25 | Kembali Rusak

426 7 0
                                    

"Sialan! Berani-beraninya lo hah?!" Tubuh Adel gemetar hebat waktu cengkeraman Jery di pundaknya terlepas. Ashar membalik cowok itu, menghantamkan pukulan kencang ke pipi dan bikin Jery tersungkur jatuh.

Keempat cowok yang menyaksikan itu ikut-ikutan tegang.

"Bajingan! Bangsat! Bisa-bisanya lo ngelakuin itu?!" Ashar terus membombardir muka Jery dengan tinjuan paling kuat yang dia bisa. Bikin Jery yang mau melawan jadi tak mampu berbuat apa-apa. Rintihan linu dan erangan cowok itu makin lama makin lemah, apalagi waktu Ashar berdiri dan menendang ulu hatinya kencang.

"Aaargh!"

"Woy! Tolongin nyet!" Tirta yang duluan sadar dari syok itu menggaplok lengan teman-temannya. Mereka terkesiap, cepat-cepat mengerumuni pertengkaran sengit Ashar dan berusaha memisahkan keduanya.

"Ashar…." Adel ingin meminta Ashar berhenti, tapi dia sendiri pun udah terlalu lemas. Menaikkan kerah sweter ungunya yang sudah longgar saja butuh waktu beberapa menit. Adel benar-benar ketakutan.

"Jangan halangin gue, berengsek! Lo mau kena pukul juga, hah?!"

"Udah dong, Bro! Dia udah bonyok beneran! Di sini juga ada CCTV, kalo ada yang laporin, masalahnya bisa jadi panjang!" Tirta ngomel-ngomel. "Lagian tuh cewek belum diapa-diapain," tambahnya setengah berbisik.

"Apa lo bilang?!" Emosi Ashar tersentil banget. Dia berbalik memelototi Tirta yang langsung kicep. "Belum diapa-apain? Jadi kalo udah diapa-apain, baru gue bisa nonjok lo semua? Iya?"

"Ya nggak gitu juga sih." Tirta menggaruk rambutnya linglung.

"Orang-orang nggak punya otak—"

"Ashar," Adel menelan ludah susah payah waktu Ashar menoleh cepat ke padanya, "udah please, aku lemes banget…." Dia menatap Ashar memohon.

Amarah yang masih membara di dada mau nggak mau surut perlahan begitu Ashar menyadari ada lapisan kristal bening di mata bulat Adel. Astaga, saking khawatirnya, Ashar malah fokus menghabisi orang asing ini daripada memikirkan cewek itu.

Adel melihat Ashar berbalik, kembali mendelik ke berandalan yang sudah dipapah teman-temannya. Tangan kiri Ashar terkepal, mencuatkan buku jari di sela-selanya. Dia harus menekan ego dan emosinya, karena Adel lebih penting.

Oleh sebab itu, dibanding meladeni Tirta yang udah buka mulut mau minta maaf, Ashar segera melangkah ke Adel. Langkah kaki jenjangnya cepat banget, sampai hanya empat kali jalan, dia sudah berdiri menjulang di sudut toko. Mengungkung Adel dengan tatapan cemas.

"Kamu nggak papa—sial, mana mungkin kamu nggak kenapa-napa." Ashar masih sulit mengatur napas dan pikirannya. Tangan memerah cowok itu terangkat, ingin menyentuh pipi Adel, tapi Ashar takut Adel jadi sensitif setelah diperlakukan sedemikian kejam.

Ujung mata Adel menyadari pergerakan lima cowok itu menjauh, melawan derasnya hujan dan pergi meninggalkan dia dan Ashar. Saat matanya memaku ke Jery, tremor hebat kembali timbul di tubuhnya, bikin Ashar tambah cemas.

"Del, astaga. Aku … aku harus ngapain? Hah, harusnya aku nggak biarin kamu nunggu sendirian, harusnya aku maksa waktu kamu nolak masuk ke dalem. Aku bener-bener nggak bisa jagain kamu, Del…." Ashar meremas rambutnya frustrasi. Dia menunduk dalam, sesekali menekan batang hidung dan kening yang mengerut pusing.

Ashar sungguh menyesal.

"Shar." Jemari Adel terulur, menggenggam pergelangan Ashar agar cowok itu berhenti menarik kasar rambutnya.

Waktu Ashar ngangkat muka, mata memerah dan muka linglung cowok itu mencipta denyut tak nyaman di dada Adel.

Ashar sampai segininya padanya.

[END] Balikan BangsatWhere stories live. Discover now