xvii. Aidyn's Real Identity

Start from the beginning
                                    

"Kalian istirahatlah. Besok kita akan melakukan perjalanan," titah Fael.

"Perjalanan? Kemana?" Tanya Ivon.

"Mencari Aidyn dan Jai. Aku punya firasat buruk soal mereka..."



»» --⍟-- ««



Pagi hari telah tiba. Jarak berkilo-kilo meter mereka tempuh. Berjalan tanpa arah cukup melelahkan. Jai dan Aidyn tidak tahu harus pergi kemana.

Mereka bermalam di wilayah vampire. Jai aman sebab ada Aidyn. Semua vampire yang mengusir Jai dihajar langsung olehnya, Aidyn tak segan untuk melakukan lebih jika para vampire berani mengusiknya dan Jai. Para vampire tahu betul siapa Aidyn, si vampire aneh yang terkenal kejam dan dingin serta terasingkan. Mereka tahu betul kemampuannya. Lebih baik mereka pergi daripada menjemput ajal.

Jai tidak mengatakan terima kasih karena dia malu. Kalau dia berkata seperti itu Aidyn akan meledeknya habis-habisan. Dia putuskan untuk diam walau dalam hatinya dia senang karena Aidyn mulai menunjukkan rasa ingin berteman. Jai dan Aidyn sama-sama malu dan tidak mau mengungkapkan apa yang ingin mereka katakan. Keduanya memiliki rasa gengsi yang tinggi. Karena itulah mereka berkelahi sepanjang waktu bahkan hampir baku hantam sungguhan.

Saat ini keduanya berjalan beriringan. Mereka tidak lagi menjaga jarak karena khawatir kelompok bertato ular kobra muncul seperti sebelumnya. Tidak ada yang berbicara, keduanya diam dan fokus ke perjalanan. Rasa canggung dan sebal satu sama lain masih terasa. Keduanya tidak tahu harus bagaimana selain berjalan dan berwaspada. Setidaknya lebih baik dari sebelumnya, tidak ada perkelahian sungguhan.

"Hei, vampire aneh. Aku penasaran mengapa kau aneh. Selain kemampuanmu, warna rambutmu juga aneh. Apa kau mewarnainya?" Tanya Jai tiba-tiba. Dia sengaja mengajak Aidyn bicara, dia tidak tahan berdiam diri terlalu lama.

"Tidak," jawab Aidyn singkat.

"Aku tidak pernah melihat warna rambut sepertimu. Bukan dilihat dari warna, tapi dari letak warnanya. Apa kau-"

"Diamlah, aku tidak suka membahas itu."

Jai mendecih kesal. "Selalu saja seperti itu. Kau sudah menolongku beberapa kali, begitupun sebaliknya. Kau tidak ingin terbuka padaku? Kau tidak ingin menceritakan apapun?"

"Tidak."

"Kenapa?"

"Karena aku tidak percaya padamu."

"Hei! Kau sendiri tahu kalau aku tidak sejahat yang kau pikirkan. Kau pun tahu aku tidak menyerangmu."

"Aku tetap tak mempercayaimu."

Jai mendengus. "Jangan katakan padaku kalau Fane tidak mengetahui banyak hal tentang dirimu," gumamnya.

"Benar. Kak Fane tidak tahu apapun soal diriku," balas Aidyn mendengarnya.

"Kukira Fane adalah sahabat terbaikmu. Tapi kau menyembunyikan rahasia darinya. Kupikir kau sahabat yang baik."

"Tidak semua hal harus diceritakan pada orang lain dan aku akui aku bukanlah sahabat yang baik baginya. Aku tidak peduli apa yang kau katakan. Aku tidak akan menceritakan apapun karena tidak ada urusannya denganmu."

"Benarkah? Kau merahasiakannya karena kau takut, bukan? Bukan karena ucapanmu barusan."

Jai ini... suka sekali membuat Aidyn kesal.

[i] IL: Pure Blood | Enhypen ✓Where stories live. Discover now