part 1

82K 2K 45
                                    

Katty sangant menyadari bahwa dirinya adalah seorang safety player. Dia selalu berfikir simple dan menghindari konflik, tidak mau menyengsarakan diri sendiri dengan hal-hal yang tidak perlu serta berdamai dengan siapapun karena paling benci punya musuh. Dia juga tidak mau merusak maupun mengganggu orang lain semata dengan harapan agar hidup dan kenyamanannya tidak terusik oleh orang lain. Dia menjalani hidup dengan tenang, ceria dan bahagia. Menikmati hidup apa adanya dan bersyukur atas semua yang dimilikinya serta membuang jauh-jauh rasa iri terhadap orang lain.

Kalaupun ada orang yang mampu menjungkir balikkan dunia tenangnya, maka Sev bisa dikatakan satu-satunya yang cukup punya nyali, atau kurang kerjaan dalam istilah Katty, yang bisa membuat Katty mengeluarkan segala sifat bertolak belakang dari yang selama ditampilkannya di depan kebanyakan orang. Tetapi Sev memang bukan dalam kategori orang kebanyakan. Hubungan keduanya sudah seperti kakak adik karena memang mereka sudah saling mengenal sejak kecil. Meski terlalu berlebihan untuk dikatakan mereka tumbuh bersama, namun kenyataannya memang begitu. Dan walaupun secara kondisi fisik dan sifat mereka bertolak seratus delapan puluh derajat, bukan berarti mereka tidak bisa berkomunikasi dengan baik. Terlalu baik malah, sehingga pengenalan masing-masing akan kepribadian yang lainnya agak menakutkan.

Sev yang dianugerahi otak dan fisik menawan terlahir menjadi playboy kelas atas yang berganti teman kencan semudah para gadis berganti busana. Sementara Katty, meski memiliki sepasang mata indah berwarna almond dan bibir bak delima merekah, namun wajah segitiga yang dimilikinya tak memiliki keistimewaan apapun. Apalagi dengan hidung mungil mencuat yang sering dikategorikan sebagai ‘lancang’ oleh Sev, tak memberi nilai plus sedikitpun pada postur tubuhnya yang termasuk kecil, di saat trend gadis-gadis saat ini berbodi kurus menjulang dengan tulang bertonjolan bak peragawati. Katty yang merasa pembawaannya sudah mentok kemana-mana akhirnya memilih gaya busana yang ‘seadanya’. Sev sering mengeluh bahwa penampilan Katty sering membuatnya sakit mata, protes yang selalu berhasil diabaikan oleh Katty.

Namun saat ini kemarahan justru berkobar-kobar di mata Katty menghadapi Sev, yang dengan gaya congkak mengejeknya yang khas, hanya bersandar dengan cuek di sebelah perapian ruang duduk kediaman Katty yang belum berubah dekorasinya entah sejak kapan. Tampak sekali Sev sangat menikmati memancing emosi gadis mungil di depannya ini. Kemarahan Katty sangat sulit terpancing. Namun sekali muncul Katty bisa mengamuk bak tornado kecil yang tak akan mudah ditaklukkan.

“Kau konyol sekali,” komentar Sev santai, “Orang yang tidak tahu pasti mengira kaulah yang sedang patah hati.”

“Semaumulah!” sembur Katty gemas. “Orang yang punya mata pasti tahu kalau orang patah hati tidak akan mengamuk, melainkan akan menangis sesenggukan di kamar seperti yang dilakukan Virginia sekarang.”

“Ah ya, Virginia, gadis yang tak kalah konyol yang menyamar sebagai adikmu itu.”

“Sev! Setelah mematahkan hatinya setidaknya kau cukup punya sopan santun untuk tidak terus-menerus memojokannya! Kasihan sekali Virginia. Apa sih yang ada dalam otak tololmu itu ketika memutuskan untuk bikin gara-gara dengannya?”

“Apapun itu yang pasti itu adalah tindakan paling masuk akal yang bisa kulakukan untuk mencegah Virginia berbuat sesuatu yang lebih memalukan bagi dirinya sendiri.”

“Kalau kau berfikir mematahkan hati seorang gadis yang masih polos adalah tindakan masuk akal, maka otakmu memang sakit.”

“Polos katamu? Virginia polos? Kupikir kau tidak sebodoh dan senaif itu untuk membiarkan setan kecil itu menipumu mentah-mentah. Lagi pula Virginia tidak patah hati, paling dia terluka sedikit harga dirinya, tapi tak lebih. Tunggu saja, tak sampai hari ini berakhir dia sudah akan pergi keluar lagi untuk berpesta dengan para laki-laki tolol yang selama ini telah antri untuk mengencaninya.”

The Last ChoiceWhere stories live. Discover now