Kilauan cerita dari para manager yang bekerja di berbagai agensi dan grup namun tinggal dalam satu atap yang sama. Ada banyak cara agar warna cerita itu tetap berkilauan agar tetap indah untuk dilihat.
Semuanya terangkum untuk para anggota dengan ke...
Tidak ada balasan lagi dari Rin, wanita itu hanya tersenyum menatap anaknya itu. Sama sekali tidak berniat untuk memberi respon. Tapi diam-diam tangannya sudah mulai mengasah katana yang entah sejak kapan diambil dan dapat darimana.
"Ha'iha'i, douzo~" ucap Naomi. Kedua tangannya ia ulurkan ke arah Rin, membuat wanita bermarga asli Misaki itu mengangkat sebelah alisnya heran.
"Apa?"
"Mau potong kan? Potong aja," ucap Naomi santai.
Tami mendengar ucapan Naomi itu seketika tersedak dengan minumannya sendiri. Bentar, tadi Naomi bilang apa? Potong? Serius?
"Ngapain?"
"Aku tahu emak lagi mode dark, daripada satu kosan kena imbasnya, yaudah nih," ucap Naomi yang kembali menyodorkan kedua tangannya untuk di potong oleh Rin menggunakan katana yang tengah di asah oleh wanita itu.
"Kamu yang minta loh ya," Rin beranjak dari tempat duduknya. Mengarahkan katana yang telah di asahnya ke pergelangan kedua tangan Naomi.
Tami menbelakkan matanya kaget. Serius mereka akan benar-benar melakukannya? Tidak-tidak sepertinya Tami harus menghentikannya, "Hey kalian tu―"
Terlambat sudah, sepasang tangan itu kini telah terlepas dari lengannya. Sementara aliran darah kini mengalir deras dari lengan Naomi dan menyirami tangannya yang telah jatuh ke lantai.
Tami membekap mulutnya, menahan untuk tidak berteriak. Tidak menyangka akan melihat adegan seperti itu dengan matanya sendiri. Bahkan dengan sangat jelas dan sedekat ini.
Awalnya ia pikir ketidakwarasan kosan ini hanya sebatas kelakuan ngadi-ngadi Erin dan Yuki. Ternyata pemikirannya salah, penghuni kosan ini sudah benar-benar gila.
"Ka-kalian..."
"Aa- nggak apa-apa kok, nanti minta tangan dengan Lia aja," ucap Naomi santai.
Lia adalah teman dekat Naomi. Dia bekerja untuk membantu beberapa laboratorium yang sebenarnya hanyalah sebuah kedok untuk menutupi pekerjaan aslinya yaitu mengurusi dunia bawah. Identitasnya yang cukup dirahasiakan itu membuat tidak ada yang menyadari bahwa Lia bekerja untuk itu.
"Ta-tapi..."
"Biarkan saja, atau Tami juga mau?" tanya Rin, berbalik tersenyum ke arah Tami yang langsung dibalas dengan gelengan oleh gadis itu.
"Tapi sepertinya menarik," gumam Rin, seringai kecil yang terpampang di wajahnya itu membuat Tami merinding. Ia ingin kabur, dapi pintu dapur umum justru berada di belakang Rin. Sudah tidak ada kesempatan baginya untuk kabur.
"Mulai darimana ya..."
"NGGAAAAAAKKK!!"
――――――――――
"HUWAAAAAA"
Tami memegangi dadanya yang terasa sesak dan bergerak naik turun dengan cepat karena membutuhkan oksigen dengan cepat. Peluh keringan kini mengalir dari pelipisnya, padahal AC di kamarnya sudah cukup dingin. Tapi keringat dingin ini benar-benar nyata.
"Mi-mimpi ya," gumam Tami. Menyadari keberadaannya yang ternyata berada di ranjang kamarnya sendiri.
Mengingat apa yang terjadi pada kejadian semalam, ia masih merasa itu benar-benar terjadi karena apa yang ia lihat itu benar-benar nyata. Tapi nyawanya masih ada disini sekarang, apa benar itu sebuah mimpi?
"Ha-harus liat dulu ke bawah," gumam Tami. Ia langsung beranjak dari tempat tidurnya, merapikan sedikit ranjangnya dan segera bersiap ke agensi.
――――――――――
BRAK
Suara pintu yang dibuka dengan paksa itu mengejutkan orang-orang yang berada di dalam ruangan tersebut. 4 pasang netra tersebut menatap heran ke arah Tami yang nampak buru-buru.
"Tami kenapa?" tanya Naomi.
Menyadari keberadaan Naomi. Tami langsung menghampiri Naomi dan menarik kedua tangan Naomi.
"He? Ada apa?" tanya Naomi heran.
Melihat tidak ada sesuatu seperti bekas potongan dan sebagainya Tami merasa lega. Tapi ketika mendapati siluet Rin yang tengah berkutat di depan kompor itu kembali membuat Tami merinding.
"Ka-kanjeng, jatahku nggak usah dibuat ya, aku langsung berangkat ke agensi... Ja-Jaa nee!" seru Tami yang langsung melarikan diri.
"Serius, itu Tami kenapa?" tanya Naomi.
"Nggak tau, kesambet kali," ucap Arista.
――――――――――――――――――
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.