"Apa?" Mingmei mendelik. "Ling, kau keterlaluan! Jangan mempertaruhkan reputasimu dan Wei!"

Tapi Ling menyurukkan barang-barang tadi ke dekapan Mingmei. Tanpa menggubris sang manajer, ia lantas berlari ke toilet.

"Tolong, ya, Kak!"

Mingmei pasti mengumpat, Ling tahu, hanya tidak mendengar. Bagaimanapun, Mingmei sudah seperti kakak yang tak pernah dimilikinya, memanjakannya meskipun sambil mengomel, jadi dia pasti akan mengikuti rencana Ling. Rencana itu sederhana saja: bersembunyi di toilet cukup lama agar Xiang, setidaknya, punya sedikit waktu luang untuk membuat dirinya lebih baik.

Di dalam bilik toilet, Ling segera mengirim pesan pada manajernya.

[Bagaimana?]

[Si Imut: Masih beli isotonik. Lagipula, kalau mau membantu Feng Xiang, bukankah sebaiknya segera menyelesaikan pemotretan?]

[Kau tidak tahu, kan, dia tersengal-sengal saat pemotretan tadi, tapi berlagak baik-baik saja sesudahnya? Dia bisa pingsan kalau tidak istirahat sejenak, tahu! Jalankan saja rencanaku!]

Mingmei mengirimkan pesan umpatan yang tidak Ling ambil hati, sudah biasa dibegitukan. Yang lebih membebani pikirannya sekarang adalah keadaan Xiang—dan gambaran masa depannya sendiri yang mungkin tidak akan terlalu jauh. Sebegitu kakukah Kevin Huo hingga model sekelas Xiang pun tak bisa beristirahat dengan layak? Kalau begitu, bagaimana dengan Ling yang baru menginjakkan kaki di perusahaan ini? Apakah kelak ia akan hancur?

Aku tidak akan hancur, tekad Ling, membuka aplikasi media sosial di mana akun resmi Fenghuang—merek rintisan Wei—terpajang. Kalau aku hancur, Wei akan hancur bersamaku.

Sepuluh menit berlalu. Ling yang masih menunggu tanpa melakukan apa pun dalam toilet mengirim pesan pada Mingmei lagi.

[Sudah selesai, belum?]

[Si Imut: Obatnya ditolak manajer Feng Xiang, tetapi yang lain sudah kuserahkan.]

[Ke siapa?]

[Si Imut: Ke Feng Xiang, lah. Dia yang meminta izin pada manajernya untuk menerima barang-barangmu.]

Tak lama berselang, sebuah foto—yang tampaknya diambil diam-diam oleh Mingmei—dikirimkan menyusul pesan sebelumnya. Dalam foto itu, tampak Xiang sedang duduk, terpejam, dengan bantal leher Ling melingkari lehernya. Di sebelahnya tergeletak botol isotonik yang separuh kosong. Bayangan kabur di sekitar Xiang dalam foto itu pastilah para staf yang berlalu-lalang, terus bekerja tanpa memedulikan seorang model kelas A (!) yang hampir kolaps.

Ling mencengkeram ponselnya.

Seperti ini Kevin Huo. Seperti ini tempatku bekerja sekarang.

... dan degup jantungnya meningkat begitu sadar ia sudah meninggalkan studio selama setengah jam—sekadar untuk memberi Xiang waktu bernapas. Yaoming pasti akan menyemburnya begitu kembali.

"Ke mana saja kau? Setengah jam di kamar mandi, kau diare atau apa, sih?"

Ah, terlalu jauh kalau memikirkan kemarahan sang fotografer. Saat Ling muncul lagi di studio, seorang staf—yang Ling tahu masih junior—menyeretnya ke bawah lelampu. Ling memicing; begitu pergelangan tangannya dilepaskan, ada bekas merah yang tertinggal. Sementara itu, Xiang dibangunkan dengan lembut oleh staf yang lain. Wajahnya tidak bengkak; pastilah dia tidak sempat tertidur nyenyak. Ling diam-diam menyesal sudah memperpanjang waktu kerja Xiang walau niat aslinya baik.

Kevin Huo's ProposalWhere stories live. Discover now