four ; if you're with me

Start from the beginning
                                        

Laoshi hanya tersenyum malu menanggapi ucapan Aiela barusan. Sementara Jiaqi hanya tertawa ringan diselingi tatapan tajam kepada Aiela.

"Hmm... Memang sudah waktunya, bukan? Aiela sudah lima tahun, sudah waktunya memiliki seorang adik." Laoshi itu terkekeh sambil memasuki kelas setelah membungkuk sopan.

Seperginya laoshi dari pandangan mereka, Jiaqi menggendong Aiela dan membisikkan sesuatu.

"Jangan pernah bahas adik dimanapun tempatnya!"

Aiela menatap Jiaqi dengan tatapan polosnya, "Memangnya kenapa, pa? 'Kan betul Aiela pengin punya seorang adik."

Jiaqi menarik napas panjang kemudian dihembuskannya secara perlahan, "Sayang, dengarkan papa, okey? You won't have a little brother! Mengerti?"

Aiela menatap Jiaqi kecewa, "Why? Aiela rasa itu tidak sulit. Buktinya banyak teman Aiela yang memiliki seorang adik, tapi kenapa Aiela tidak?!" Mata gadis itu berkaca-kaca dan bibirnya bergetar, mungkin sebentar lagi lapisan bening pada bola matanya itu akan berubah menjadi butiran kristal yang meleleh membasahi pipinya.

"Aiela tahu kenapa teman-teman Aiela bisa memiliki seorang adik? Karena mereka memiliki mama. Mama yang mengandung adiknya selama sembilan bulan, sedangkan Aiela? Aiela tidak memiliki seorang mama. Aiela paham 'kan kenapa Aiela tidak akan pernah bisa memiliki seorang adik?" Jiaqi menatap putrinya dengan tatapan teduh membuat perasaan Allycia sedikit tak karuan.

"Tapi kita punya bib—"

"Aiela, bagaimana kalau kita makan siang bersama?" potong Allycia yang menyita perhatian Jiaqi serta Aiela. Gadis kecil itu mengangguk antusias.

"Papa, ayo kita makan siang bersama bibi!" seru Aiela kepada Jiaqi. Dan hal itu diangguki oleh Jiaqi, "Iya, ayo!"

"Yey!!"

-  -  -

"Aiela mau ini!" tunjuk Aiela pada makanan yang dimakan oleh Allycia. Wanita itu sontak menghentikan kegiatan makannya, "Tidak boleh, sayang. Ini pedas, nanti perutmu sakit," tutur Allycia.

Aiela mengerucutkan bibirnya lucu, "Kalau begitu suapin Aiela," pintanya sambil menggeser mangkuk spaghettinya kearah Allycia.

"Aiela, jangan manja!" peringat Jiaqi untuk kesekian kalinya karena gadis itu benar-benar manja hari ini.

Allycia mengulas senyum, "Tidak apa-apa, santai saja."

Jiaqi memperhatikan interaksi antara Aiela dan Allycia disela-sela kuyahannya. Semakin hari keduanya semakin akrab, bahkan Jiaqi sendiri dapat merasakan pancaran kasih sayang diantara keduanya.

"Yang keempat, penyabar, penyayang, dan lemah lembut," batinnya.

Jiaqi sendiri tak paham, orang asing seperti Allycia mampu membuat putri semata wayangnya itu merasa nyaman ketika berada di dekatnya. Tapi tidak ada rasa curiga sedikitpun yang terbesit pada benak Jiaqi, karena dari awal ia sudah berpikir bahwa Allycia adalah wanita yang sangat baik.

Lamunan Jiaqi buyar tatkala sebuah telepon telah menggetarkan ponselnya, "Aku angkat telepon sebentar," pamitnya pada Allycia kemudian sedikit menjauh ke tempat sepi.

you and my time  Where stories live. Discover now