Kerja bakti

1.1K 134 2
                                    


.
.
.
.
.
Hari ini Algis sudah membangunkan adik-adiknya pagi buta dengan cara yang sangat ekstrem. Bayangkan saja, Algis menggedor pintu kamar adik-adiknya dengan sangat brutal sambil teriak maling. Alhasil tujuh cowo yang sebelumnya masih asik tidur itu langsung keluar kamar dengan tergesa.

"Kak mana malingnya?"

"Apa yang ilang kak? Tv? Ac? Kulkas? Apel?"

"Kok bisa maling masuk kesini kak?"

"Kak algis gak luka kan?"

"Kak, motor aman kan? Atau jangan-jangan kolor gue ilang!"

Algis menggeleng heran saat mendengar seruan-seruan dari adik-adiknya. Bayangkan saja tujuh cowo yang biasanya keliatan ganteng sekarang malah keliatan lusuh, gegara cuma pake kolor sama kaos oblong doang.

"Gak ada maling, pagi ini kan kita mau kerja bakti, jadi harus bangun pagi!" tujuh cowo dihadapan Algis itu langsung mengeluh pelan. Sekarang masih jam lima pagi, baru juga selesai subuh tapi Algis sudah meminta mereka kerja bakti.

"Kerja baktinya nanti agak siang aja ya kak." Algis menggeleng saat Reshan menawar.

"Gak bisa, pagi ini kita harus kerja bakti biar nanti siang bisa istirahat, soalnya nanti sore kita harus belanja bahan dapur." Reshan mmemasang wajah sedih, gagal sudah tidur cantiknya sampai siang.

"Apa aja yang mau dikerjain?" Algis menatap penuh binar pada Arya yang baru saja angkat suara.

"Nyapu, ngepel, ngelap kaca, nyapu halaman belakang, samping sama depan, udah itu aja." Arya mengangguk, dia menatap adik-adiknya yang masih mengantuk.

"Bagi tugas aja, Raja sama Damar nyapu sama ngepel rumah sekaligus ngelap kaca, aku, Jana, Bayu sama Dane nyapu halaman, Reshan sama Algis masak sarapan, habis sholat subuh kita mulai kerja, sekarang kalian sholat dulu." mendengar perintah Arya mereka semua langsung bubar jalan kekamar masing-masing buat bersih-bersih terus sholat.

"Aduh, makasih banget ya Ar, kamu itu emang bisa diandelin." Arya mengangguk dan tersenyum kalem.

"Lain kali banguninnya yang pelan aja Gis, kan kaget kalau gitu." Algis hanya bisa nyengir saat Arya menegurnya.

"Iya lain kali ya."
.
.
.
.
.
Namanya juga kumpulan cowo dengan otak setengah, disuruh bersihin rumah malah bikin rumah berantakan. Lihat aja kelakuan Damar sama Raja yang lagi main pedang-pedangan pakai ganggang sapu. Yang pastinya bikin tugas mereka gak selesai-selesai.

"Dasar pencuri jahat, rasakan pedang milik pangeran Damar!" Damar mengayunkan sapunya kearah Raja dengan cukup kencang. Raja yang melihat itu tentu saja tidak tinggal diam, cowo berdarah jawa-sumatra itu juga ikut mengayunkan sapunya.

Plak

"Akh." keduanya langsung berhenti saat salah satu ganggang sapu mereka tidak sengaja mengenai Arya yang yang baru saja masuk kedalam rumah.

"Ya allah kak Arya, maaf kak maaf." Raja langsung panik saat melihat Arya mengelus lengan kirinya.

"Aduh kak Arya, kalau masuk rumah itu bilang-bilang, sakit ya kak?" Arya hanya diam menatap dua cowo yang lebih muda itu.

"Kalian kan disuruh nyapu sama ngepel, kok malah main-main?" baik Damar ataupun Raja langsung terlihat gugup. Arya memang berucap lembut tanpa rasa marah tapi tetap saja dua cowo itu takut.

"Maaf kak, ini mau disapu kok beneran deh." Damar langsung mengajak Raja menyapu rumah kos mereka, meninggalkan Arya yang hanya menggelengkan kepalanya.

"Kak Arya, kenapa berhenti didepan pintu?" Arya menoleh dan tersenyum pada Reshan, cowo yang punya tubuh mungil itu menggeleng.

"Mau ambil air minum Res, haus." Reshan langsung tersenyum.

"Tunggu sini kak biar aku yang ambilin." Reshan langsung berlalu masuk kedalam rumah untuk mengambil air minum. Setelah melihat Reshan pergi, Arya kembali mengelus lengan kirinya yang terasa ngilu.

