Part #1: Awal

35 10 0
                                    

Biasanya, setiap hari sang Kepala Desa akan membagikan bahan pangan untuk seluruh warganya. Tanpa sengaja aku melihat dari jendela rumah, kalau seseorang sedang membagi-bagikan kotak makanan dari rumah ke rumah. Namun, setelah kepergian ibuku, tidak ada lagi kotak makanan yang sampai di rumah, melainkan hanyalah topeng kayu yang sengaja dilemparkan oleh bawahan sang Kepala Desa.

Aku cukup senang karena berpikir dengan memakai topeng ini—terdapat selaput tipis di bagian mata— aku akan bisa bermain dan berbaur dengan penduduk desa, tetapi nyatanya tidak. Tetap saja, setiap aku mendekat, mereka akan selalu menjauhiku dan melihatku dengan tatapan takut bercampur benci. Hal itu membuatku terus berpikir untuk meninggalkan desa ini saja, karena mungkin memang itu yang sedari dulu diharapkan oleh penduduk desa.

***

Di malam yang sedang dilanda badai yang cukup lebat, aku memutuskan untuk meninggalkan desa dan tinggal di hutan saja. Dengan harapan, tidak ada orang yang tersakiti karena kekuatan mataku lagi.

Bibirku bergetar dan badanku menggigil kedinginan sebab badai malam ini tak kunjung usai. Aku pun pingsan di tengah perjalanan sebelum berhasil sampai ke hutan. Aku tergeletak di tanah, ditumbangkan derasnya hujan.

Bersambung ...

Terima kasih telah membaca. Sampai jumpa di part selanjutnya. Salam hangat dari author.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 06, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Si Mata Iblis [Completed PDF Berbayar]Where stories live. Discover now