala.

"Minase-san?"

"Yuuzaki-kun, kenapa kamu datang ke kota ini?"

Hikaru, kaget dengan pertanyaannya, mengambil nafas berat dan menatap depan.

"Aku...tidak tahu. Untuk mencari jati diriku, mungkin?"

Risa melihat wajah Hikaru dari samping, muka seriusnya tak berubah.

"Yuuzaki-kun. Ingat semalam ketika aku memintamu untuk pulang dan meninggalkan apartemenku?"

Hikaru bersenandung, menandakan bahwa Ia ingat.

"Apakah kau tidak penasaran mengapa aku memintamu begitu?"

Hikaru melihat wajah Risa, wajah indah yang diterangi cahaya senja matahari.

"Aku akan berbohong kalau aku bilang aku tidak penasaran. Tapi kita baru bertemu kemarin, dan aku mungkin saja terlalu mengganggu privasi mu juga. Bahkan, aku yang harusnya meminta maaf padamu." Jawab Hikaru, matanya tak melepas dari mata Risa.

Risa menghela nafas berat, dan melempar sebuah batu di sampingnya ke aliran sungai.

"Yuuzaki-kun. Maukah kau mendengar ceritaku?"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 23, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ForbiddenWhere stories live. Discover now