"Sakit juga ya."
.
.
.
.
.
Arya ingin sekali resign dari kehidupan saat melihat tingkah adik-adiknya yang diluar nalar. Tadi Damar sama Raja yang main pedang-pedangan, sekarang Dane sama Jana yang lagi cosplay jadi tarzan, gelayutan gak jelas dipohon mangga sama pohon jambu dibelakang rumah. Arya masih bersyukur waktu Bayu gak ikutan gila bareng dua anak monyet itu. Untung tugas mereka udah selesai, ya meskipun sebagian besar Arya yang ngerjain.

"Bayu, udah selesai?" Bayu yang menyadari kehadiran Arya langsung bangkit dan mendekati Arya.

"Udah kak, tapi mereka itu..." Bayu menunjuk kearah Jana juga Dane. Dua cowo yang tingginya mirip tiang itu lagi sibuk nangkring diatas pohon.

"Biarin aja, kamu masuk dulu, sarapan udah selesai, biar aku yang manggil mereka." Bayu mengangguk. Diantara yang lain Arya memang terkenal paling kalem dan lembut kayak detergen plus pelembut, alus banget pokoknya.

"Cepetan ya kak, kalau kak Arya telat makan nanti kak Algis jadi monster." Arya tertawa pelan, ya gak mungkin juga Algis jadi monster paling dia jadi ibu tiri aja.

"Iya sana masuk." Bayu mengangguk, dia segera masuk kedalam rumah lewat pintu belakang yang langsung ngarah kedapur. Dan bener aja Algis sama Reshan udah selesai masak.

"Bay, ngapain? Sana masuk, kita sarapan bentar lagi." Bayu kembali mengangguk waktu Algis ngingetin dia tujuan awalnya, yaitu sarapan.

"Eh, Arya mana?" Bayu langsung menunjuk pintu belakang.

"Masih dibelakang kak, manggil kak Jana sama kak Dane." Algis mengangguk, dia meminta Reshan untuk membawa makanan kemeja makan, sedangkan dia akan memanggil dua tiang juga satu kurcaci itu.

"WOI KALIAN PARA MANUSIA TIANG, TURUN AYO SARAPAN!" Algis yang berteriak dari ambang pintu membuat Arya terlonjak kaget.  Suara teriakan Algis sangat gak bagus buat jantung.

"OKEY KAK, KITA TURUN SEKARANG." ingatkan Arya untuk segera pindah dari kosan utopia kalau Jana sama Dane belum juga waras. Gak kuat Arya kalau gini caranya.

"Kalian semua bikin telingaku sakit."
.
.
.
.
.
Siang ini tidak ada yang mereka lakukan selain rebahan diruang tamu. Jakarta lagi panas banget, kalau kata Bayu yang doyan dingin, ini neraka ujungnya lagi bocor ke Jakarta, makanya sekarang Jakarta lagi panas banget.

"Aku, Reshan sama Jana nanti mau belanja, kalian mau nitip gak?" seruan Algis membuat empat cowo lainnya langsung bangun dan berebut menulis pesanan mereka di stiky note yang menang selalu disediakan ditiap ruangan di kosan utopia. Tujuannya sih biar gampang dan gak perlu cari kertas lagi kalau lagi butuh.

Algis menggeleng heran saat empat adiknya menyerahkan kertas beriai catatan barang yang mereka inginkan dengan sejumlah uang. Cowo yang lumyan tinggi itu beralih natap ke Arya yang dari tadi cuma diem aja.

"Ar, kamu gak mau nitip? Masih ada semua emang keperluan mu?" Arya mengangguk, keperluan hariannya masih ada, karena memang bulan lalu dia beli double.

"Masih ada semua, tapi kalau boleh aku saranin, tolong stok obat-obatan ya Gis, terutama obat maagh." Algis mengangguk, dan langsung menambahkan list obat-obatan dicatatannya.

"Kalau kamu tiba-tiba butuh sesuatu nanti chat aku, Reshan atau Jana aja Ar." Arya mengangguk.

"Iya nanti kalau aku butuh sesuatu." Setelah mengatakan itu Arya bangkit dan meninggalkan ruang tamu untuk naik kelantai dua.

"Sek toh, ini perasaanku aja opo memang kak Arya dari tadi megang lengan kirinya terus?" ucapan Jana sukses membuat yang lain terdiam, mereka juga tau kalau Arya dari tadi selalu ngelus lengan kirinya tapi kan gak ada yang tau alasannya kenapa.

"Anu itu, tadi pagi lengan kirinya kak Arya gak sengaja kena sapu." ucapan pelan Damar yang oenuh rasa bersalah ngebuat yang lain cuma bisa ngehela nafas.

"Lain kali hati-hati Dam, jangan main-main sapu didalem rumah kayak tadi." Damar mengangguk mendengar nasihat Algis.

"Iyo kak, maaf."
.
.
.
.
.
Tbc
.
.
.
.
.

30 DaysDonde viven las historias. Descúbrelo ahora