Sebuah Usaha

8 7 3
                                    

Up malem karena insom check
Happy reading ❤️
Tolong maklumi ke typoan ku


Aku mencoba tidur, tapi percuma saja. Pemikiran sedang kalut seperti ini tidak membuatku nyaman tidur.

Akhirnya aku memutuskan untuk melihat story WA kontakku yang tidak seberapa itu. Saat aku sibuk menskip, tak sengaja aku menemukan story adiknya Ibu yang bekerja diluar kota.

Aku me-reply  status itu iseng, tapi sedikit berharap juga.

Bik Tiwi

Di tmpt bibik kerja ada lowongan gak?

Gk tau, nnt bibik tanya Cici dulu.

Kl ada kabarin ya bik, aku pgn krj

Iya.

Setelah mendapat jawaban aku mematikan data seluler dan kembali berselancar di dunia orange.

Aku berfokus kepada ponsel yang sedang ku pegang, mencoba mencari info pekerjaan.

Aku me-reply status siapa saja yang sedang kerja untuk meminta info pekerjaan. Rata-rata jawaban dari semua yang ku chat adalah "memangnya sudah lulus".

Agak susah memang mencari kerja saat surat kelulusan pun belum diterima, bahkan menurut kebanyakan orang sudah luluspun belum tentu mudah mencari kerja.

Terlebih kebanyakan mereka bekerja tanpa harus panas-panasan mengantri untuk menyimpan kertas lamaran pekerjaan, banyak orang yang bekerja dan menduduki jabatan enak karena kekuatan orang dalam.

Kamu tidak punya orang dalam, ya kamu akan menganggur selamanya. Itu menurut kasarnya, banyak kok yang tanpa orang dalam pun mereka masuk dan lolos.

Maka dari itu dalam bekerja kekuasaanpun perlu kita miliki. Sekarang banyak oknum yang melibatkan uang untuk penempatan kerja yang layak.

Karena aku tidak memiliki itu semua, aku harus sabar dalam mencari pekerjaan yang "sesuai" dengan passionku.

Tapi untuk pekerjaan bukan tergantung passion apalagi keadaanya seperti ini, aku akan kerjakan apapun agar aku bisa menghasilkan uang.

"Huft susah banget sih, padahal ya kok orang lain tuh mudah banget cari kerja," keluhku.

Padahal waktu aku masih menduduki kelas sebelas, banyak yang menawariku kerja. Tapi sekarang? Lihatlah boro-boro ada yang menawari, mereka bertanyapun enggan.

***

Kini aku sedang berada dikediaman nenek ku dari pihak ibu, aku sengaja pergi kesini untuk menenangkan diri. Karena disini tempatnya dekat dengan gunung jadi suasananya sejuk dan sangat amat nyaman.

Tetapi yang menjadi masalah disini sangat susah sinyal, jika ingin mendapatkan sinyal aku harus nongkrong didepan rumah.

"Makan dulu, maen hape aja gak buat kenyang,"ujar nenekku.

"Iya sebentar nek." Aku menghampiri nenek dan kedua bibiku yang sedang menyiapkan makan.

"Mau sampai kapan nginepnya Na?"tanya nenek.

"Mungkin sampai lusa nek, gak tau juga si atau cuma malem ini aja. Gak betah aku gak ada sinyal," jawabku berterus-terang.

"Anak jaman sekarang gak ada sinyal ya gak betah, dulu nenek paling suka kalo..." "Halah Bu, jangan kebiasaan dong samain anak jaman sekarang sama jaman dulu..." Belum selesai nenek berbicara, di timpal oleh bik Mega.

"Kebiasaan nyela omongan orang tua,"gerutu nenekku sambil mengambil nasi lalu menyimpannya di piringku, aku hanya menggelengkan kepala saja melihat mereka.

"Eh, kamu udah lulus kan Na? Kerja Na, bantu ibu sama bapakmu kasian mereka," ucap Bik Mega.

"Aku bukannya gak mikir bik, tapi emang belum waktunya aja. Inikan surat kelulusan aja belum turun lah aku mau kerja dimana?"tanyaku menggebu.

"Ikut Bik Tiwi sana, kan bisa minta cecenya buat masukin kamu ke sana," saran bik Mega.

"Iya, aku udah bilang bik Tiwi kok, katanya dia mau tanya ke cicinya itu,"jawabku lalu berlalu sambil membawa piring berisi makanan ke arah ruang TV.

Jujur saja aku tidak pernah nyaman jika dirumah ini ada bik Mega, sikapnya yang suka mengatur tanpa mengetahui apa yang diinginkanku. Membuat aku muak jika berdekatan dengannya.

Saat aku sedang menikmati makananku di depan TV, terdengar suara bising dari luar. Aku memutar tubuhku sampai aku bisa melihat ke arah luar, ternyata disana ada saudara dari nenekku.

"Eh ada Arina ya, kapan datang?tanyanya ramah.

"Barusan Nek, apa kabar?"tanyaku balik.

"Baik, Alhamdulillah. Gimana ibu? Sehat?"jawab nenek itu

"Sehat Alhamdulillah, makan Nek?"jawabku lalu menawarinya makan.

"Ah iya terimakasih, nenek tadi sudah makan dirumah," aku mengangguk dan tersenyum lalu melanjutkan kembali acara makanku.

Aku sebenarnya agak canggung berada disekitar keluarga dari pihak ibu, aku tidak terlalu dekat dengan mereka bahkan mungkin memang tidak dekat.

Bahkan sebelumnya aku kesini hanya saat hari raya saja. Namun saat aku sudah mulai besar dan bisa kesini sendiri aku agak sering mengunjungi nenek.

***

Hari ini aku kembali pulang, karena tidak betah berada dirumah nenek alhasil aku menginap hanya satu malam.

Saat diperjalanan ke rumah, aku membuka ponselku dan melihat begitu banyak notifikasi. Mungkin karena baru menemukan sinyal ponselku jadi ramai akan notif yang baru sampai.

Pertama aku buka aplikasi chating terlebih dahulu, dan Yap banyak sekali chat dari teman-temanku dan satu lagi ada chat dari bibikku.

Aku segera membuka chat dari bibikku.

Bik Tiwi

Na, ini ada kerjaan di tmpt
bibik.

Kalo km mau hr Senin bisa lgsg krj

Jadi berangkat hr Minggu.

Tak terasa senyumku terbit, akhirnya aku kerja. Urusan surat kelulusan itu nanti saja yang penting sekarang aku bisa berangkat kerja dan bayar biaya UKOM susulan.

Aku tak sabar ingin segera datang kerumah dan bicara dengan Bapak Ibu tentang pekerjaan ini.















800 word again wkwkwk.
Jadi flend ini ceritanya aku gak bisa tidur dan untuk part ini aku juga gak nulis dari jauh hari jadi kyk nulis langsung publish mohon maap atas kegajeannya.

Btw besok aku mulai kerja doain semoga lancar aamiin🤭

Have a nice day🤗





The Journey (On Going)Where stories live. Discover now