After the war-Temari

466 56 0
                                    

" Di mana ini?" Temari bisa merasakan suaranya sendiri yang terdengar serak.

Matanya menyipit menyesuaikan cahaya yang masuk. Kepalanya terasa pusing dan rasa sakit yang cukup intens ia rasakan di lengan kanannya. Temari ingat, tangannya terluka saat serangan Madara.

Ah, ya! Madara! Apa yang terjadi?!

Temari memandang dengan bingung, Shinobi shinobi terlihat saling berpelukan dan berteriak gembira. Beberapa di antaranya menangis dan yang lain melompat lompat. Temari bangkit dan menyingkirkan sisa kepompong aneh yang sebelumnya menyelimuti tubuhnya. Pandangan matanya tertuju pada sosok Naruto yang sedang tertawa bersama Sasuke dan Sakura serta Kakashi yang ada di dekat mereka. 'Sepertinya bocah berisik itu berhasil' pikir Temari.

Seulas senyum terpampang di wajahnya. Mereka berhasil. Perang sudah berakhir dan mereka memenangkannya. Tapi Temari tahu, itu bukan berarti hidup mereka sudah berakhir. Mambangun kembali desa setelah perang adalah hal yang akan jauh lebih menguras tenaga. Bagaimana mereka harus melanjutkan hidup, dengan segala yang telah terjadi. Itu akan menjadi hal yang berat, terutama bagi mereka yang kehilangan rekan dan keluarganya.

Keluarga. Kata itu mengingatkan Temari pada sosok dua pemuda, adiknya, keluarganya yang tersisa. Ia memaksakan untuk bangun dan mulai mencari cari sosok kedua adiknya itu. Kankurou dan Gaara, Temari tahu mereka tidak akan mati semudah itu. Tapi perang yang mereka lalui bukanlah misi biasa, bukan juga pertarungan biasa,  dalam perang seperti ini apapun bisa terjadi. Yang terkuatpun bisa mati. Dan Temari harus memastikan bahwa skenario buruk itu tidak terjadi pada kedua adiknya.

Ia tersenyum lega saat menemukan sosok Kankurou dan Gaara sedang berdiri di dekat kelompok Kage. Ia berlari dan langsung menarik mereka dalam pelukannya, tanpa memperdulikan bahwa saat ini mereka sedang berada di depan para Kage. Persetan dengan formalitas. Kedua adiknya hidup, itulah yang terpenting baginya sekarang.

Temari tidak mengatakan apapun. Lagipula dari awal mereka bertiga tidak butuh kata kata untuk saling memahami. Mereka selalu bisa saling memahami satu sama lain, sejauh apapun mereka terpisah, karena mereka adalah saudara. Temari merasakan kedua adiknya balas memeluknya. Sudut matanya mulai terasa hangat. Tapi Temari mati matian menahan air matanya. Seorang Sabaku tidak boleh menangis. Itu adalah prinsip yang diajarkan ayahnya dan terus ia pegang sampai sekarang. Tapi saat merasakan pundaknya basah, Tangis Temari pecah.

Saat ini ia bukan seorang Putri Suna, bukan juga seoarang Sabaku. Ia adalah Temari, dan kedua orang yang ada di pelukannya saat ini adalah adik adiknya yang sangat berharga, mereka hidup dan baik baik saja.  Itu sudah cukup menjadi alasan bagi Temari untuk meneteskan air mata.

Setelah sesaat berpelukan, Temari melepaskan diri dan mengusap air matanya. Ia melihat wajah Gaara dan kankurou yang penuh air mata. Sekarang ia sadar, betapa berharganya mereka satu sama lain. Sepertinya perkataan orang orang ada benarnya. kau baru menyadari seberapa pentingnya seseorang saat kau hampir kehilangannya.

"Aku senang melihat kalian berdua baik baik saja," ujar Temari sambil tersenyum.

"Ya, kami juga," ujar Kankurou.

Mata Gaara tertuju pada lengan Temari, ia melihat bekas darah di sana, dan gadis itu menggenggam lengannya seolah sedang enahan rasa sakit.

