17. KEJELASAN

Mulai dari awal
                                    

"Arum," panggil Danu lembut, berusaha mendekati Arum.

"Arum hanya punya Mas," isak Arum lagi. "... tetapi Mas bahkan meninggalkan Arum seolah-olah tidak terjadi apa-apa."

"Maaf, Arum... maaf kalau kamu merasa seperti itu. Mas... tidak paham caranya..." gumam Danu perlahan, tidak mampu merangkai kata-katanya, sebab ia sendiri tidak paham akan perasannya yang berantakan. Danu meraih tubuh kecil Arum masuk ke dalam pelukannya. Sungguh, Danu bukanlah pria yang oandai merangkai kata-kata. Danu mengungkapkan kasih sayangnya pada Arum dengan cara yang berbeda yaitu dengan perhatian tak langsung. Danu tahu ia adalah pria yang sangat payah dalam urusan perasaan seperti ini. Namun, ia berusaha.

Demi Arum-nya.

"Mas hanya perlu tetap di sisi Arum ketika Arum bangun. Menghabiskan waktu bersama... seperti menari dengan alunan musik pemutar vynil," gumam Arum lagi dengan air matanya yang menitik, tetapi ia juga menyadari bahwa Mas Danu pun memiliki urusannya sendiri. Pria itu berusaha menghidupinya dan juga Ayah serta anak dalam kandungannya. Pria itu bekerja untuknya.

"Mas berusaha, Arum. Maaf," ucap Mas Danu singkat, padat dan jelas, tetapi Arum bisa merasakan ketulusan di sana.

"Dan tolong... jangan pernah berpikir seperti itu lagi," ucap Mas Danu dengan nadanya yang gemetar sembari memeluk Arum dengan erat, seolah takut kehilangan wanita itu. "Kamu bukanlah pelacur, Arum. Kamu adalah rumah saya, tempat saya berpulang dan beristirahat."

***

Arum terengah lembut sembari menatap jemarinya yang disinari lampu tidur. Apa... yang baru saja terjadi? Arum seolah bermimpi. Percintannya dengan Mas Danu malam ini terasa seperti tidak nyata. Tidak, ini bukanlah percintaan yang buruk, malah kebalikannya. Percintaan malam ini sangatlah intens, bergelora dan untuk pertama kalinya Arum merasa sangat dicintai.

Mas Danu tidak mengatakan apa pun, tetapi pria itu menyentuhnya seolah-olah ia adalah satu-satunya dalam dunia pria itu. Mas Danu menggenggam tangannya, mengecup keningnya, mencium bibirnya dengan penuh kasih sayang. Membisikkan kalimat rayuan yang seringkali tidak bisa Arum cerna, sebab pikirannya sendiri berkabut. Namun, kata yang sering ia dengar adalah 'cantik'. Sebelum bercinta, Mas Danu dengan berbaik hati menyelipkan bantal di bawah pinggulnya dengan dalih supaya Arum lebih nyaman dan tidak kesakitan. Nyatanya, bantal itu memang membantu banyak untuk mengurangi rasa sakit di tubuh Arum.

Pelukan di tubuh Arum perlahan terlepas. Ranjangnya melesak pelan, lalu terdengar gemerisik halus, sebelum pintu berderit pelan, lalu menutup. Ketika pintu tertutup, Arum buru-buru bangkit dari ranjangnya sembari memegang tubuhnya sendiri. Inikah yang dirasakan wanita-wanita di rumah Mama Sintha ketika mereka mengatakan bahwa percintaan akan terasa lebih menyenangkan ketika dilakukan dengan orang yang tepat? Sungguh, Arum baru benar-benar memahaminya sekarang.

Arum meraih kaos hitam Mas Danu kemudian memakainya, sebab kancing di terusannya sudah terlepas beberapa. Arum melangkah ke arah dapur dan dugaannya benar. Mas Danu tengah membuatkannya teh dan menyiapkan biskuit untuknya, tanpa memakai atasan. Arum mendekati Mas Danu perlahan, merasakan kerinduan teramat sangat. Ia memeluk tubuh tinggi pria itu dengan erat sembari memejamkan matanya. Tubuh Mas Danu menegang sesaat, sebelum kembali rileks.

"Arum... rindu, Mas," gumam Arum pelan.

Mas Danu membalikkan tubuhnya menghadap Arum, lalu membawanya masuk ke dalam pelukan pria itu. Dengan kekuatan tangan Mas Danu, Arum dinaikkan ke atas konter itu hingga kini wajah keduanya sejajar. Arum tampak begitu kecil dalam kaosnya, apalagi dengan rambut panjang Arum yang terurai hingga ke pertengahan punggung. Figur istrinya tampak begitu rapuh, tetapi semangat wanita itu masih terpancar jelas di matanya. Sinar itu masih sama sejak Danu pertama kali bertemu Arum di kota pelabuhan.

"Tolong jangan tinggalkan Arum selama itu lagi," gumam Arum dengan matanya yang berair.

"Mas janji, Arum," bisik Mas Danu sembari tersenyum lembut dan mencium ujung hidung Arum. "Mas membawakan kamu ikan tembang buatan Ayah. Kamu bilang kamu menginginkannya. Jadi, Ayah menitipkannya pada Mas."

