Bisa dibilang satu-satunya orang yang menghiraukan keberadaanku disana hanyalah Lee Taeyong. Meski ia tak mengajakku berbicara secara langsung.

Hhh...apa harus seperti ini, dihadapan orang asing pun aku masih terlihat menyedihkan.

Seharusnya kutolak saja permintaan Yoonoh waktu itu. Tapi bodohnya aku tetap datang, meski tau keberadaanku tak akan berarti apapun untuk mereka.

.

*Normal pov

Acara makan malam telah usai, mereka memutuskan untuk berkumpul terlebih dahulu di ruang keluarga kecuali Jaehyun. Pemilik lesung pipi itu memilih mengasingkan diri di dapur, dengan sekaleng soda ia duduk di dekat pantry dapur.

Untuk apa juga ia disana, pikirnya. Pun tak ada yang bersedia mengajaknya berbicara, bahkan oknum yang membuatnya berada disini pun tidak berusaha membuatnya ikut berbaur dengan keluarga mereka. Diam-diam Jaehyun merasa tertohok dengan kenyataan itu, bagaimanapun juga ia masih seorang anak yang berharap diperhatikan orang tuanya, keluarganya, masih berharap disambut hangat. Bahkan jika hanya pertanyaan basa-basipun sejujurnya Jaehyun tidak akan masalah dengan itu, malah akan sangat bersyukur.

Memang seharusnya Jaehyun tidak pernah berharap lebih, keputusannya pergi dan menetap di Amsterdam beberapa tahun silam jelas membuat hubungan mereka semakin merenggang. Memang apa yang Jaehyun harapkan? Penyesalan kedua orang tuanya kah?

Jaehyun cukup tau diri untuk itu.

Jarak antara ruang keluarga dengan dapur memang tidak terlalu dekat, tetapi lelaki tampan itu bisa mendengar dengan jelas tawa dari empat orang yang menggema, juga obrolan mereka yang tanpa sadar membuat telinganya panas.

“Dimana Jaehyun, Yoon?”

“Dibelakang mungkin, entahlah.”

“Kenapa dia tidak bergabung kesini? Apa dia tak menyukai keberadaanku?”

“Abaikan saja Yongie, anak itu memang tidak tau sopan santun sejak dulu, tidak bisa diandalkan, berbeda sekali dengan calon suamimu.”

“Benar sayang, lagipula suka ataupun tidak Jaehyun padamu itu tidak akan berpengaruh, kau akan tetap menjadi bagian dari keluarga Jung. Tidak usah pikirkan anak itu dia tak penting, Yongie.”

Jaehyun meremat kaleng minumannya mendengar obrolan yang telak mengiris hatinya.

Benar, ia memang tidak tau sopan santun, tidak bisa diandalkan. Seharusnya Jaehyun bisa mengontrol hati dan emosinya sehingga dapat bergabung disana, tapi nyatanya ia tidak bisa.

Orang tua itu berbicara tanpa filter seolah Jaehyun ini bukan darah daging mereka.

Benar, Jaehyun memang tidak sepenting itu.

.

Disisi lain, Lee Taeyong dapat melihat punggung lebar calon adik iparnya yang duduk membelakangi mereka di dekat meja pantry, memandangnya dengan tatapan khawatir. Khawatir, Taeyong takut Jaehyun mendengar jawaban sang ayah dan ibu, tidak bisa ia pungkiri bahwa jawaban atas pertanyaannya tadi terdengar sedikit kejam.

Tidak ada yang menyadari kalau Iris cantik itu perlahan berubah menyendu, merasa bersalah pada Jaehyun. Seharusnya ia tak menanyakan keberadaan Jaehyun dan alasan lelaki itu tidak bergabung bersama. Ia menyesal karena tau jawaban menyakitkan yang tak pernah ia duga keluar begitu saja dari mulut ibu dan ayah kekasihnya.

Yoonoh pernah bercerita tentang Jaehyun. Tentang Jaehyun yang selalu mendapat perlakuan berbeda dari kedua orang tua mereka, tetapi Taeyong tak tau jika separah ini. Yoonoh berkata juga dirinya tak bisa melakukan apapun untuk Jaehyun karena lelaki itu selalu menolak hal apapun yang bersumber darinya.

Redamancy [JAEYONG]Where stories live. Discover now