chapter 1

289 161 72
                                    

Cerita ini murni dari pikiran
Aku ya gaysss jdi jangan sama samain crta saya dan saya harap kalo ada yang copy harap laporan ke aku ya gaysss




happy readingggg





Jakarta tampak diguyur hujan sejak beberapa waktu lalu hingga menciptakan hawa sejuk yang jarang terasa di Kota Metropolitan ini. Jakarta juga menjadi saksi seorang gadis cantik bernama Kanaya Nayana dalam menjalani kehidupannya hingga kelas I SD. Hidupnya berjalan dengan normal, ia bisa merasakan kehidupan selayaknya anak SD pada umumnya: bercengkerama dengan guru dan teman-teman sebayanya, belajar bersama, main bersama, dan merasakan kebahagiaan. Namun, semuanya mendadak berubah saat ia menginjak kelas III SD.

Bunyi alarm tak mampu membangunkan Kanaya yang masih tertidur pulas, seolah mimpinya terasa lebih menyenangkan sehingga ia enggan membuka mata.

Kanaya, ayo, bangun, Nak. Salat Subuh dulu," ucap sang ibu seraya mengelus lembut puncak kepala Kanaya, lalu mengecupnya, berusaha membangunkan anaknya dengan perlahan.

"Iya, Bu, 5 menit lagi," jawab Kanaya dengan nada serak.

"Udah mau habis waktu Subuh. Ayo, gak ada 5 menit 5 menitan."

Dengan wajah lesu, Kanaya pun bergegas ke kamar mandi untuk mengambil air wudu.

Tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 05.00 WIB. Kanaya bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Waktu seolah berjalan dengan cepat hingga tak terasa, saat ini sudah menunjukkan pukul 06.30 WIB.

"Bu, ayo berangkat, sekarang udah jam setengah 7!" teriak Kanaya.

Kamu berangkat sama Ayah, ya, sekalian Ayah berangkat kerja," sahut Rika sambil mencium kepala Kanaya.

"Ayo, Naya, berangkat sekolah," ucap Putra-ayah Kanaya, yang tiba-tiba datang.

"Ayo, Ayah."
Akhirnya, mereka berpamitan secara bergantian dan meninggalkan rumah.



***

Setelah beberapa menit dalam perjalanan, keduanya sampai di sekolah Kanaya.

"Naya masuk dulu, ya, Yah," ucap Kanaya kepada ayahnya.

"Iya, Nak, yang rajin, ya, sekolahnya."

"Assalamualaikum, Ayah," ucap Kanaya dengan ceria

"Waalaikumsalam, Nak," jawab sang ayah sambil mencium pipi dan kening Kanaya.

Setelah mengatakan hal itu, Kanaya berjalan menuju kelasnya. Namun, tiba-tiba kakinya dislengkat oleh seseorang hingga ia terjatuh. Rasanya begitu sakit saat bokongnya menyentuh lantai, tetapi reaksi teman-temannya justru sibuk menertawakan.

Liat, deh, dia jatoh," kata salah satu dari mereka, seraya tertawa lebar.

"Pantes, sih, digituin. Salah siapa jadi culun?" ucap salah satu temannya.

"Jahat banget kalian," ucap Kanaya. Semenjak kelas III, gadis itu selalu menjadi bahan perundungan teman-teman satu sekolahnya.

"Suka-suka kita, dong," jawab Gita

Ya, dia adalah Gita Handayani. Selain suka mem-bully Kanaya, dia juga mempunyai geng di sekolahnya untuk menjadikan teman-teman sekelasnya sebagai budak, semua keinginan Gita harus dipenuhi.
Gita adalah seseorang yang keras, kasar, dan selalu menyalahkan Kanaya, jahat, bukan?

Waktu terasa sangat cepat, hingga menunjukkan jam istirahat kedua, yaitu pukul 12.00 WIB. Murid pun bergegas untuk salat Zuhur terlebih dahulu.

"Nay, tolong ambilin sandal sama mukena aku, dong," kata Gita.

"Ambil aja sendiri, kan, punya kaki sama tangan."

Setelah menjalankan serangkaian kegiatan pembelajaran, bel pertanda pulang sekolah pun berbunyi. Sontak, semua murid merasa bahagia, mereka bergegas merapikan semua peralatan tulisnya, lalu keluar kelas untuk menghampiri orang tua yang sudah menjemputnya sejak tadi.

