"Pedang Halilintar!!"

Boboiboy membelah istana pasir aku dengan mudahnya. Sengatan halilintar dari pedang miliknya hampir saja mengenaiku kalau aku tak gesit menghindar.

Alhasil istana pasirku rubuh, dan muncul Boboiboy dengan pakaian berwarna hitam dan merah. "Fooyoo, dah ada kuasa baru??? Kalau macam tu..."

Aku pun merubah diriku menjadi elemen baru. Elemen ini kudapat saat aku sedang berlatih dengan ayah. Elemen Kayu.

"Kayu? Heh, kau meremehkan aku sangatkah?" Kata Hali.

Note: dia ngomong begitu karena itu merupakan personaliti Hali.

"Eh? A-aku tak pernah meremehkan kau pun!" Seruku, terbata. (Yep, sikap elemen kayu itu pemalu.)

"Kalau begitu, serang aku! Hiyaa!!" Hali melompat begitu cepat kearahku.

Aku menggenggam kalung yang kugunakan lalu berteriak. "Sundulan Totem!!!"

Tiba-tiba, belasan totem kayu raksasa jatuh dari langit, mereka jatuh mengarah ke Halilintar. Dia berhasil menghindari beberapa dengan kecepetan halilintar, namun saat totem terakhir, dia sedikit terlambat sehingga akhirnya dia terpental, menggelinding ria diatas tanah.

Hal tersebut membuatnya kembali menjadi Boboiboy biasa. Akupun berbuat demikian. Melihat yang lain tidak bisa menyentuhku sama sekali, Gopal jadi diam tak berkutik, bingung harus berbuat apa.

"Dei Gopal! Kau tak nak lawan aku kah?" Seruku, menantang.

"Ehh?! A-aku... aku tak nak lawanlah! Aku jadi rumput saje, hehe..."

Aku tersenyum miring, melipat tanganku didepan dada. "Betul nih tak ada yang bisa menyentuhku sedikitpun? Padahal, selama ini aku yang dianggap paling lemah dan rapuh!" Kataku. Sebelum melanjutkan, aku melirik kearah Yaya yang masih terbaring dilantai kesakitan.

"Tapi sekarang, lihatlah siapa yang jadi paling kuat." Ujarku.

Mereka sepertinya langsung merasa tertantang mendengar ucapanku. Satu persatu dari mereka bangkit berdiri, dan kembali menyerangku.

"Yak begitu! Ayo kemari kalian semua!"
___
_____
________

Pertarungan tersebut terjadi dengan sangat cepat. Hanya dalam waktu 5 menit, Boboiboy dan kawan-kawan yang lain tumbang seketika. Sementara (name) hanya duduk disebelah Yaya, yang terbaring ditanah karena kelelahan.

"Wah... padahal aku belum mengeluarkan keringat setetespun, tapi kenapa kalian sudah menyerah?" Ujarnya.

Tidak ada jawaban, mereka terlalu lemah untuk membuka mulut. Para penonton yang ada dipinggir lapangan hanya bisa menganga kaget.

"Laksamana, kau bagi dia makan apa selama 3 tahun ni?!"

"Hahaha! Kalau aku cakap makan besi, tak mungkin kau percaya."

Akhirnya, mereka semua diboyong menuju tempat pengobatan didalam kapal luar angkasa milik Komandan. Dan pastinya, aku juga yang harus menyembuhkan mereka menggunakan kekuatan aku.

Untunglah aku hanya menyisakan lebam pada mereka semua.

"Woah (name)! Kau jadi kuat sangat! Laksamana memang bestlah jadi guru bertarung!" Ujar Boboiboy.

"Namanya juga Laksamana Tarung, mestilah jago bertarung, hehe." Tawaku. Setelah selesai mengobati Boboiboy, aku berpindah ke Yaya, yang mana menjadi orang terakhir yang kuobati.

Kami tidak berbicara sama sekali. Atmosfir diantara kami sangat berat, dan sepertinya bisa dipotong pakai pisau. Aku dapat merasakan Yaya menatapku, tapi aku tak menghiraukan hal itu sama sekali. Sampai tiba-tiba dia membuka mulut. "(Name)..."

Boboiboy Galaxy×ReadersWhere stories live. Discover now