Bagian Dua

7.2K 1.9K 237
                                    

     Sesuai dengan ucapan Chloe, manajer dari Deborah, pemilik tubuh yang aku rasuki ini, kami berdua lantas pergi ke rumah sakit. Dia sangat khawatir setelah aku mengaku bahwa aku tidak ingat apapun, bahkan pada namaku sendiri. Akhirnya Chloe menceritakan semua hal yang ingin kuketahui di sepanjang perjalanan menuju rumah sakit.

     Nama tubuh ini Deborah Rons, seorang model catwalk yang baru merintis karir selama tiga tahun terakhir. Aku merasa bersalah padanya karena seolah-olah aku telah merebut hidupnya, apalagi saat dia tengah naik daun. Gadis berusia dua puluh tiga tahun ini keturunan Asia Amerika, jadi tidak heran rambutnya berwarna hitam pekat. Tetapi menurut Chloe, Deborah tidak punya orang tua, dia yatim piatu dan dibesarkan oleh panti asuhan.

     Beberapa tahun lalu, Deborah pernah mengikuti ajang America's Next Top Model, dan berakhir di tujuh besar. Setelah tereliminasi, Deborah direkrut oleh agensi Zach Model Management dan masih bekerja di bawah naungan mereka sampai saat ini. Ya seperti yang kuduga, ZMM adalah milik Antonio Zach. Pria itu ternyata tidak mengelola satu jenis perusahaan saja, melainkan berbagai bidang sekaligus.

    Kuakui, Antonio itu cocok sekali menjadi menantu idaman. Sayangnya, ketiga anakku adalah pria. Kalau aku punya anak perempuan, pasti sudah kujodohkan mereka berdua.

     "Kau semakin terkenal setelah menjalin kasih dengan Antonio, sang CEO tiran.  Aku bahkan heran kenapa kalian bisa putus, padahal kau sangat tergila-gila pada pria itu," ungkap Chloe seraya mengemudikan mobil van berwarna putih yang sering kami gunakan untuk pergi kerja.

     "Kenapa mereka—ah maksudku, kami bisa putus? Apa yang dipikirkan Antonio, seharusnya dia bersyukur mendapatkan kekasih secantik Deborah Rons," ujarku tanpa sadar bicara menggunakan kata panggilan orang ketiga. Aku selalu lupa kalau aku sudah menjadi Deborah, bukan lagi wanita tua bernama Roselyn Hamberg.

     "Mungkin karena sudah muak denganmu." Chloe pun tertawa keras.

     "Muak kenapa?"

     "Kau terlalu clingy padanya, Deborah. Apa kau tidak ingat selalu mengancam ingin melukai dirimu sendiri jika Antonio tidak memenuhi keinginanmu. Baru dua hari kau putus dengannya, tapi kau sudah mencoba bunuh diri di kolam. Kau tak sayang pada nyawamu sendiri hah?" cerca Chloe membuat telingaku panas. Aku heran kenapa dia tidak kehabisan napas meski sudah bicara sepanjang itu.

     Jawaban Chloe di luar ekspektasiku. Aku kira, Deborah dan Antonio putus karena perbedaan sifat atau cara berpikir, ternyata hanya hal sepele seperti itu. Kalau memang benar apa yang dikatakan Chloe, aku setuju dengan Antonio. Bagiku, manusia yang tidak bisa menghargai betapa berharganya nyawa, tidak patut diberi hati.

     Ya Tuhan, kenapa aku harus mengisi jiwa yang kosong pada gadis menyebalkan ini? Lebih baik aku menjadi bayi yang tidak tahu apa-apa soal dunia.

     "Aku menyesal telah melakukan itu, maafkan aku. Aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Kejadian tadi pagi adalah yang terakhir."

     Chloe yang sedang menegak air mineral hampir tersedak setelah mendengar ucapanku. Dia tampak terkejut.

     "Kenapa?" tanyaku.

     "Aku hanya kaget. Sebelumnya, kau tak pernah meminta maaf atas apa yang sudah kau lakukan. Itu juga menjadi alasan kenapa Antonio sering marah padamu."

    Astaga, sejelek itukah sifat Deborah. Aku tak menyangka ada orang yang tak mau minta maaf kalau dia berbuat salah. Selama aku hidup sebagai pemimpin Hamberg Corp, tidak ada orang yang seperti itu. Mereka akan meminta maaf atas kesalahan sekecil apapun.

     "Kau sering melihat Antonio dan aku bertengkar?"

      "Tentu saja. Apartemen mewah yang kau tinggali sekarang kan adalah milik pria itu. Sebelum kalian putus, kalian tinggal bersama di sana."

Reinkarnasi Seorang Nenek Konglomerat [🔞TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang