1 Minggu Kepergianmu

0 0 0
                                    

Seusai kau pergi, hatiku terasa hancur. Remuk. Tak karuan. Semua impian yang kita mau kini hanya kenangan, pergi tanpa pamit terlebih dulu. Setelah seminggu kau pergi, aku masih di rumahmu, menatap sisa-sisa dirimu. Serpihan bayangmu yang masih ada. Berharap kau di sini, menemani dinginnya malam dan kesendirian di kota ini.

Kususuri setiap pojok rumah berukuran 8x8 meter ini, kumasuki ruang-ruang di dalam rumah ini. Kuraba setiap jejak dirimu di sini. Sesekali aku mengingat kenangan kita selama ini.

"Na, aku ambil foto kamu ya? Biar aku ingat kamu terus," katanya sambil memegang kamera Canon miliknya.

Aku memejamkan mata lalu mengangguk, tak lama, ia mulai memotretku dengan berbagai macam gaya dan senyuman.

"Boleh liat nggak?" tanyaku penuh makna.

"Boleh." Ia kemudian memberikan kameranya padaku. Aku kemudian melihat slide demi slide potretku, aku tertawa kecil.

"Kamu keren lho motoin aku, kenapa kamu ngga jadi fotografer aja?" aku menatap lelakiku. Sementara ia mematung.

"Ah, Na. Hasil fotoku jelek lho. Oh ya, kalo kamu mau, kamu mau nggak jadi model fotoku?" ia bertanya padaku, aksen terakhirnya penuh harap.

Aku diam sejenak.

"Bagaimana, Na?" ia bertanya ditengah lamunanku.

Aku mengangguk, "Yah."

Ia tersenyum bahagia. "Alhamdulillah, makasih ya, Na."

Ia kemudian memelukku. Hangat rasanya.

Aku kemudian diajaknya pergi ke beberapa tempat untuk berfoto. Aku bahagia, tak lama, ia menguploadnya ke sosial media miliknya.

[Picture]

@fadhilbaskara yang mau sewa jasa foto, bisa DM ya. Makasih.

📸@anatha_lia

Tak lama, notif dari instagramnya berdering. Banyak. Ia segera memeriksa satu per satu.

@rina_ paket prewedding berapa, Mas?

@rizaars foto wisuda berapa mas?

@arnizarp21 foto wedding dong mas

Ia tersenyum, bahagia. Aku juga.

Usaha studio foto miliknya berjalan dengan lancar, walau ada sedikit kendala dalam hal lightning dan editing. Tetapi soal hasil foto lumayan bagus. Aku cukup senang, dengan pencapaiannya saat ini. Setidaknya, ia bisa mengembangkan bakatnya.

"Na, penghasilan bulan ini rada kecil," ucapnya sembari memegang amplop berwarna putih.

"Iya, gak apa-apa." Aku tersenyum senetral mungkin. Sembari berusaha menenangkannya.

"Aku pake sedekah ya, Na?" tanyanya.

Aku terkejut, sontak mulutku menganga. Aku tak salah dengar?

Aku mengangguk, tanda setuju.

***

Aku masih di tempat yang sama, menyusuri setiap foto yang ada. Mataku tak henti meneliti objek yang ia jadikan foto. Tak lama, aku berhenti pada sebuah foto berlatar belakang pasar.

Aku berusaha mengingat, sejenak tentang waktu dulu. Ketika aku masih suka pergi bersamanya.

"Na, foto di pasar ini juga bagus." Ia mengarahkan kamera kesana kemari.

Aku mengangguk, "Iya."

Aku berfoto dengannya berdua, dibantu oleh Akbar. Kami bertukar pose, tertawa bahagia, seperti sepasang kekasih yang tengah jatuh cinta.

****

Lanjut !!.

Episode KepergianmuWhere stories live. Discover now