PROLOG

943 98 4
                                        

“Apa aku tidak bisa seperti mereka?” Jeno mencicit, begitu lirih. Melirik ragu-ragu yang lebih tua yang tampak enggan menanggapi pertanyaannya.

Jeno berdecak. Sontak melempar wajah kakaknya dengan beberapa tisu yang telah diremat-rematnya menjadi gulungan kecil sebelum dicelupkan dalam gelas berisi susu miliknya.

Pletak!

Dan headshot! Salah satu dari gumpalan tisu maut Jeno tepat mengenai kening sang kakak lumayan keras.

Yang lebih muda tetap merenggut kesal, masa bodo kalau kakaknya marah. Toh, Jeno hanya terkadung kesal. Dia benar-benar diabaikan. “Hyung!”

Taeyong menghela nafasnya, melirik bosan yang lebih muda sebelum kembali menatap layar workbook laptopnya. Walau sesekali mengusap bagian keningnya yang memerah. Rasanya tetap saja lumayan nyeri. Walau hanya sekedar gumpalan tisu.

“Tidak.”

“Oh, ayolah hyung!” Jeno merengek, merenggut kesal dengan raut murung. Sudah buruk saja mood-nya hari ini, padahal masih pagi! Kakaknya memang menyebalkan.

“Cepat makan sarapanmu,” titah yang lebih tua, nada bicaranya lebih menuntut. Selaras dengan matanya yang melirik tajam.

Jeno menggeleng keras. Menggeser piring sarapannya agak menjauh darinya dengan tampang seolah jijik. “Kau kira aku binatang herbivora! Semuanya sayuran, rasanya lebih mirip rumput.”

“Kau pernah memakan rumput?” Taeyong terkekeh pelan dan menyunggingkan seringai geli.

Hyung!” Jeno meraung kesal. Hampir saja melempar piring sarapannya ke wajah sang Kakak sangking jengahnya, sebelum seorang maid perempuan menahan tangannya dan mencoba membujuknya dengan lembut.

“Jadi anak baik, jangan merepotkan Bibi Kim atau yang lainnya.”

Taeyong lantas beranjak dari duduknya sembari menyampirkan jasnya dibahu, menghampiri Jeno yang terduduk di hadapannya dan mengusak gemas surai coklat yang lebih muda.

i love you,” gumamnya pelan dan merunduk. Mengecup ringan pelipis yang lebih muda. Taeyong diam-diam menyeringai jahil, tak puas sekedar pelipis, yang lebih tua beralih menuju kedua pipi gembul Jeno dan mengecupnya berulang kali. Hampir-hampir memenuhi wajah pemuda itu dengan kecupannya.

Jeno menberontak tentunya. Siapa juga yang mau diperlakukan seperti itu ketika umurnya saja sudah berada di angka tujuh belas?

Jeno menggelengkan kepalanya tak karuan dan hampir pening rasanya, namun yang lebih tua dengan kekehannya yang terdengar menyebalkan malah lebih dulu menahan kepalanya dengan kedua tangan.

“YAK HYUNG! MENGGELIKAN!”

Taeyong tertawa ringan, dan lagi-lagi mengusak gemas sekaligus menahan kesalㅡlantaran Jeno yang sempat membenturkan kening mereka agar lepasㅡsurai yang lebih muda. Dan kali ini Taeyong malah mengacau, membuat tatanan yang sudah rapi itu tak karuan. Seakan sehabis terhempas badai!

HYUNG!” Jeno berteriak kesal, pemuda itu hampir menangis. Kedua manik matanya sudah berkaca-kaca, bibirnya pun merenggut majuㅡmirip bebek. Tapi jujur, itu lucu.

Kakaknya jahil sekali, sih!

Pagi yang kacau, tapi setidaknya lebih terasa hangat.

***

“Jaemin! Ayo sarapan-”

“Tidak, selagi dua tua bangka itu masih di sana.”

Jaemin menyeringai tipis, menatap dengan dingin sang kakak dengan setelan jas dan kemeja rapi yang balas tersenyum lembut sedang beranjak melangkah lebih dekat menyamai posisi mereka. Yang lebih tua sontak merangkul bahunya begitu mereka berdiri bersisian di tengah tangga.

Jaemin melirik jengah bahunya dan menarik turun tangan yang melingkar di bahunya. Diam-diam menyeringai tipis dan tiba-tiba menautkan jemarinya dengan sang kakak membuat Jaehyun mengernyit. Genggaman tangannya terasa lembut dan hangat. Namun terasa aneh.

Jaehyun melirik Jaemin yang menatap lamat genggaman tangan mereka. “Jaemin kau ke-”

Akh!” Jaehyun meringis. Berjengit kaget begitu merasa sakit dan linu pada tangan kanannya yang digenggam Jaemin.

Jaehyun melirik yang lebih muda dengan nyalang. “Jaemin!”

Yang lebih muda menyeringai sinis. Dengan lirih berdecak jengah sebelum melepas tautan tangannya dengan kasar dan berlalu begitu saja menuruni tangga. Meninggalkan sang kakak yang masih bergeming di sana.

Jaehyun tanpa sadar meringis begitu tak sengaja menggerakkan jemarinya. Pria itu menunduk. Menatap gamang telapak tangannya yang kini beruam merah.

Jaehyun mendongak, menatap sendu pada punggung Jaemin yang terbalut seragam.




































( to be continue )

AN : lanjut? kalau suka yaa silahkan kasih saya vote dan komennya, ya ..





make me go + jaemjenWhere stories live. Discover now