"Mas... ke kota pelabuhan?" tanya Arum dengan matanya yang berbinar.

Danu mengangguk. "Menengok Ayah."

"Dia baik-"

"Dia baik, Arum, hanya banyak pikiran karena mengkhawatirkan kamu," potong Mas Danu membuat binar di mata Arum semakin menyala. "Kamu pasti mengenal Mas Bima, Arum..."

"Dia... adalah mayor yang mencegah tentara itu menemukan Arum," gumam Arum perlahan.

"Dia juga yang membantu Mas dan Ayah kabur. Tanpa dia Arum, Mas mungkin sudah bernasib sama seperti penduduk kota... tidak... lebih buruk lagi. Mungkin, Mas sudah akan dikuliti hidup-hidup, sebab Mas tergabung dalam Pemuda Rakyat," ucap Mas Danu dengan sinar matanya yang tampak gelap dan tidak terbaca.

"Di mana Mas bertemu dengan Mas Bima?" gumam Arum perlahan.

"Dia adalah teman dekat Mas sejak masih bersekolah tinggi. Dia ingin menjadi tentara dan Mas saat itu menyukai sesuatu yang bersifat filosofis, karena itu Mas ditawari bergabung dalam satu organisasi," jelas Mas Danu lagi dengan wajah mukanya yang kembali tenang, setelah sempat tegang.

"Apa... organisasi itu alasan Mas ke kota pelabuhan?" tanya Arum penasaran.

Mas Danu mengangguk lembut sembari tersenyum getir. "Mas diperintahkan oleh atasan Mas yang mana juga adalah petinggi dalam organisasi itu untuk mengunjungi kota pelabuhan kamu dan kami diminta untuk menyebarkan paham yang baru, yang bisa menyelematkan. Namun... kami tidak beruntung. Sekarang, kami harus hidup dalam persembunyian. Beberapa orang yang menganut paham itu dan yang memiliki pengaruh besar serta harta yang banyak akan selamat dan damai, seperti atasan Mas. Atasan Mas juga yang menyelamatkan Mas dari pembantaian itu dengan memberikan identitas baru pada Mas."

"Mas bekerja sebagai mekanik pada dia?" tanya Arum dengan wajah polosnya.

Mas Danu mendengus geli. "Tentu tidak, Arum. Pekerjaan organisasi itu tidak memakan seluruh waktu, Mas. Mas hanya akan dipanggil ketika dibutuhkan."

"Mas..." gumam Arum dengan raut wajah khawatirnya. "Tolong, berhenti..."

"Mas sedang berusaha, Arum," gumam Danu pelan dengan wajahnya yang kembali gelap. "Mas berusaha..."

"Demi anak kita..." tambah Arum lagi, membuat Danu mendongak dan menatap Arum dengam tatapan kagetnya.

"Kamu..."

"Arum hamil, Mas," lanjut Arum dengan matanya yang kembali berair karena terharu.

Mas Danu tampak kebingungan mendengar informasi itu. Lalu perlahan-lahan senyuman lebar mengembang di wajah pria itu. Tak pernah sedikit pun, Arum melihat Mas Danu sebahagia ini. Mas Danu langsung memeluk tubuh Arum dan diangkatnya Arum tinggi-tinggi, lalu berputar untuk merayakan kebahagiaan mereka.

"Mas akan menjadi Ayah!" seru Mas Danu penuh kebahagiaan. Lalu, Danu tersadar bahwa perbuatannya bisa membahayakan Arum dan anaknya. Karena itu, buru-buru Danu meletakkan Arum kembali di atas konter. Danu memeluk Arum dengan sangat erat, tampak begitu bahagia mendengar kabar itu.

"Terima kasih, Arum," ucap Mas Danu dengan nadanya yang begitu tulus hingga terasa tak nyata bagi Arum.

Arum meraih wajah Mas Danu agar sejajar dengan wajahnya. Ia tersenyum dengan air matanya yang menitik, karena terharu. Arum menarik tengkuk Mas Danu dan mencium suaminya itu dengan perasaan penuh cinta. Mas Danu membalasnya dengan perasaan yang sama. Keduanya berciuman dengan penuh perasaan di bawah lampu temaram dapur. Ciuman menjadi usapan; usapan menjadi genggaman; genggaman menjadi godaan lembut; godaan lembut menjadi sesuatu yang lebih intim dan bergelora.

Keduanya saling merasa, meresapi dan menikmati perasaan yang hangat dan nyata itu. Arum memeluk leher Mas Danu, mendesah lembut di bawah kuasa pria itu, membiarkan Mas Danu mencintainya dengan cara pria itu.

"Kamu akan selalu dan selama-lamanya menjadi milik Mas, Arum," bisik Danu di telinga Arum. Arum mengira itu adalah rayuan, tetapi ia tidak menyadari Mas Danu sedang menandainya sebagai milik pria itu.

Hanya perlu bertemu lagi dengan Ayah dan Arum akan menjadi wanita paling bahagia di tanah itu.

TBC...

Selamat menikmati✨

NAMANYA ARUM.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang