- 10; Sorry

177 32 10
                                    

Di hari berikutnya, Huening Kai masih merasa sedikit khawatir setelah mendapatkan pesan yang begitu tiba-tiba. Beomgyu marah kepadanya, karena seolah pemuda itu sama sekali tak dianggap teman olehnya. Pada kenyataannya, meski pun Kai berani mengajaknya pergi, hatinya tidak akan tenang. Beomgyu hanya tidak tahu kalau Kai menyukainya selama empat atau mungkin sudah lima tahun lamanya? Kai tidak pernah merasa benar-benar jatuh cinta kecuali kepada Beomgyu.

Kai tidak ingin mengecewakan Beomgyu. Berani sumpah, ia tak ada maksud untuk melupakan sang senior, tetapi keadaannya lah yang membuat Kai sulit untuk lebih dekat dengan Beomgyu.

Maka, Kai menemui Taehyun, demi mendapatkan semangat barang sedikit. Taehyun menepuk bahunya, memberitahunya untuk sabar sedikit. Beomgyu pasti terlihat jika Kai ingin menunggu lebih lama. Akan tetapi, mau sebanyak apa waktu yang terbuang demi meluruskan masalahnya, Kai akan tetap menunggu dengan sabar. Ia hanya ingin tahu bahwa dirinya sama sekali tak melupakan sang pujaan hati.

Sekiranya satu jam, Kai menunggu dengan sangat sabar, duduk di bangku panjang selasar gedung fakultas manajemen, sampai Choi Beomgyu menampakkan batang hidungnya. Dengan segera, Kai beranjak dari tempat duduknya, setengah berlari, lalu menepuk pundak Beomgyu yang baru saja melambaikan tangan, tanda perpisahan kepada teman sekelasnya.

"Kai?"

"Halo, Kak. Bisa kita bicara sebentar?"

Beomgyu menatap kedua mata Kai sejenak, lalu mengangguk ragu. Meski demikian, Kai berhasil membuat Beomgyu mengikutnya berjalan hingga keluar dari lingkungan universitas dan pada akhirnya terhenti di depan Magic Cup. Keduanya masuk ke sana, memilih tempat yang berdekatan dengan dinding kaca mengarah ke jalanan—sisi paling favorit dari kafe tersebut.

Belum ada percakapan penting, hanya Kai yang menawari Beomgyu minuman dan segera memesannya. Hanya perlu lima menit, sampai Kai telah mendapatkan pesanan mereka.

"Ini, Kak." Kai berkata, menyerahkan gelas plastik berisi choco frappe kepada Beomgyu, sebelum akhirnya ia duduk kembali di kursinya.

"Terima kasih."

Tidak bisa dimungkiri, jantung Beomgyu kini berdetak lebih kencang, sedangkan Kai berusaha sebisa mungkin mengendalikan jantungnya agar tidak membuatnya sesak. Kai dapat merasakan bagaimana Beomgyu terlihat gugup, meski sedang menyesap minumannya dan ia juga bisa mengerti tentang itu. Mereka masih tidak begitu dekat, karena tak banyak bercakap bersama kecuali Kai kepada Taehyun.

"Enak, Kak?" pertanyaan Kai hanya dibalas anggukan. Ia melihat Beomgyu menggenggam gelasnya dengan kedua tangan. Pemuda itu memang jelas sangat gugup, "syukur deh."

"Jadi ... ada apa, Kai?"

"Soal kemarin, Kak. Gue gak tenang semalaman gara-gara itu," Kai menarik napasnya dalam-dalam, lalu kembali bicara, "gue khawatir, takut juga tiba-tiba elo marah. Gak ada maksud untuk gak menganggap lo teman gue, Kak."

"Kai," suara Beomgyu seketika memotong, sebelum dirinya tersenyum canggung, "maaf jadi buat lo kepikiran sama ketikan gue. Gue ... beneran gak ada maksud untuk semarah itu. Gue egois banget."

"Enggak, Kak. Gue rasa, itu wajar. Elo, gue, sama Taehyun udah sering main bareng. Ditambah, gue tahu, elo gak punya banyak teman yang bisa lo percaya selain kita berdua."

Beomgyu mengulum bibirnya. Pernyataan Kai juga tidak salah, ia langsung merasakannya dalam hati. Mungkin benar, ia hanya sedang sensitif soal memiliki teman. Selama Soobin berpisah dengannya dan menyisakan Yeonjun dalam hidupnya, Beomgyu tidak suka ditinggal oleh orang-orang yang telah ia anggap teman.

Ia menelan ludah, "iya, Kai. Mungkin itu yang gue rasain. Gue selalu merasa memiliki orang-orang yang dekat banget sama gue, jadi ... gue sangat sensitif ketika ... mereka menghabiskan waktu sendirian. Padahal, itu gak ada salahnya."

"Kak, mungkin juga gue salah waktu itu. Kenapa gue bisa gak kepikiran untuk ajak lo ke supermarket untuk nemenin," Kai tiba-tiba ingin sekali mengungkapkan segalanya, tetapi masih ada keraguan dalam hatinya, "Itu juga karena ... gue keseringan main bareng Taehyun."

Tadinya, ia ingin menceritakan tentang perasaannya yang sesungguhnya, tetapi Kai tidak bisa mengatakannya. Setidaknya untuk saat ini.

Beomgyu mengangguk, tetapi malah menatap gelas minumannya, bukan tempat ke kedua mata Kai, "Gue ngerti, Kai. Maaf bikin lo kepikiran."

"Gak apa-apa. Kak Beomgyu kalau mau marah boleh, kok. Mau coret-coret di room chat kita berdua, boleh banget. Jadi, gue bisa tahu, ungkapan hati lo apa aja."

Ya, Kai memang terlalu baik kepadanya. Itulah yang menjadikan Beomgyu terbawa perasaan. Sedangkan Beomgyu menganggap, semua yang Kai lakukan kepadanya tak lain hanya untuk menunjukkan rasa empati terhadapnya.

Kali ini Beomgyu bisa menatap kedua mata Kai sambil mengulas senyum dan tawa kecil. "Gak janji, sih. Tapi, gue hargai usulan lo."

"Itu haknya Kak Beomgyu, kok. Asal jangan marah-marah lagi. Kak Beomgyu kan ... lebih cakep kalau senyum." Kata Kai, Si Smooth Talker.

"Yaa, yaa..."

Meski keduanya sudah tampak baik-baik saja, tetapi Beomgyu tetap merasa malu dengan apa yang ia lakukan kemarin malam. Kemarahannya yang spontan dan tak terkendali tersebut sudah membuat keadaan kacau. Terima kasih kepada Kai yang masih begitu ramah kepadanya, tanpa tersulut emosi.

💙

Yours ( Beomkai / Kaigyu )Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz