145. Pasar Malam II

Start from the beginning
                                    

"Jika memang begitu, lalu mengapa kau mengeluarkan air mata?" Pria berambut hitam itu kini menatap ke arah Irena yang segera menghapus air matanya dengan cepat, membuatnya menatap ke arah gadis itu dengan serius.

"Kau bisa mengatakannya padaku jika terjadi sesuatu."

"Tidak, tidak apa-apa sungguh." Irena lagi-lagi hanya tersenyum menanggapi hal itu, namun ia masih belum bisa menghentikan air mata yang keluar dari matanya, membuat Reyhan hanya bisa menghela nafas.

Terkadang ada sesuatu yang memang sebaiknya tidak kita ketahui, dan ia juga tak ingin memaksa Irena.

Keduanya hanya terdiam, membuat suasana menjadi canggung. Reyhan kemudian berusaha untuk mencairkan suasana namun ketika ia berbalik, ia melihat gadis itu menatapnya.

"Bolehkah aku bertanya sesuatu padamu, Fang?" Irena kini menatap pemuda berambut hitam dihadapannya dengan serius.

"Hm? Selama aku bisa menjawabnya akan kujawab." Reyhan disisi mengerutkan alis mendengar hal itu, namun ia segera tersenyum.

Menarik nafas dalam-dalam, Irena lagi-lagi menatap ke arah Reyhan dengan wajah sendu.

"Apakah kau-"

Boom!!

Boom!!!

Ledakan kembang api bergema, dan mulai menghiasi langit dengan indah, membuat perhatian Reyhan teralihkan sejenak oleh hal itu.

"Ehm... Maaf, Ada apa?" Reyhan kemudian menatap gadis itu sekali lagi, namun kali ini gadis itu hanya menundukkan kepala sebelum menggelengkan kepalanya pelan.

"Tidak, tidak ada apa-apa." Irena lagi-lagi hanya tersenyum, berusaha untuk mengubur kesedihannya lebih jauh.

***

"Terimakasih Fadli, karena telah mengantarku pulang ke rumah." Reyhan saat ini berada di depan rumahnya, menatap ke arah pria gemuk dihadapannya dengan senyuman tipis.

"Haha sama-sama bro, tapi.. apakah kau yakin tidak terjadi sesuatu di antara kalian?" Fadli menyerngit sambil memandang ke arah Reyhan yang hanya menghela nafas menanggapi hal itu.

Sebelumnya setelah mereka turun dari bianglala, Irena nampak murung dan mengatakan bahwa ia ingin pulang.

Reyhan yang saat itu berpikir bahwa hari memang sudah larut hanya mengangguk, sebelum kemudian mengantarnya pulang menggunakan mobil Fadli.

"Tapi setelah dipikir-pikir lagi..." Reyhan kini mengerutkan kening, ia entah mengapa berpikir bahwa gadis itu mungkin sedang dalam masalah, masalah yang sangat besar.

Namun, Reyhan segera menggelengkan kepalanya dengan cepat, membuang pemikiran itu jauh-jauh.

Meskipun hanya mengenalnya melalui game ia tahu gadis itu adalah gadis yang kuat, ia telah membantunya keluar dari  keterpurukan beberapa kali dan percaya jika gadis itu pasti juga dapat keluar dari masalahnya sendiri.

"Hmm... omong-omong Rey, aku tidak bisa janji padamu tapi, akan kuberi kabar lima hari lagi." Doni di sisi lain mulai menatap pria berambut hitam di hadapannya dengan serius.

Setelah mengantar Irena pulang, mereka memang singgah untuk makan terlebih dahulu. Pada saat itulah Reyhan mulai mengungkit beberapa hal aneh yang ditemukannya ketika memainkan Alteia Land, seperti sewaktu ia dirasuki oleh Raja Iblis, masalah akselerasi percepatan otak yang sebelumnya ia temukan pada King Of Soul Ring, dan hal yang dikatakan pemimpin The Slayer Hero's kepada para pemain waktu itu.

Entah mengapa, ia merasa jika pemain di guild tersebut mengetahui sesuatu di balik layar dan ia ingin Doni menyelidiki hal itu.

"Baiklah, akan ku tunggu kabarnya darimu." Reyhan hanya mengangguk mendengar hal itu, berharap Doni bisa menemukan sesuatu dibalik keanehan tersebut.

Setelah beberapa pembicaraan singkat, ketiganya kemudian pamit dan meninggalkan Reyhan yang segera memasuki rumah hanya untuk melihatnya tidak dikunci.

Hal itu membuat Reyhan mengerutkan alis, karena memang ia bisa dibilang jarang membawa kunci rumahnya sendiri dan hanya menyembunyikannya di dalam pot bunga.

Ia kemudian mengambil sebuah balok kayu di dekatnya, dan dengan hati-hati memasuki rumah.

Krekk....

Ia membuka pintunya dengan perlahan, dan sepenuhnya berada dalam keadaan waspada, ia tak tahu bagaimana pencuri itu akan menyerangnya jadi ada baiknya untuk tetap hati-hati.

Namun ketika ia telah membuka pintu sepenuhnya, ia membelalakkan mata terkejut.

Seorang wanita berambut pirang, dengan beberapa luka lebam hampir di sekujur tubuhnya kini terbaring telungkup tepat dihadapannya, membuat ia membelalakkan mata ketika mengetahui identitas diri wanita itu.

"Martha!?"

Alteia Land:The Fallen Hero's Revenge [End]Where stories live. Discover now