11. While The Memory Fall A Sleep

Start from the beginning
                                    

Seketika Wisnu mengingat kakaknya. Ia menatap pasangan didepannya ini dalam diam. Memperhatikan mereka berdua yang kini bercengkrama dan saling bertanya kabar dengan senyum mengumbar dari masing-masing wajah mereka. Wisnu bisa lihat, kedua orang ini, dengan mata yang sama-sama saling berbinar, seperti benar-benar sudah saling kenal sejak lama dan sepertinya memang hubungan itu istimewa.

Wisnu mendadak tersadar sekarang, penyebab kakaknya yang mendadak menangis bermalam-malam setelah hari yang seharusnya menjadi hari yang paling membahagiakan untuk kakaknya itu. Malam setelah wisuda, adalah malam-malam ketika rumah mereka hanya diisi oleh tangisan tunggal dari gadis yang patah hati karena cintanya tidak terbalas. Wisnu tersadar dari pancaran mata Seno sekarang, mungkin gadis inilah orangnya.

Wisnu mendadak pamit dan mundur, mencari-cari alasan untuk pergi dulu dari situ dan mencari Bayu siapa tahu anak itu kewalahan dengan pekerjaannya. Menepi dulu, memberi ruang untuk kedua insan itu untuk berbicara.

Evan mendatangi Seno di kantornya, dalam rangka perjanjian kontrak mengenai Shila yang kini sudah fix menjadi BA skincare di perusahaan tempat Seno bekerja

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Evan mendatangi Seno di kantornya, dalam rangka perjanjian kontrak mengenai Shila yang kini sudah fix menjadi BA skincare di perusahaan tempat Seno bekerja. Sehari setelah pertemuan kembali Seno dengan gadis itu, manajemen memutuskan untuk memilih Shila sebagai BA dan langsung membicarakan kontraknya lewat Evan.

Evan berulang kali meneriakkan kekagumannya, berkeliling melihat ruangan besar Divisi Marketing, tempat Seno bekerja, yang masih penuh manusia itu meski waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam. Di salah satu sisi bahkan ada pegawai yang sempat-sempatnya tidur di kursi pijat, sepertinya lagi mencari inspirasi untuk kembali melanjutkan pekerjaannya. Poster-poster publikasi beberapa produk memenuhi sebagian besar dindingnya, membuatnya memberi suasana colorful dan memanjakan mata.

Seno lalu mengajaknya duduk di kursi yang menghadap langsung ke pantry. Seno kemudian mengambil dua bungkus kopi instan didepannya dan bergegas menyeduhnya untuk tamunya itu. Pandangan Evan masih saja mengitari ruangan besar itu, berdecak kagum dengan beberapa orang yang masih sibuk di kubikal masing-masing.

"Gila, ini orang-orang pada nggak dicari istrinya apa ya? Masih pada disini aja semuanya," ujar Evan mengambil cangkir berisi kopi hangat yang disodorkan Seno. Ia melihat sekilas isi cangkir itu sambil mengangkat bahu, "Hmmmm kopi instan banget nih? Baiklah,"

"Kalau mau kopi enak ya kebawah. Tapi gue masih banyak kerjaan nggak bisa lama-lama,"

Seno mengambil kursi disamping pria itu dan ikut menyesap kopi punyanya sendiri sambil meringis sendiri karena rasa kopinya yang pas, "Lo juga udah punya istri malah ada disini, nggak dicari istri lo?"

"Santai .... Yena di tempat Shila kok dari tadi. Baru pulang juga dia makanya sekalian nunggu gue,"

Seno mengangguk sekali lagi. Ia menimbang-nimbang harus menanyakan sesuatu yang ia pikirkan atau tidak. Semua hal tentang Shila, perasaannya saat itu ketika Seno batal menemuinya, dan bagaimana ia ketika Seno menghilang. Semua hal itu berputar-putar di kepalanya, menuntut ingin terucap.

Into The Light (Seungwoo X Wendy) | COMPLETEDWhere stories live. Discover now