"Kau hidup"
"Kau benar benar kembali dan berada di hadapanku"
"Saudara kembarku... Adikku, Nanase Riku"
.
.
Bagaimana jadinya jika seorang yang sudah 'tiada' kembali hidup? Hidup dengan tubuh yang sehat?
.
.
Namun pasti... Suatu keinginan yang ter...
Sang adik menampilkan senyum lebar kala melihat kakaknya yang sudah pulang sekolah. Jujur saja ia merasa kesepian di saat sang kakak sedamg bersekolah. Namun ia tidak boleh egois, meski sepi ia berusaha menghabiskan waktu dengan melalukan aktivitas lain di atas ranjang seperti membaca buku dan semacamnya.
"Tadaima Riku" Ujar sang kakak menduselkan hidungnya pada wajah sang adik lantas mengecup pipi adik kembarnya itu.
"Okaeri- ahahaha itu geli Tenn-nii" Sambut sang adik yang tersela akibat ulah sang kakak yang menduselkan hidungnya.
'Senyum yang sangat kusukai itu... Senyuman yang memberikanku kehangatan dan kenyamanan'
'Riku selalu tersenyum lebar saat menyambut kepulanganku'
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Mendudukkan diri di tepi ranjang sebelah adiknya, sang kakak melihat apa yang sedang dibaca adiknya "Buku apa yang sedang Riku baca?"
"Ah ini! Buku yang dipinjamkan Tenn-nii, hehe" Balas sang adik tersenyum ria.
. .
Tenn kembali berpindah tempat. Kini ia tengah berada di dapur dalam rumah orangtuanya. Dapur yang nampak kotor karena dipenuhi bercak cokelat berceceran di meja serta celemek yang dipakai dua bocah itu
'Ah ini kan! Waktu hari ibu... Saat itu kami berencana membuat coklat, Tapi malah...'
Dengan celemek bahkan bajunya yang terkena coklat beserta pipi putihnya yang juga ternoda, bocah dengan surai merah muda itu sedang mengocok adonan coklat dengan menggunakan spatula. Menolehkan kepala kepada adiknya membuatnya tanpa sadar memiringkan wadah adonan coklat, "Nee Riku, rasanya sudah enak kan?"
Penampilan sang adik tak jauh beda dengan kakaknya, dirinya juga belepotan dengan coklat dimana-mana. "Hmm..." Ia memasukkan jari telunjuk yang terkena coklat ke dalam mulut, sembari merasakan rasanya.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Ini enak Tenn-ni-" Berniat menjawab pertanyaan sang kakak, namun sayang perkataannya terputus saat ia menyadari sesuatu "Waaahhhhh!!! Tenn-nii coklatnya tumpah ke lantai!" Pekiknya
Melihat ke arah adonan coklat, sang kakak sontak mendelikkan mata "Aahhhh!!! Aduhhh gimana ini?!!! Nanti Kaa-san pasti marah besar..."
'haha... Kan benar... Saat itu aku benar-benar ceroboh'
Setelah itu ia kembali berpindah tempat. Terus dan terus berpindah entah sudah berapa kali.
'Sungguh ini membuatku merindukan kenangan di masa lalu. Kenanganku bersama dengan Riku'
'Kenangan manis yang kami jalani bersama. Bahkan kenangan pahit yang diciptakan olehku sendiri... Di hari saat aku meninggalkan Riku begitu saja
Hatiku terasa hancur kala itu. Namun aku tetap meninggalkan Riku. Membiarkannya menangis keras bahkan tersiksa oleh dingin nya angin malam'
'Aku... Merasa menyesal meninggalkan Riku waktu itu'
'Andai saja aku tidak pergi...
Mungkin hubunganku dengan Riku tidak akan merenggang. Aku bisa tetap bersama Riku untuk mengawasi perkembangannya setiap hari. Aku bisa bertumbuh besar bersamanya dan kami menghabiskan waktu bersama sebagai kakak dan adik'
'Aku... Merasa ingin kembali... Ke saat dimana aku bisa menjaga Riku dan memanjakannya sebagai adik'
Tenn kembali ke tempat semula yakni ruangan gelap yang tanpa ujung. Ia duduk dengan memeluk kedua kakinya sendiri 'Rasanya aku sudah lama berada di tempat ini. Apa Riku di luar sana sudah bangun?'
'Bagaimana caraku keluar dari sini?'
'Memang terasa nyaman bila berada di sini. Aku merasa tenang, tetapi..'
'Aku sendirian'
'Aku ingin keluar dan menemui Riku'
~~
'Are?... Aku seperti mendengar suara...' Ucapnya dalam batin sembari celingukan ke sembarang arah untuk mencari sumber suara berasal.
Ia seperti mendengar samar-samar namanya yang dipanggil dan itu terasa familiar- sangat familiar!
"T*nn-*ii!"
'...Dari arah mana? Siapa itu.. Ah suara itu pasti-'
"TENN-NII!"
'Suara Riku! Dimana?! Aku ingin keluar secepatnya!' Teriak Tenn sekeras-kerasnya dalam ruangan serba hitam itu.
Dan tak lama... Kilauan cahaya kembali datang membuat ia terpaksa memejamkan mata karena merasa silau.
~🌟~
Kelopak mata yang menutupi manik amaranth pink itu terbuka seketika dan pemandangan yang pertama memasuki indra penglihatannya adalah langit-langit kamar yang bewarna putih. Ia juga dapat mencium bau obat-obatan yang memasuki indra penciumannya.
"Ini..... Rumah..sakit?"
Tenn menolehkan kepala pada si surai merah yang berdiri di dekat ranjangnya berbaring "Ri..ku.." Panggilnya berusaha memproses apa yang terjadi sembari mendudukkan tubuhnya.
Penampilan Riku nampak berantakan. Dengan rambut yang mencuat kemana-mana dan baju yang terlihat kusut, "Riku kau kenapa?" Tanya Tenn memandangi adiknya dari atas kepala hingga ujung kaki.
Namun yang ditanya tidak memberikan jawaban dan malah langsung memeluk tubuh kakaknya begitu saja.
"Riku ada apa? Kenapa?" Tanya Tenn kembali.
Membasahi baju rumah sakit yang dikenakan kakaknya, Riku menangis keras sembari memeluk erat Tenn.