25 :: ❛Rasa 'terbakar'.❜

Start from the beginning
                                    

Jauh lebih kekanakan dan termakan emosi.

Ck. Ini menyusahkan. Gojo merosotkan tubuhnya.

Sensei ... bagaimana kalau Miura-san yang suka padamu?” tanya Megumi setalah menelan gigitan apel itu, kemudian memakannya lagi.

“Ah, ... aku memang terkenal, sih,” jawab Gojo bangga. Tersenyum senang. Membayangkan hal itu ... membuat sekelilingnya dipenuhi bunga mekar.

Dan Megumi menatapnya aneh.

“Wajahmu kelihatan senang banget.”

“Megumi ini ... gak mau, ya, liat aku bahagia?”

“Kau sudah bahagia dengan makanan manis, Sensei.” Megumi duduk bersila.

“Cuih.”

“Lalu? Di mana Miura-san sekarang?”

“Dia sudah pulang.” Gojo membaringkan kepalanya pada pinggir ranjang milik sang anak murid, juga meluruskan kedua lengan ke depan. Keningnya lantas mengernyit keras. Mengingat-ingat kembali saat dia dan [Name] berpisah dengan lambaian tangan setelah keluar dari toko buah-buahan.

Itu saja.

Biasanya, mereka saling bercanda dan tertawa dahulu sembari pulang bersama, tapi ... setelah Gojo berniat untuk menyatukan bibir— yang tak terjadi jika saja dia tidak mengingat batasan. Sejak itu, ada kecanggungan di antara keduanya.

Pria itu mengusap surainya agak kasar. Apa besok keadaannya juga masih sama? Canggung satu sama lain? Yah, hal itu mungkin akan terjadi. Gojo mengerucutkan bibir. Mengingat ini membuat kekesalan datang menghampirinya. Menjaga jarak dari sang gadis itu rasanya—

Ha? Aku tidak punya hubungan dengan anak itu .... Gojo memasang tampang aneh.

Suara batuk yang terdengar cukup keras menghampiri pendengaran Gojo

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Suara batuk yang terdengar cukup keras menghampiri pendengaran Gojo. Membuat pria itu menoleh ke arah Megumi yang sedang menutup mulut menggunakan tangan kiri. Gojo menaikkan sebelah alisnya.

“Kau kenapa, Megumi?” tanya pria itu.

Sensei, apa-apaan dengan wajahmu itu, huh?” balas Megumi sembari berdeham, lalu menatap gurunya dengan tatapan tanya juga tajam.

“Wajahku baik-baik saja, sih,” jawab Gojo.

“... Bukan itu.” Megumi mengusap mukanya kasar. “Lupakan. Aku mau tidur. Sensei sebaiknya keluar dari sini lalu kerja.”

“Heee. Kau mengusirku?”

“Kau orang yang sibuk. Daripada membuang waktumu di sini untuk melihatku yang sudah baik-baik saja. Lebih baik kau pergi ‘kan?” ucap anak itu seraya menyelimuti dirinya.

“Oh, begitu.” Gojo menyunggingkan senyum, lantas berdiri seraya melambaikan tangan. “Ya, sudah. Aku pergi dulu.”

Jaa.” Megumi mengangkat satu tangannya ke atas. Membalas lambaian Gojo.

Preciousness ❣ [uɿoƚɒꙄ oꞁoᎮ]Where stories live. Discover now