2.

6 1 0
                                    

"Anda yakin?"

Mengangguk penuh keyakinan dengan senyum lebar di bibirku, sang Penata Rambut menatapku dengan pandangan ragu. Hal wajar jika ia ragu, ia pasti menyadari kalau aku bukan warga biasa karena panjangnya rambutku. Tapi, aku sudah memutuskan untuk memangkasnya.

"Potong saja. Saya hanya rakyat biasa 'kok," kataku mencoba membuatnya lebih tenang. Ia menghembuskan napas kasar, menggaruk belakang lehernya dengan raut wajah seakan pasrah akan permintaanku.

"Baiklah. Saya akan memangkasnya."

Senyumku mengembang mendengar ucapannya. Dengan begini, aku bisa mulai mengajukan surat lamaran pekerjaanku.

Kain besar mulai dipasang untuk menutupi tubuhku, tangannya mengambil gunting dan sisir. Memangkas rambutku perlahan hingga tengkukku terlihat. Rasanya dadaku berdebar karena kepalaku yang mulai terasa ringan. Rambut panjang itu memang sedikit mengganggu.

Pantulan diriku di cermin membuatku kembali tersenyum. Wajahku tidak terlalu bulat untuk ukuran wanita, karenanya aku sangat yakin bisa menyamar sebagai lelaki. Mataku juga tidaklah besar, tapi tajam, lebih mirip dengan mata seorang ksatria. Staminaku juga jauh di atas wanita rata-rata karena sudah menerima pelatihan dari Ibu sejak aku kecil. Mata tajamku juga turunan Ibu yang merupakan mantan Kepala Ksatria di Norine.

Saat rambutku selesai di pangkas, saat itulah rasa bahagiaku mencapai puncak. Awal baru untuk memulai kehidupanku yang terbebas dari berbagai tradisi kebangsawanan. Hidup yang kudambakan sejak lama.

"Terima kasih, Paman," kataku pada sang Penata Rambut, sambil memberikan tiga keping emas padanya. Ia mengernyit menatapku.

"Ini terlalu banyak, Nona."

"Tak masalah. Anda sudah mau menerima permintaan saya, anggap saja tambahan."

Ia kembali mendengus, tapi tidak menolak. Aku pun berjalan keluar dari tempat pangkas rambut itu. Menatap sekeliling pasar yang selalu dipadati oleh para warga.

Membuang napasku perlahan untuk menekan rasa senangku, kakiku pun kembali melangkah untuk mencari toko pakaian pria. Dua setel kurasa cukup untuk tinggal sementara di mansion tempat diadakan seleksi. Karena seleksi diadakan selama satu minggu, maka para kandidat diharuskan menginap di mansion. Tentunya, dengan setiap fasilitas yang sudah disediakan -kecuali pakaian.

Hari ini, aku sudah memakai pakaian pria yang aku sempat beli kemarin. Kemarin aku hanya membeli satu setel, karena harus meminta ijin Ayah dan Ibu terlebih dahulu atas rencanaku.

Apa sebaiknya aku beli sepatu juga? Pantofel mungkin?

Pria memiliki kodrat yang lebih tinggi dan bermartabat dibanding wanita. Hal ini berlaku dalam segala bidang, termasuk dalam pemberian upah para pekerja. Selain alasan menyamar, aku juga tentunya mengincar upah yang lebih besar. Pada dasarnya, pelayan pria dibayar lebih besar dibandingkan wanita. Bahkan perbedaannya bisa dua atau tiga kali lipat tergantung kebijakan majikan yang mereka layani. Itu pun disertai dengan pekerjaan yang juga jauh lebih berat dan membutuhkan tanggung jawab lebih. Pelayan pria diharuskan memiliki tenaga dan stamina yang baik.

Tata krama pelayan pun haruslah baik. Terlebih, jika yang menjadi majikan adalah keluarga kerajaan. Seleksi ini pun diadakan selama satu minggu untuk melihat tata krama para peserta dan ketepatan waktu dalam menyelesaikan pekerjaan yang akan diberikan. Dan, kemungkinan akan ada pelatihan kesehatan. Aku mengetahuinya berdasarkan pengalamanku saat ikut Ibu dalam menyeleksi para pelayan di mansionku beberapa tahun lalu.

Tapi, aku tak perlu khawatir akan pelatihan kesehatan. Staminaku bisa dibilang sama dengan pria sehat seusiaku. Semua karena pelatihan Ibu yang keras. Aku harus berterima kasih padanya.

A Deal With Him -Discontinued-Where stories live. Discover now