"Ayo, Bu, pulang!" ucap Kanaya dengan semangat.

"Ayo, Sayang, kita pulang," jawab Ibu sambil mencium Kanaya.

Sesampainya di rumah, Kanaya langsung pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri, lalu tidur siang. Tak terasa waktu sangat cepat berlalu, saat ini jam sudah menunjukkan pukul 16.00 WIB.

"Kanaya, ayo bangun, Nak! Salat Asar," ucap Rika, berusaha membangunkan Kanaya yang masih tertidur dengan pulas.

"Iya, Bu." Akhirnya, Kanaya bangun dari tidurnya meski sebenarnya rasa kantuk masih menyerangnya. Ia sempat menguap sejenak, lalu turun dari ranjang untuk menunaikan salat.

Setelah selesai salat, Kanaya melanjutkan membaca Al-Qur'an karena memang hal itu sudah menjadi kebiasaan yang dilakukan Kanaya setiap sore. Ibunya selalu mengajari hal-hal kebaikan pada Kanaya.

Setelah selesai membaca Al-Qur'an, Kanaya menghampiri Rika yang sedang memasak untuk makan malam.

"Ibu lagi masak apa? Naya bantu, ya?" tanya Kanaya sembari melihat makanan dalam penggorengan. Aromanya begitu menggugah selera hingga membuat cacing-cacing di perutnya bereaksi-seolah tidak sabar untuk menikmati makanan buatan ibunya.

"Ibu lagi masak buat makan malam, Nak, tolong cucikan beras, ya, Nak."
"Siap, Bu!"

***

Malam pun tiba, Kanaya beserta keluarga sedang melakukan makan malam bersama di meja makan. Dalam keheningan itu, Putra tiba-tiba saja bertanya perihal sekolah Kanaya, yang tentunya sempat membuat gadis itu ragu untuk menjawabnya.

"Nay, bagaimana dengan sekolah kamu? Baik-baik saja, 'kan?"

"Baik-baik saja, Ayah!" Kanaya berusaha meyakinkan ayahnya dengan senyuman yang ia tunjukkan.

"Kalau ada apa-apa, bilang Ayah atau Ibu, ya, Sayang."

"Baik, Yah. Ya, udah, Naya mau ke atas dulu, ya, Ayah, udah ngantuk banget."

Habis makan jangan langsung tidur, Nak. Jangan lupa salat Isya dulu!" teriak Rika pada Kanaya yang sudah lari ke kamarnya.

Sesampainya di kamar, Kanaya merenungkan perkataan ayahnya tadi. Bohong jika dia baik-baik saja, bohong jika dia tidak di-bully di sekolah, bohong jika dia tidak pernah dijahati di sekolah yang ia tempati sekarang.

"Kalo Ayah tahu, pasti Ayah marah, mending gak usah kasih tahu dulu, deh," ucap

terasa, waktu berlalu begitu cepat hingga alarm Kanaya berbunyi, tepat pada pukul 06.00 WIB. Kanaya langsung terkejut, ia bahkan tidak sempat melaksanakan salat Subuh. Tanpa mau menunda waktu lagi, Kanaya segera mandi dan bersiap-siap. Ia menuruni setiap anak tangga dengan tergesa-gesa.
"Ibu, kok, gak bangunin Naya?!" tanya Kanaya, yang merasa kesal karena tidak dibangunkan oleh ibunya sehingga ia kesiangan.

"Tadi Ibu udah bangunin kamu, Nak, tapi kamu malah marah-marah sendiri. Ya, udah, Ibu gak bangunin kamu lagi."

"Udah kamu makan dulu, keburu telat nanti," ucap Putra, menenangkan putrinya yang masih terlihat panik.
"Iya, Ayah!"

Untung saja Kanaya tidak telat sampai di sekolah. Kanaya langsung berlari menuju kelasnya. Namun, tiba-tiba ....
Brak!


***

Segini dulu gayaaaa cerita nyaaaaaa

Hayooooo kanayaa kenapaaa???


ikuti terus cerita aku yaaaa

Jangan lupa voteee yang banyakkk

Jangan lupa follow akun Instagram ku
@nrulrhmaa._

memeluk luka (On Going) Where stories live. Discover now