" Temari ... tanganmu .." ujar Gaara.

" Ah, sepertinya aku mematahkan tanganku... " Temari tertawa kecil.

"Sebaiknya kau pergi ke tenda medis"

"Aku tidak apa apa, Gaara. Lagipula mereka punya banyak pasien lain yang harus diobati," lagipula kurasa kau yang lebih membutuhkan pengobatan," ujar Temari sambil memandang Gaara dengan cemas.

Ia tahu Gaara kehabisan chakra dan terluka cukup parah dari pertarungan melawan Madara bersama para Kage sebelumnya.

"Pergilah ke tenda medis, Temari. Aku dan Kage yang lain juga akan menuju tenda medis," kata Gaara meyakinkan Temari.

Temari sedikit ragu, tapi akhirnya ia mengangguk kecil. Lagipula rasa sakit di tangannya mulai terasa mengganggu. Ia melirik Kankurou.

"Aku harus mengumpulkan anggota Divisiku dan mendata mereka," ujar Kankurou.

Temari mengangguk paham, itu adalah langkah pertama yang harus dilakukan, memastikan jumlah korban serta mendata shinobi yang masih hidup. Itu berarti Divisnya pun akan melakukan hal yang sama.

Divisi empat tempat Temari berada adalah divisi serangan jarak jauh dengan ketua divisi Gaara, tapi jika Gaara akan menerima pengobatan berarti yang akan melakukan pendataan adalah .... Nara Shikamaru. Temari teringat sosok pemuda berambut nanas itu. Hatinya mendesaknya untuk memastikan apakah pemuda itu baik baik saja.

Senyum mengembang di wajahnya saat ia melihat pemuda itus edang berpelukan dengan Ino dan Chouji. Pemuda itu baik baik saja, ia masih hidup. Tanpa disadari Temari merasa sangat menyusuri hal itu. Setelah Gaara dan Kankurou berlalu, Temari menghampiri dua orang gadis yang sedang berbincang bincang.

"Matsuri, Yukata ..." ujar Temari sambil tersenyum.

" Temari-Sama!" Kedua gadis itu langsung menghambur dan memeluknya.

Temari terkekeh," Aku senang kalian berdua selamat"

"Kami juga, Temari-sama," ujar keduanya dan mulai menangis.

Temari mengangkat tangannya dan menepuk pelan punggung kedua gadis mudaitu. Mereka berdua masih muda dan sudah harus melalui dan menyaksikan banyak hal mengerikan, perang ini pastinya akan meninggalkan dampak yang sangat besar bagi mereka berdua.

Perang selalu menimbulkan kesedihan, baik bagi pihak yang menang ataupun yang kalah. Temari selalu meyakini hal itu, karena itulah  ia harus memastikan hal seperti ini tidak akan terulang lagi. Cukup sekali saja mereka melalui perang, perang ini harus menjadi yang pertama dan terakhir. Tidak boleh ada perang lainnya lagi.

"Kalian berdua, pergilah berkumpul dengan divisi empat yang lain. Sebentar lagi seharusnya akan dilakukan pendataan," ujar Temari.

" Lalu anda sendiri  bagaimana, Temari-Sama?" tanya Matsuri.

" Ah, aku masih harus ke tenda medis ..," Temari menunjuk tangannya.

Matsuri dan Yukata melihatnya dengan cemas.

" Hanya luka kecil, tapi Gaara dan Kankurou memaksaku ke tenda medis. Mereka tidak akan senang jika tahu aku berkeliaran tanpa mengobati tanganku ..." Temari tertawa.

Matsuri dan Yukata mengangguk paham.

" Ah, jika ada yang mencariku. Katakan saja aku masih hidup,"ujar Temari lagi sebelum melangkahkan kakinya ke arah tenda medis.

Matsuri dan Yukata saling memandang. Mereka tahu dengan pasti siapa orang yang dibicarakan Temari.



Shikatema : An Story UntoldOnde histórias criam vida. Descubra agora