"Vivi? Ngapain lo disini?"
Jeje memindai Vivi dari atas sampai bawah, dirinya mencibir dalam hati melihat cewek haus belaian itu ada di depan nya.
"Loh Je kamu lupa? Kamu bilang kan bakal kasih aku kado," ucap Vivi sambil tersenyum setan, ia sudah berandai-andai memiliki tas mewah yang akan ia sarankan untuk kado ulangtahun nya.
Jeje melongo mendengar nya "Heh Vivi, ya gak sekarang juga gue ada urusan kalo sekarang, kapan-kapan aja deh," Jeje berucap malas, entah kapan lah dia akan memberikan Vivi kado.
Vivi yang mendengar itu lantas cemberut "Ihh kenapa gak sekarang aja sih? Aku pengen nya sekarang," pinta Vivi dengan rengekkan menggelikan, saat Jeje akan menjawab tiba-tiba suara seseorang terlebih dahulu mendahului.
"Siapa?" Alex bertanya kepada Jeje sembari berdiri disampingnya "Oh ini sales pinjol," jawab Jeje enteng. Vivi melotot mendengar nya, namun ia menjaga image nya dihadapan lelaki tampan dan matang yang kini menatapnya.
"Kok gitu sih Je? Kita temen loh, enak aja kamu fitnah aku," ucap Vivi kepada Jeje, tapi mata jelalatan nya tidak lepas dari Alex. Jeje yang melihat itu mendegus malas "Ya udah lah Vi gak usah dipermasalahin, udah sana pulang ganggu aja lo!" Jeje menjawab dengan ketus, sudah lelah dia dengan mak lampir satu ini.
"Btw ini siapa Je?" Vivi bertanya malu-malu sambil menunjuk Alex, Jeje memutar bola matanya malas "Ini om gue, dia dititipin bentar sama istri nya," kini giliran Alex yang melotot mendengar jawaban Jeje tatapan nya berubah tajam seolah berkata 'bisa-bisanya kamu berkata seperti itu', namun Jeje mengabaikan nya dan malah mengedipkan sebelah matanya untuk memberi kode.
"Udah sana, keberadaan lo gak dibutuhin disini!" Jeje mengusir Vivi dan menutup pintu nya keras-keras. Alex hanya diam menatap lalu bertanya "Kenapa kamu bilang kaya gitu?" Jeje keheranan "Gitu gimana om?" Jeje balik bertanya.
Alex berdecak tak percaya "Kamu itu bodoh atau gimana sih?" ucapnya sarkas, mata Jeje membola tak terima "Maksud om ngomong gitu apa?" Benar-benar kesabaran Jeje kali ini terkuras habis.
"Lagian kamu saya tanya malah bingung sendiri," Alex dengan malas menjauh dan berjalan ke arah anak-anak nya yang sudah menunggu untuk permainan. Sedangkan Jeje memanyunkan bibir nya "Siapa suruh nanya nya gak jelas, dikiranya gue cuma ngomong sepatah kata apa?" kesal Jeje, ia menyusul Alex.
Jeje duduk diantara Kevin dan Raga, disebelah Kevin ada Kevan lalu Alex, mereka duduk melingkar diruang tamu. "Nah! ayo kita mulai!" ucap Jeje dengan semangat, dengan segera ia mengeluarkan permainan nya.
"Apa ini? Kita main ini?" tanya Kevin, Jeje mengangguk mengiyakan "Iya, seru loh ini!" Raga dengan seksama melihat mainan ludo yang dikeluarkan oleh Jeje "Ini gimana hukuman nya? Yang terakhir masuk yang dapat hukuman?" kini giliran Raga yang bertanya.
"Bukan, kita kan masing-masing punya 4 pion kalo ada salah satu atau lebih pion yang mati berarti dia bakal di olesin tepung sesuai jumlah pion yang mati, perorangan yaa jadi klo misal Kevin pion nya mati satu berarti kita masing-masing olesin satu tepung ke Kevin," jelas Jeje panjang lebar.
"Olesin nya satu bungkus tepung?" pertanyaan tak terduga dari Alex membuat mereka disana menatap nya tak percaya "Gak gitu juga kocak!" Jeje tertawa terbahak-bahak diikuti oleh yang lainnya.
"Mikir aja lah, masa satu bungkus? satu jari aja, jari nya celupin ke tepung terus oles deh gitu!" Jeje kembali menjelaskan, Alex mengangguk paham.
"Oke, mulai guys!"
