Di sela-sela kepasrahan Hyunjin, ia tiba-tiba berteriak, "AAAAAAAAAAAAKKKKKHHHHHHHH."

Sesuatu yang tidak diketahui itu menarik tangan Hyunjin hingga seluruh tubuh Hyunjin ikut terbawa ke dalam lemari pakaiannya.

Brakkkk

Pintu lemari pakaian Hyunjin tertutup dan Hyunjin menghilang dari kamar tidurnya entah ke antah berantah mana.

.

.

.

Sudah 3 minggu sejak Hyunjin menghilang dan tidak ada kabar sama sekali, hari demi hari pun hanya Nayeon habisi dengan menangisi hilangnya Hyunjin.

"Istriku ... Ayo dimakan makanannya hm? Ini makanan favorit Hyunjin loh kalau kamu gak mau makan nanti Hyunjin sedih," Minhyun menawarkan sepiring sushi cantik di hadapan Nayeon.

Nayeon menatap sushi itu sejenak lalu tangisannya semakin kencang.

"E-eh? Sayang, kenapa tangisnya makin keras?" bingung Minhyun.

"H-Hyunjinku suka ... S-sushi ... Hiks ... H-Hyunjinku ... Hiks ..." tangis Nayeon.

Minhyun memukul pelan jidatnya sendiri. "Oh iya yah, kenapa aku malah bikin sushi buat istriku?" gumam Minhyun menyesal.

"Hiks ... A-anakku ... Anak satu-satunya yang ku punya ... Hiks ..." tangis Nayeon yang masih tidak mau mereda.

"Kalau begitu, di kulkas ada semangka-" ucapan Minhyun terpotong oleh Nayeon tiba-tiba.

"HIKSSSS HYUNJINNIEEE SUKA SEMANGKAAAAAAA!" teriak Nayeon tepat di telinga Minhyun.

Suara Nayeon yang bernada tinggi nan keras itu menggema dasyat di gendang telinga Minhyun bagaikan petasan kembang api hingga Minhyun harus menggosok-gosok pelan daun telinganya guna meredakan rasa gegap yang ditanggung.

"Eh ... Nasi sama sayur-sayuran aja mau?" tawar Minhyun dengan asal.

"HYUNJIN GA SUKA SAYURRRRRRRRRR!!!!!!!!!!!" Nayeon semakin ngegas menanggapi tawaran dari Minhyun.

"Duh terus maunya apa?" pasrah Minhyun.

"MAUNYA HYUNJINNNNNN HIKSSSSS!!!!!!" tangis Nayeon semakin keras.

.

.

.

DUAGHHHHH

"Ukh!" rintih Hyunjin.

"I-ini dimana?" gumam Hyunjin, Hyunjin pikir dirinya sedang berada di sebuah tebing yang curam.

Hyunjin melirik ke arah punggung tangannya yang terasa sangat nyeri, ternyata ini semua bukanlah mimpi semata. Darahnya bahkan masih senantiasa mengucur deras dari luka-luka tusukan di punggung tangannya itu.

Tapi untungnya, cakar dari sesuatu yang tadinya menancap di punggung tangan Hyunjin itu sudah terlepas entah ke mana.

Hyunjin menyelipkan sedikit dari bagian kaosnya ke dalam mulut, lalu menggigitnya erat. Kepalanya dimundurkan seiring dengan tangan kirinya yang menarik kuat kaosnya ke arah yang berlawanan dari kepalanya.

Bagian bawah dari kaos Hyunjin pun sobek membentuk kain kecil dan tidak terlalu panjang, namun cukup untuk menutupi luka perih dari punggung tangan kanan Hyunjin.

Hyunjin pun menggerakkan tangan kirinya dengan telaten untuk membalut luka tusukan pada tangan kanannya.

Karena kesulitan serta tidak berpengalaman, hasil dari balutan luka itu tampak berantakan. Sedangkan Hyunjin hanya tampak tidak peduli, yang terpenting baginya hanyalah luka itu sudah tertutupi.

Menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya kuat-kuat.

Itulah yang dilakukan oleh Hyunjin selama beberapa menit guna menetralkan dirinya yang dilanda kebingungan dan ketakutan.

Setelah selesai dengan urusannya itu, Hyunjin pun berjalan pelan untuk melihat keadaan sekitarnya sekaligus mencari jalan keluar dari tempat aneh itu.

Hyunjin ingat bahwa terakhir kali dia ditarik oleh cakar itu dan masuk ke dalam lemari hingga pada akhirnya jatuh terlempar di tempat aneh ini.

"Hwang ..." suara yang sangat familiar bagi Hyunjin kini kembali menyapanya.

Dengan cepat, Hyunjin langsung menghadap ke arah sumber suara di belakangnya.

Tampanglah seorang pria tegap yang tampan dengan tinggi sekitar 1,71 m, pria itu tersenyum ke arah Hyunjin hingga kedua pipinya memunculkan lesung pipi yang manis.

Hyunjin bahkan sempat terbuai sebentar oleh senyuman tampan itu.

Setelah menggelengkan kepalanya untuk mengembalikan kesadaran, Hyunjin pun bertanya dengan rasa ingin tahu yang tinggi, "Siapa anda?"

Hyunjin menggunakan bahasa yang sopan dan formal karena Hyunjin rasa pria di depannya ini pasti lebih tua darinya.

Pria itu harus mendongak ke atas dikarenakan tubuh Hyunjin yang lebih tinggi darinya.

"Besediakah Hwang untuk ikut denganku?" tanya pria itu yang sukses memunculkan tanda tanya besar di atas kanan kepala Hyunjin.

"Huh?" bingung Hyunjin dengan wajah yang lucu.

"My brother Hwang," ucap pria itu sambil mengulurkan tangan ke Hyunjin sebagai panggilan terakhirnya untuk Hyunjin.

"Aku bersedia untuk menggantikan posisimu my brother Bang," balas Hyunjin tanpa sadar, tangannya tergerak sendiri untuk menerima uluran dari tangan Bang Chan.

Setelah itu, terjadi pertukaran tubuh antara Hyunjin dengan Bang Chan.

Hyunjin (Bang Chan) tersenyum senang, tangan kanannya mendorong tubuh Bang Chan (Hyunjin) dari tebing curam yang tinggi hingga empunya

...

Sudah tenang di atas sana.

Hyunjin (Bang Chan) pun muncul di kamar tidur Hyunjin dan hidup berbahagia dengan identitas barunya.

END



Hai ... Aku mau minta tolong support aku lewat aplikasi Trakteer ya! (Bagi yang bersedia saja, tidak memaksa hehe ... )

Linknya ada di bio aku ...

Terima kasih banyak!

Sayang kalian banyak-banyakkkk 💛💜❤️😙😘

Kalau suka ceritanya silakan vote and comment ya!

Published: March 23th 2022

Fantasy Hyunjin (Oneshots)Where stories live. Discover now