𝑨𝒌𝒖 𝑩𝒊𝒔𝒂

35 24 12
                                    

Nangisnya anak perempuan pertama.

Dia menyimpan banyak beban, namun tak mudah dia utarakan.
Dia menyimpan banyak kepedihan, namun sering kali dia memilih diam.

Tertawa sekeras mungkin untuk menghibur diri. Mengokohkan bahu dan pundaknya dihadapan orang lain. Yang dia sadari, mengeluh baginya adalah kelemahan.
Tak berguna dan masalahnya tak terselesaikan.

Maka dalam sendirinya, dia menangis di kegelapan dihadapan yang kuasa dia utarakan seluruh kepedihan .

Dalam sendiri dia mencari solusi. Dia tak bergantung pada siapapun. Maka dia berjuang keras memecahkan masalahnya sendiri.

Wajah yang penuh dengan ketenangan, gak akan mudah menampakkan luka batinnya yang begitu dalam.

Namun dia memanglah anak pertama. Tak akan dengan mudah menyerah begitu saja. Berapa kali pun dia terjatuh dia kan berjuang keras untuk segera bangun dan berlari.

Dia tahu ada banyak yang mengharapkan. Maka tak akan dengan mudah dirinya mengecewakan. Tanggung jawab baginya adalah sebuah kewajiban.
Maka sekalipun batinnya terluka dalam, tangis di hatinya menyayat penuh penderitaan. Dia akan tersenyum , setegar mungkin dihapan orang lain dan berjuang untuk tak mengecewakan siapapun.

Bukan begitu wahai engkau anak perempuan pertama ?

𝑨𝒌𝒖 𝑩𝒊𝒔𝒂 Where stories live. Discover now