Εννέα | Kesan Pertama

Start from the beginning
                                    

꒰  C h a m è n o s  ꒱




Damian tersentak manakala sebuah suara ketukan terdengar dari balik dinding pembatas antara desa dengan wilayah istana yang ia sandari sedari tadi. Dengan cepat ia melemparkan tali yang sudah diikatkannya pada batang pohon ke arah sana. Tak lama setelahnya, nampaklah sosok Evander dengan peluh menghiasi wajahnya.

"Apa Anda baik-baik saja?" tanya Damian, takut sang pangeran terluka saat di jalan.

"Aku baik-baik saja. Apa mereka sudah berkumpul?" tanya Evander balik dengan napas yang masih tersengal berat.

"Ya. Yang Mulia Raja dan Ratu sudah berada di ruang makan sejak tadi. Putri Everiss juga nampaknya sudah tiba," jawab Damian cermat.

"Baiklah. Aku akan segera berganti baju dan menyusul. Katakan pada mereka bahwa aku sempat tersesat di perpustakaan dan masih bersiap-siap," titah pria bersurai pirang tersebut lalu dengan segera menuju kamar yang disediakan untuknya.

Maka dengan sigap Damian pergi ke ruang tempat keluarga kerajaan makan bersama. Dalam hati dirinya merasa sedikit kesal karena rasanya Evander semakin nekat saja. Sebagai pengawal pribadinya, Damian hanya takut terjadi sesuatu pada sang pangeran. Evander bahkan tak membiarkan dirinya ikut tadi. Sungguh, jika sesuatu terjadi pada Evander dan Damian gagal menjaganya, dapat dipastikan Damian akan ikut mati juga. Kesetiaannya pada Evander memang tidak main-main.

Ketika Damian membawa dirinya semakin dekat dengan ruang makan, dirinya mendengar pembicaraan antara Raja Elisium dan seorang dayang.

"Bagaimana dengan Putra Mahkota? Dimana dia?" tanya Democles.

"Kami tidak dapat menemukan Pangeran Evander," ucap dayang itu.

"Maaf, Pangeran Evander sempat tersesat di perpustakaan istana tadi. Sekarang beliau sedang bersiap-siap dan akan kesini sebentar lagi," papar Damian segera setelah dirinya memberi hormat.

"Benarkah itu? Saya dan Everiss juga berada di perpustakaan sedari tadi. Tapi kami tak melihatnya?" Ariadne tiba-tiba menimpali. Everiss lalu terlihat mengangguk ragu. Damian kini menelan salivanya gugup.

"Itu benar, Yang Mulia. Pangeran berada di perpustakaan bersama saya. Namun saya kembali terlebih dahulu karena urusan pribadi," celetuk Arienna tanpa disangka-sangka.

"Oh, benarkah? Apa kalian sudah mulai mendekatkan diri sekarang?" tanya Arion dengan perasaan antusias tergambar di wajahnya yang berjanggut.

Arienna membuang napas pendek, lalu menarik senyum paksa. "Entahlah, Yang Mulia. Kami hanya kebetulan bertemu tadi."

Benar, meski keduanya sudah bersekutu sekarang, Evander Javernick tetap menjadi sosok pria yang dibenci Arienna. Perasaan itu tak akan berubah kendati Evander berbuat baik padanya hingga 100 tahun ke depan. Atau mungkin selamanya.

"Kalau begitu marilah tunggu sebentar lagi hingga Putra Mahkota tiba. Pengawal pribadinya berkata ia sedang bersiap-siap sekarang," tukas Ratu Elisium yang lalu disetujui seluruh manusia dalam ruangan itu.

Tak berlangsung lama, para dayang dan penjaga pintu terlihat menepi dan menundukkan kepala diikuti suara yang berkata, "Yang Mulia Putra Mahkota sudah tiba".

Nampaklah sosok Evander dari bukaan pintu yang tingginya mencapai dua kali tinggi manusia dewasa tersebut. Pemuda itu memberi salam. "Maafkan keterlambatan saya. Perpustakaan kerajaan Elisium sangat luas sehingga saya tersesat di dalamnya," ucap Evander.

"Silahkan duduk, Putra Mahkota," titah Democles dengan senyuman sederhana.

Maka sesuai dengan titah sang Raja, Evander menjalankan kakinya menuju kursi yang sudah disediakan untuknya. Lalu mendudukkan dirinya dengan penuh adab.

𝐈𝐁𝐄𝐑𝐈𝐀: ChamènosWhere stories live. Discover now