2 : penting

151 25 8
                                    

Naruto menurunkan standar motornya keras. Tidak biasanya dia mengambil hati kalimat Sakura. Tetapi entah mengapa saat itu Naruto merasa amarah Sakura tidak beralasan. Sakura memang sudah biasa marah karena hal kecil dan Naruto biasanya dapat memaklumi itu. Tapi entah kenapa hari itu, rasanya Naruto sudah tidak punya energi untuk melakukannya.

"Yoo pirang!" Choji sobat Naruto bertubuh gempal itu menyapa Naruto dengan suara keras. Ia datang bersama Shikamaru dan Neji yang kemudian melakukan fist bump.

Empat sekawan itu memang cukup dekat. Mereka menjadi dekat karena berada di fakultas yang sama.

"Kenapa muka lu? Kaya orang yang habis gelut sama ceweknya" Shikamaru memecah keheningan sembari menghisap rokoknya nikmat.

"Cewek apaan, Sakura paling. Kenapa Nar?" ujar Neji tepat sasaran.

"Gua ribut sama dia. Gua juga gak tau alesannya apa, habis gua anter Hinata terus bawain pesenan dia, dia langsung marah gak jelas ke gua. Dia bilang gua bego? Gak tau lah, males gua mikirnya."

"Kalau males lu gak akan galau gini, lah." Shikamaru dengan otak kritisnya.

"Mau dapet kali. Lagian lu juga biasanya oke-oke aja ngadepin mood si pinky? Lu di tonjokkin berkali-kali juga malah nyengir" ujar Neji sembari menyeruput kopi sasetnya.

Naruto terdiam. Tanpa diberitahu dia sudah menyadari kelakuannya yang berbeda.

"Lu capek kan sama hubungan lu bertiga?" tanya Choji yang membuat Naruto membeku. "Kobaran api tuh ya, mau lu jaga gimanapun juga, kalau orang lain berusaha matiin lu bakal cape juga. Dan akhirnya lu bakal lebih milih berada di kedinginan dibandingkan berusaha dengan kelelahan" lanjutnya lagi.

Diantara ketiga temannya, Choji yang paling memahami perasaan orang lain. Keinginannya untung memasuki jurusan psikologi yang terhalang nilai UTBK yang rendah memang sangat terlihat.

"Lu pikir gua harus gimana, Ji?" Naruto bertanya polos. Dia sangat bingung dengan perasaannya saat ini. "Cinta itu apa sih? Kenapa gua harus suka sama Sakura? Kenapa dia harus suka sama Sasuke? Salah kalau gua pengen dia bales perasaan gua? Gua gak mau dilihat sebagai cowo pamrih yang lakuin sesuatu cuma buat dibales, gua juga gak akan sudi kalau dia bales cinta gua cuma karena kasian. Tapi kalau gua boleh jujur, gua cape anjir."

"Sekarang gua tanya, lu kenapa suka sama Sakura?" Shikamaru bertanya gamblang.

"Awal gua liat dia, gua cuma mikir ini cewe paling cakep yang gua temuin. Beruntungnya gua malah ada project bareng sama dia dan Sasuke. Makin kita gede, gua jadi terbiasa sama dia. Gua terbiasa turutin semua mau dia, gua seneng liat dia seneng, gua bakal berusaha apapun buat bantu dia kalau dia lagi sedih." Naruto menerima sebatang rokok dari Shikamaru.

"Nyaman gitu istilahnya?" Naruto mengangguk pelan.

"Nyaman apa cuma karena terbiasa aja?" Hembusan rokok Naruto berhenti perlahan.

"Emang ada yang salah dari terbiasa aja?" Menurut Naruto bukannya perasaan cinta emang kaya gitu? mana tau dia kalau bakal jadi terbiasa sama Sakura.

"Gak salah, sih. Tapi misal nih kalau suatu saat Sakura gak butuh lu lagi, atau misalnya lu sibuk dan punya kegiatan lain sampe gak punya waktu bareng Sakura, kira-kira lu bakal tetep suka gak sama dia?" Naruto merenungkan perkataan Shikamaru.

"Udah intinya mah gini, Nar. Lu tanya sama Sakura dia kenapa, minta maaf aja lah cewek mah biasa ngambek-ngambek gitu. Dibeliin seblak juga luluh. Emang kita ni cowo-cowo yang harus tarik napas dalem-dalem kalau ngadepin mereka." Neji, satu-satunya cowok di geng mereka yang udah punya cewek.

Naruto menghisap kembali rokoknya, merenungkan perasaannya sendiri. Memikirkan kemungkinan apa yang akan ia lakukan jika pada akhirnya Sakura tidak akan bisa ia dapatkan.

KulacinoWhere stories live. Discover now