"ya kalian cari anak kelas 10-12 yang sekiranya bisa lah."

"betul juga ya, ada saran ga?"

"gua ada." koeun bersuara setelah sedari radi dirinya hanya menyimak.

"dulu gua satu smp sama haechan, dia sering banget nyanyi buat acara ginian dan emang suaranya bagus banget. buat gitaris gua saranin samuel anak kelas 10, dia tetangga gua. buat drummer bisa kali lo coba tanya sama hendery anak ips."

"kurang pianistnya."

koeun kembali berpikir, mencoba mengingat apakah dia memiliki rekomendasi anak yang jago bermain piano keyboard.

"gua bisa." doyeon menyeletuk.

"buat dies natalis besok bisa ga kira-kira?"

"gua sih bisa, coba lo tanya anak-anak yang disaranin sama koeun tadi."

felix mengangguk lalu merebahkan dirinya di atas lantai. "bentar deh, gua lagi mode remaja jompo. capek banget anjing dari tadi kagak istirahat, encok pinggang gua."

"btw lix, tadi lo di cari sama mina."

"mina temen sekelas lo, kak? ngapain nyari gua?"

doyeon mengangkat bahunya tanda tidak tahu. lalu koeun menepuk kaki felix dengan heboh.

"eh, lix lix lix, lo tau ga? tadi si mina itu ga sopan banget. masa asal nyelonong gitu pas nyari lo mana ga bilang permisi atau makasih sehabis gua jawab pertanyaan dia, minimal senyum kek. dia emang gitu ya, doy?"

felix yang merasakan aura sesi nikmat penuh dosa pun mendudukkan dirinya seakan lupa dengan sakit pinggangnya barusan.

"mina emang gitu anaknya, kurang tau etika. gua gatau orangtuanya gimana cara ngedidiknya tapi gua sama anak-anak pernah main ke rumah dia."

"terus gimana?"

"ga disuguhi apa-apa. gua ngga ngarepin sih dia kasih suguhan ke kita tapi kan ya–ya lo paham lah."

"lagi gada bahan buat disuguhi mungkin?"

"tapi kak, kalau emang gada yang disuguhi ya beli dong? katanya anak pengusaha, beli jajan gorengan kok ga mampu."

"hahahaha anjing lo felix." koeun tertawa dengan terbahak mendengar nyinyiran felix. koeun dan felix yang suka julid dipadukan dengan doyeon yang suka berghibah. perpaduan yang sempurna.

ah, harusnya mereka memanggil daehwi sebagai pembawa kabar dan jaemin sebagai kompor.

"tapi asli ya, gatau kenapa kalau di rumah haknyeon kemarin dia jadi kalem sama tau etika gitu. gua sama lucas aja kaget lihatnya."

"suka kak haknyeon mungkin?"

doyeon tertawa sinis mendendengarnya. mana mungkin mina menyukai haknyeon?

"dulu haknyeon pernah suka mina, cuma karna mina ngerasa haknyeon ada di bawah dia dalam hal finansial jadinya ya mina jijik pas tau haknyeon suka dia. padahal mah haknyeon kaya, pas mina tau eh posisinya haknyeon uda sama euiwoong."

koeun dan felix ber-o ria sambil menganggukkan kepala. fakta baru untuk mereka berdua.

"sekarang gimana? dia suka haknyeon ga?"

"gatau, i'm not that close with her. gua juga agak kesel sama dia, menye-menye. lo pada tau yeen yeen? nah mina kayak yeen menurut gua."

"wah gila, kak haknyeon kok bisa suka dia ya?"

"eh, haknyeon sepupu haechan bukan?"

"iye, gua sempet ngira mereka saudara kandung."

"omong-omong soal haechan, dia keren banget! gila, kalau dia ga gay dan ga suka mark uda gua pepet." ucap koeun dengan mengebu. ingatannya berputar pada kejadian saat dia kelas 8.

saat itu koeun sedang membetulkan rambutnya di cermin dekat ruang guru lalu tiba-tiba haechan menghampirinya dengan dasi yang tidak terpasang dan menggantung di kerahnya.

"permisi kak, maaf bisa minta tolong benerin dasi gua ngga?"

koeun menoleh dan mendapati haechan yang sepertinya baru saja ganti baju olahraga.

"bisa kok, permisi ya."

haechan sedikit menurunkan tingginya karena tinggi koeun hanya sebatas pundaknya saja. tak lupa dia juga sedikit mendongakkan kepalanya agar koeun mudah memperbaiki dasinya.

"uda, ya."

haechan menunduk menatap dasinya lalu tersenyum kagum.

"makasih banyak, kak."

koeun sedari kecil memang diajarkan dengan tegas apa itu etika. dan saat haechan mengucap 4 kata sakral itu membuat koeun kagum.

— maho —

TBC

banyakan nih 👍🏻

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 01, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

maho ⑅ markhyuckWhere stories live. Discover now