Chap 7

1.7K 257 6
                                    

Koushi adalah pria pemalu?

Pasutri bermarga Sugawara itu sedang berjalan santai sambil menghabiskan waktu malam mereka di sebuah pusat perbelanjaan. Bilangnya sih mereka pergi untuk mencari bahan dapur tapi mereka justru malah melipir ke toko baju dan membeli beberapa pakaian yang menarik perhatian mereka.

"Sayang, baju ini bagus tidak kalau aku yang memakainya?"

"Hmm... Bagus. Tapi ukuran baju ini sedikit terlalu besar."

"Oke! Aku akan mencari ukuran di bawah ini!"

Beberapa menit berselang...

"(name) (name)! Aku cocok tidak kalau pakai topi?"

"Cocok."

"Okee!"

Beberapa menit berselang lagi...

"Sayang!"

"Apalagi?"

"Hehee... Ayo makan malam. Aku lapar."

Dalam hatinya, (name) amat bersyukur dan berterima kasih yang sebanyak-banyaknya pada Tuhan karena pada akhirnya suaminya itu tidak terus mengoceh dan bertanya tentang pakaian atau apapun itu. Bukannya merasa terusik, tapi kalau Sugawara bertanya sebanyak itu rasanya (name) lelah dan pusing untuk menjawabnya. Ingin rasanya menegur tapi rasa cintanya mengalahkan niat jahat itu.

Pada akhirnya mereka memutuskan untuk pergi ke sebuah tempat makan yang berada di dalam pusat perbelanjaan. Suasana tempat makan itu terasa sangat ramai, mengingat besok adalah hari libur.

(name) dan Sugawara duduk di paling pojok karena tempat itu memiliki bangku kosong yang tersisa dari semua bangku di kedai makan yang mereka kunjungi. Mereka berdua melihat menu makanan silih berganti lalu memanggil pelayan untuk mencatat makanan yang ingin mereka pesan.

Selagi menunggu makanan mereka datang, dua sejoli itu berbincang ringan mengenai topik yang beragam. Sesekali Sugawara juga menceritakan anak didiknya yang terkadang sulit untuk diatur. Maklum, anak didik yang di ajar oleh Sugawara adalah anak polos yang masih mengenal dunia jadi wajar kalau pria itu merasakan demikian.

Tapi kesulitan itu tidak menjadi penghalangan Sugawara untuk mengabdikan dirinya. Berkat kesabaran dan kebaikannya yang sangat luar biasa, Sugawa menjadi guru favorit anak-anak dan cintai oleh mereka. Bahkan para orang tua murid selalu menganggap bahwa Sugawara akan menjadi ayah yang baik kalau sudah memiliki anak. Benar-benar panutan bagi para lelaki.

15 menit berselang, pesanan mereka datang dan tersaji di atas meja. Sepiring mapo tofu pedas dan (f/f) ada di depan mereka bersama minuman yang sangat menyegarkan.

Sugawara menyendok tofu pedas itu lalu memasukannya ke dalam mulut.

"Umaiii!!!" sahutnya, membuat sang istri terkikik geli. Wanita itu juga ikut memakan makanan favoritnya. Rasa kepuasan menyebar di mulutnya begitu perpaduan rasa bercampur di dalamnya.

"Kau mau?"

(name) menengadah, melihat Sugawara yang sedang menyodorkan sesendok mapo tofu di depan mulutnya. Sang empu menggeleng tipis. "Tidak, kau saja. Aku tidak terlalu suka makanan yang sepedas itu," ujarnya.

Sugawara sedikit mempoutkan bibirnya. "Tapi ini tidak sepedas ituu... Ayolah. Coba sesuap saja," pintanya dengan nada membujuk. Mau tak mau (name) menerima tawaran itu dan memasukkan mapo tofu yang diberikan oleh Sugawara padanya.

"Hm?! Kau benar!" pekik (name) tiba-tiba. Mapo tofu yang ia makan memang tidak sepedas yang ia kira. Ia malah ketagihan dan kembali menyondok potongan kecil mapo tofu yang sudah dipotong oleh Sugawara.

Pria itu tersenyum puas. Kedua matanya berbinar melihat istrinya begitu lahap sampai pipinya menggembung lucu. Ingin rasanya Sugawara menusuk pipi (name) usil. Pasti mengasyikan.

(name) tak hentu-hentinya mengunyah sesaat sebelum ibu jari Sugawara mengusap ujung bibirnya lembut.

"Dasar. Selalu saja belepotan kalau sedang semangat makan."

Kekehan kecil Sugawara membuyarkan lamunan (name). Ia lantas menyambar tisu dan mengusap mulutnya. Tapi tidak ada makanan atau bumbu yang membekas di tisu yang ia gunakan. Pria itu kembali terkekeh. "Sudah kuhapus," ujarnya.

Sugawara mengecap ibu jarinya, merasakan bumbu tofu yang ia hapus dari sudut istirnya.

"Ini lebih enak dibanding makanannya."

Tanpa dijelaskan lebih jauh wanita itu sudah mengerti kemana arah pembicaraan Sugawara. Perlahan Sugawara mencondongakn tubuhnya, mendekati wajah (name) sudah berbuah merona.

"K-Koushi... I-ini di tempat umum..."

"Kita duduk di paling pojok dan tertutup, sayang. Tidak ada yang akan melihat kita."

Tinggal beberapa centi lagi benda lembut itu akan saling bersentuhan sampai (name) menyuapkan mapo tofu secara paksa pada Sugawara, membuat pria itu terhenti dan refleks mundur kembali.

"(name)!"

"Makan tuh tofu."

Sugawara mendadak manyun. Niatnya ingin mengecup bibir sang istri batal karena sebuah tofu. Tanpa ia sadari, (name) tersenyum penuh kemenangan.

Rasakan itu!

***

"Ayo kita pulang."

"Um."

"..."

"Eh tunggu!"

"A-"

"Kita melupakan tujuan kita datang kesini!"

"Astaga kau benar! Ayo cepat sebelum supermarketnya tutup!"

Salah besar. Kalau dia sedang bersamaku, apapun yang ingin dia lakukan pasti akan ia lakukan saat itu juga.

My Husband {Sugawara Koushi}Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum