•Not Me• 4

299 54 1
                                        


"Permisi Tuan Moon" ucap wanita bernama Hwang Nara yang baru saja masuk ke ruangan pribadi milik Taeil.

"Duduk lah" pinta Taeil, Nara langsung saja duduk yang di sediakan Taeil di depan Meja nya.

"Ada apa Tuan memanggil saya?" tanya Nara dengan sopan.

"Hanya sekedar ingin mengobrol dengan mu.. Rileks saja" ucapan Taeil membuat Nara mengerutkan dahi nya heran.

Namun tak lama, ia pun mencoba untuk merilekskan tubuhnya senyaman mungkin.

"Aku hanya sedang merindukan Yeri, dan wajah mu cukup mirip dengan nya.. Aku masih tak percaya jika dia pergi meninggalkan ku" ucap Taeil, sedangkan Nara hanya diam mendengarkan.

"Ah maaf jika kau tak nyaman dengan topik pembicaraan ku.. Sebelumnya aku ingin bertanya, kau pernah absen tak masuk kerja tanpa keterangan, bolehkah ku tau ada urusan apa saat itu sampai kau tak mengabari pihak kantor??..

..Maaf karena aku menanyai urusan pribadi mu, tetapi bolehkah ku tau alasannya??" tanya Taeil dengan santai.

"Saya sakit pak.. Saya sempat nge-drop sampai beberapa hari tak membuka ponsel ataupun sempat mengabari.. Dan saya lupa mengatakan nya saat saya mulai kerja kembali" jawab Nara.

"Oke, baiklah.. Kuharap kau tak mengulangi kesalahan mu lagi.. Dan, apakah kau cukup dekat dengan Yeri??" tanya Taeil.

"Kami hanya kenal namun tak cukup dekat, dia berada di SMA yang sama seperti saya"Jawab Nara.

"Ku kira kalian dekat, karena Yeri terkadang membicarakan mu pada ku. Bahwa kau adalah wanita yang baik" ucap Taeil dengan senyuman kecilnya.

Entah mengapa Nara terasa senang dan wajahnya seakan akan memanas malu ditatap oleh atasan nya dengan tatapan seperti itu.

"T-terimakasih pak.."

"Eum baik lah kau boleh kembali ke pekerjaan mu, Aku memiliki urusan dengan klien di luar kantor" ucap Taeil pergi duluan meninggalkan Nara yang masih berada di dalam ruangan nya.

"Sikapnya terlihat aneh.. Tapi ya sudahlah.. Dia benar benar tampan apalagi senyuman nya tadi, ya tuhan sepertinya aku benar benar jatuh cinta pada atasan ku sendiri" gumam Nara sebelum pergi meninggalkan ruangan tersebut.

.
.
.
.
.

"Aku lapar" gumam Doyoung sambil memegangi perutnya, udah beberapa hari ia tak keluar rumah dan memutuskan untuk berdiam diri di rumah sampai ia mati.

Dirinya beranjak bangun dari lantai, mengambil sebuah gelas dan mengisi nya dengan air.

Ia langsung meminum semua yang ada di gelas.. Tubuhnya seakan akan ingin tenggelam karena terlalu banyak meminum air.

Persediaan makanan nya habis.. Sudah seperti survival dari kawanan zombie, itu menurutnya.

Tubuhnya terduduk di lantai dapur apartemen nya. Kantung mata hitamnya terlihat dengan jelas.

Lebih baik mati kelaparan daripada mendengar hinaan dan ucapan menyakitkan yang berada di luar apartemen nya.

Ceklek!


Doyoung mendengar pintu apartemen nya terbuka, namun ia tak peduli. Sepertinya yang datang hanyalah wanita gila itu bukan lah Taeil, itu mustahil.

Namun, langkah kakinya terdengar berbeda. Seperti langkah kaki suara sepatu pantopel pria.

Wajahnya mendongak dan betapa terkejutnya ia melihat lelaki yang sangat dirindukan nya.

Moon Taeil.

Datang membawa sekantung plastik besar yang entah isinya apa. Tapi, mengapa ia datang ke apartemen nya?

"Keadaan mu sangat berantakan, Kim Doyoung" ucap Taeil.

"Ingin apa kau kesini?" tanya Doyoung. Raut wajahnya sama sekali datar tanpa ada ekspresi apapun.

"Ada sedikit makanan untukmu, makanlah" ucap Taeil menaruh sekantung plastik yang ia bawa ke sebuah meja makan.

"Untuk apa kau peduli?"

"Kau sudah ku anggap menjadi saudara ku"

"Tapi kau membenciku"

"Hm, aku tau itu"

Rasanya Doyoung ingin menangis lagi mendengar jawaban yang Taeil lontar kan padanya. Dunia memang sedang membenci dirinya.

"Pergi.. Bawa semua makanan mu.. Biarkan aku mati kelaparan" ucap Doyoung. Meringkuk sambil menyembunyikan wajahnya dari hadapan Taeil.

"Kau tidak boleh mati dulu sebelum kasus nya tuntas" ucap Taeil.

Lagi lagi kasus itu, Doyoung sudah tenang beberapa hari ini tak mendengar orang orang mengatakan kasus itu, dan sekarang??Lagi??

"Terserah, dimata mu hanya akulah pembunuhnya.. Hiks" ucap Doyoung. Meskipun isakan tangisnya kecil, namun Taeil masih dapat mendengarnya.

"Kalau begitu, tunjukan padaku jika kau bukanlah pembunuhnya" ucap Taeil sebelum pergi meninggalkan apartemen Doyoung.

"Mengapa dia selalu mengatakan omong kosong padaku? Moon Taeil, sebenarnya.. Apa mau mu??"

.
.
.
.
.
.

"Tuan Moon, kami menemukan bukti yang sangat tak terduga hari ini" ucap sang ketua penyelidikan kasus pada Taeil.

"Benarkah? Hampir dua minggu penyelidikan dan baru hari ini kalian mendapatkan bukti?" tanya Taeil tak percaya.

"Mohon maaf sebelumnya Tuan.. Dua hari yang lalu, kami mulai melacak sekitaran hingga radius 1 kilometer.. Pada radius 700 meter dari tempat kejadian, kami menemukan sebuah kartu identitas..

.. Karena kita semua tau jika gudang tua itu berjarak 1 kilometer dari jalan raya dan tempat pemukiman" ucap sang ketua petugas penyelidikan.

"Oke baiklah.. Barang buktinya benar benar sangat berguna karena sebuah kartu identitas.. Boleh ku lihat??" tanya Taeil.

Sang petugas pun mengambil sebuah benda yaitu kartu identitas yang kelompoknya temukan.

Terlihat jelas foto,nama, beserta data pribadi dari sang pemilik kartu identitas.

Taeil melihat kartu identitas tersebut dengan tatapan tak percaya. Dan jika bukan dirinya yang membunuh, untuk apa dia berada di sekitaran gudang tua yang jarang sekali bahkan tak pernah ada orang yang mendatanginya.

"I-ini... Tidak mungkin.."

.
.
.
.
.
TBC

NOT ME (ilyoung)[END]✔Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon