Anak Papa

3K 339 22
                                    

Jeno membawa motornya pergi berkeliling jakarta sampai bensin motornya habis. Pikirannya entah kenapa menjadi tidak tenang begini setelah melihat bagaimana Mama-nya selalu menomor satukan kakak sulungnya. Jeno bahkan masih ingat semalam Mamanya tidak tidur sama sekali dan terus-terusan menunggu Mark di depan rumah. Wanita itu hampir pingsan karena kecapean akibat terus-terusan menangis. Jeno bersama dengan kedua adiknya berusaha untuk membujuk Mamanya dan akhirnya Mamanya setuju untuk menunggu Mark di ruang tengah sampai pagi.

Sedari mereka kecil dulu Jeno sadar betul kalau jika kedua orang tuanya memberikan perhatian lebih untuk kakak sulungnya terlebih Mama. Di mata Mama kakak sulungnya adalah aset berharga yang harus wanita itu jaga untuk masa depan mereka sementara untuk Jeno, Mamanya selalu melabelinya dengan si anak kedua yang susah di atur.

Tak jarang juga Mama akan membandingkan pencapaian Jeno dan Mark. Mama selalu membanggakan kakak sulungnya itu yang pandai di akademis dan olahraga. Jago berbicara dan segala macam hal sedang Jeno di mata Mama lebih sering keluar rumah gak jelas, main gak tau waktu, dan suka males-malesan sehingga nilai akademisnya jauh di bandingkan Kakak sulungnya.

Padahal, tidak semua anak harus jago di akademis kan? Jeno juga mengakui jika untuk urusan akademis Kakaknya memang jauh melampauinya. Sedangkan dia lebih tertarik pada latihan fisik, bermain basket ataupun karate dan boxing. Mark belum tentu sehebat Jeno dalam urusan itu. Tapi lagi-lagi Mama tidak begitu mengapresiasinya.

Jeno menghentikan motornya di depan sebuah cafe. Dia butuh menjernihkan pikirannya di sini dulu. Entah untuk segelas kopi dingin atau minuman lainnya.

Saat pesanannya sampai Jeno tak langsung meminumnya dan lebih memilih melihat ke arah luar jendela di mana sore ini hujan mengguyur wilayah jakarta dan sekitarnya membuat suhu udara menjadi dingin.  Jeno menghela nafas berat..

Tadi Jeno menerima piagam penghargaannya untuk lomba yang di ikutinya. Jeno ingin pulang ke rumah lebih awal memberikan surprise untuk Mama. Tapi piagam penghargaan Jeno tidak sebanding dengan banyaknya piala punya Mark yang Mama simpan di lemari rumah mereka.

Apalagi saat melihat bagaimana Mama memohon pada kakak sulungnya seperti itu. Mark dunianya Mama. Itu yang Jeno pikir.

Pemandangan di luar sedikit menenangkan Jeno sore itu. Ini bukan kali pertamanya ke mari. Jeno pernah membawa Nana dan Rena kesini dulu. Ngomong-ngomong soal Rena dan Nana, jujur saja sampai sekarang Jeno masih belum move on soal mereka. Dia senang hubungannya dan Nana sudah membaik, tapi di saat yang sama perasaan kehilangan karena Rena juga masih Ia rasakan.

Ada satu alasan yang membuat Jeno memacari keduanya. Rena dan Nana memberinya kasih sayang dan perasaan nyaman serta di inginkan. Keduanya memiliki sifat yang sama. Lembut dan keibuan. Jeno suka saat kedua pacarnya bergantung padanya dan menelfonnya di saat mereka perlu bantuan.

Jeno merasa di butuhkan.. Dan rasa itu membuatnya jadi terdengar egois dengan memacari ke duanya. Tapi sungguh demi apapun, jika di suruh memilih seperti kemarin.. Jeno tidak bisa. Rasanya seperti Rena dan Nana memiliki tempat tersendiri di hatinya.

Ponsel Jeno bergetar dan ada satu pesan dari Papanya di sana.
Ah Papa. Kemarin Papanya mengirimkan pesan permintaan maaf karena tidak bisa hadir di pertandingannya karena meeting yang tidak bisa di tunda dan Papanya harus berangkat ke medan hari itu juga.

Jeno sudah memaafkan Papa. Tapi rasa kecewanya hari itu masih ada. Bagaimanapun Papa sudah berjanji padanya akan datang.

[Papa]
Mumpung Papa lagi belanja oleh2
Kamu mau apa?

Jeno senyum melihat pesan yang di kirimkan Papanya.

Apa aja.
Cewek baru juga boleh😜

Bujang MAMA Tya||JaeyongFams✔Where stories live. Discover now