- beberapa saat kemudian
BRAK!
Kevan dengan sekuat tenaga menyingkirkan permainan ludo yang ada dihadapan nya, bahkan tepung yang tadinya didalam wadah kini sudah berhamburan dilantai, membuat mereka yang berkumpul disana terkejut seketika.
"GAK MAU!" lelaki kecil itu berteriak kencang, menolak dengan keras sambil membalikkan badan nya, Raga dan Kevin menahan tawa namun sedetik kemudian mereka mengeluarkan tawa nya dengan leluasa.
Berbeda dengan Jevany dan Alex, mereka menatap Kevan dengan tatapan masing-masing yang berbeda. Alex menatap Kevan prihatin, sedangkan Jeje menatap anak itu dengan jahil "Kevan jangan gitu dong! kalo kalah ya terima aja," ucap Jeje sedikit jahil, membuat Raga dan Kevin menghentikan tawanya.
Raga, Kevin dan Alex menatap Jeje, entah apa yang akan dilakukan oleh perempuan itu "Apa sih?! Aku gak kalah!" Kevan berteriak kesal, anak itu mengambil pion yang tersisa dan melemparkannya jauh-jauh.
"Ayo Kevan ngadep sini dulu, mom liat dong muka kamu," titah Jeje dengan jahil, dengan terpaksa Kevan membalikkan tubuhnya ia menatap kesal pada ibu angkatnya. Jeje yang melihat muka Kevan sontak tertawa keras, perempuan yang berstatus ibu angkat Kevan sudah tak bisa menahan tawanya lagi.
Yang lain pun ikut tertawa seketika saat melihat kembali muka Kevan, orang yang ditertawakan makin memasang muka marah. Bukan tanpa sebab mereka bisa tertawa sekeras itu, Kevan sama sekali tidak bisa bermain ludo dirinya benar-benar payah, dalam permainan yang tadi dimainkan bersama-sama pion nya sering kali mati, oleh karena itu dia mendapatkan hukuman berkali-kali, seluruh mukanya sudah dipenuhi oleh tepung.
Pemain yang lain memiliki sedikit olesan tepung diwajahnya, hanya Kevan saja yang cemong. Dia sampai tak terima pion nya ditendang terus oleh Alex, hatinya terbakar dan sesak ingin sekali Kevan menangis. Bahkan matanya sekarang sudah berkaca-kaca, Jejeb dan yang lain melihat itu dengan perlahan meredakan tawanya lalu mendekat ke arah Kevan "Udah lah gak papa, lagian cuma permainan," ujar Jeje sambil mengusap kepala Kevan.
Kevan menepis tangan Jeje sekuat tenaga, lalu berdiri dihadapan mereka semua "Awas aja ya kalian nanti!" ancamnya dengan muka cemong, mereka yang diancam bukan nya merasa takut tapi malah ingin kembali lagi tertawa, siapa yang tidak akan tertawa saat disuguhi pemandangan seperti itu? Melihat respon yang lain membuat Kevan melangkahkan kaki nya menjauh dari mereka menuju tangga ke arah kamarnya dan kembarannya.
"Kevan kok ngambek?" tanya Kevin keheranan, lagian ini cuma permainan kenapa harus diambil hati? tanya nya lagi dalam hati. "Mungkin mentalnya terguncang," Raga menyahut sambil membersihkan kekacauan bersama Alex yang Kevan perbuat. Jeje hanya bisa menggelengkan kepalanya tak menyangka.
*****
Suasana yang semakin malam membuat keadaan rumah semakin sepi, seolah tak ada penghuni dalam rumah tersebut mereka sibuk dengan urusan nya masing-masing. Namun, ada dua insan dalam satu ruangan yang kini sedang berdebat.
"Loh kok om tega nyuruh aku tidur di sofa?"
"Kan kamu yang gak mau se-kasur sama saya, jangan salahin saya dong!"
"Harusnya om yang ngalah, bukan malah ngusir aku!"
"Mana mau saya ngalah sama kamu enak aja, ini kan kamar saya!"
****
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN!!
JADWAL UPDATE SENIN - SELASA
THANK YOU FOR READING 🤍
YOU ARE READING
Figuran Or Antagonis?
Fantasy📌 Jangan lupa juga follow dan vote! Jessy Vrestya adalah anak remaja pembuat onar disekolahnya, selalu membully anak-anak yang menurutnya tidak baik, terlambat datang ke sekolah, bahkan langganan masuk bk, sampai dimana ia menemukan pacarnya tengah...
