Vana menatap dirinya di depan cermin, ia tersenyum manis sambil mengikat rambutnya. Senyumnya tiba-tiba berubah, ia menghela napas. Dia sudah lelah berpura-pura menjadi murid teladan di sekolahnya. Vana punya Gia teman satu-satunya yang ia punya, jika ia menjadi Vana yang sebenarnya apakah Gia akan baik-baik aja?
Ponselnya bergetar, ia merogoh sakunya untuk mengambil handphone. Seseorang meneleponnya, nomor yang tidak di kenal. Vana mengernyit lalu menjawab telepon itu, dengan hati-hati ia mengarahkan ke telinganya.
"Halo?" Suaranya begitu bising
"Vanna Markiez" Jantung Vana berdegup kencang
"Who?" Tanyanya
"Valthebe-
"Fuck You"
"Tunggu Vanna kita sedang membutuhkanmu sekarang"
"Denger ya Melvin gue bukan pemburu, dan atasan gue gak pernah ngijinin gue buat gabung sama lo"
"Gue tau Van, tapi gue yakin suatu saat nanti semuanya akan berubah"
"Kalian semua gila, gak punya otak. Masih banyak pemain lain yang jago, kenapa gue? Gue yang notabenenya masih anak sekolah? Hah?" Kata Vana menggebu-gebu
"Karena cuman lo yang kita butuhin, cuman lo yang bisa jadi penguat di keluarga kita"
"Bacot, jangan hubungi gue lagi bangsat!" Dengan cepat Vana memutus sambungan teleponnya, tak lupa Vana memblokir nomor telepon itu
Vana mendengus kasar sambil mencuci tangannya dengan terburu-buru. Ia berjalan keluar pintu toilet, dia kembali menjadi dirinya yang palsu dan kembali ke dalam kelas. Langkah kaki Vana berhenti ketika merasa ada seseorang yang mengikutinya
Ia menoleh dan mendapati Saga yang berdiri tegak, Vana membalikan badannya lalu mendekat ke arah Saga dengan wajah jutek.
"Apa?" Tanya Vana membuat Saga tersenyum kikuk
"Gak apa-apa"
"Lo ngestalk gue ya?" Tuduh Vana membuat wajah Saga berubah menjadi cemas
"Enggak gue gak ngestalk lo" Jawab Saga
"Terus kenapa ngikutin gue?"
"Gue gak ngikutin lo sumpah"
"Mohon maaf tuan, kelas anda berada di Lantai 1 bukan Lantai 2" Ujar Vana
"Gue ada urusan"
"Sama?" Vana menatapnya penuh curiga
"Fian" Jawab Saga cepat
"Seriously? Mau ngapain? Maaf-maafan?"
"Mmm..."
"Udahlah gak usah bohong, sana balik ke kelas. Belum istirahat, bisa bahaya kalo Pak Yanto ngeliat kita di luar kelas gini" Saga mendesis, Vana mendelik lalu melanjutkan langkah kakinya menuju kelas
***
Vana sengaja meninggalkan Gia di kantin yang sedang bercanda dengan Fian, ia lebih memilih menuju perpus mencari ketenangan. Karena Murid di SMA Dewanta tak terlalu tertarik membaca buku, dan hanya beberapa saja yang belajar di Perpus selebihnya mereka lebih memilih belajar di rooftop.
Vana memilih buku yang berada di rak sambil sesekali ia membaca sedikit. Ia kembali berjalan-jalan, ia berhenti begitu matanya melihat Saga yang sedang fokus membaca komik. Saga menoleh, ia terkejut melihat Vana yang sedang cengo memandanginya
"Sssst..." Vana langsung mengalihkan pandangannya
Lalu ia mengambil buku secara acak, lalu berjalan menuju meja. Ia tersentak begitu Saga mengejutkannya, ia mendengus. Saga tersenyum lalu membututi Vana. Mereka duduk berhadapan, Vana sama sekali tak merespon Saga
YOU ARE READING
Hide and Lie
RandomRevana Aftelydela bukanlah seorang Nerdgirl apalagi Badgirl dia hanya seorang Gadis Dingin yang memiliki banyak rahasia. Ketika dia bertemu dengan laki-laki bernama Elsaga ia merasa dunia ini kembali memihaknya tapi disisi lain kenangan buruk itu ke...
