"Apa kau mengetahui sesuatu?"

"Polisi bilang, kemungkinannya ada dua. Laura diculik, atau dia sengaja pergi begitu saja tanpa meninggalkan jejak. Aku tidak tahu apa yang membuat Laura menghilang. Sungguh, aku sendiri bingung."

Suara embusan napas Mandy terdengar berisik di telinga Theodore. "Kalian pasti punya masalah belakangan ini," terkanya.

"Tidak, Mom. Kami—" Sedikit ragu di kalimat Theodore. "—baik-baik saja."

"Kedengarannya tidak begitu yakin."

"Well, perdebatan kecil dan itu hal biasa. Laura tidak pernah benar-benar mengeluh dan ia bahkan tidak banyak bicara." Theodore terkesiap seakan teringat sesuatu. Apa yang baru saja dikatakannya mengingatkan ia pada sifat asli Laura sebelum benar-benar menjadi Laura yang saat ini.

Felicia si gadis pendiam.

Dalam skala besar kecemasan Theodore, ia benar-benar takut jika Laura menemukan kembali ingatan dan jati dirinya yang dulu.

"Mom, bagaimana kalau ingatan Laura telah kembali dan ia tahu kalau selama ini kita menutupi semua kebenaran darinya?"

Bibir Mandy setengah menganga, antara percaya atau tidak. Setelah sebelas tahun lamanya gadis itu menjalani hidup normal sebagai Laura yang ceria dan manis, tidak mungkin jati dirinya berubah dalam waktu singkat.

***

Mobil yang diambil Ted di kantor polisi baru saja memasuki halaman depan rumah Theodore. Pria itu mematikan mesin, turun dari mobil kemudian bergegas mengetuk pintu rumah Theodore untuk mencari tahu apa yang tengah terjadi. Satu menit kemudian, pintu terbuka. Theodore muncul dari balik pintu dan mempersilakan Ted masuk.

Theodore berjalan di depan Ted, menuntun pria itu langsung ke ruang tengah tempat biasa ia bersantai sambil menonton TV.

"Kupikir sesuatu terjadi padamu. Ada masalah apa sampai kau ke kantor polisi?" tanya Ted saat bokongnya sudah mendarat di atas sofa beludru kelabu.

Theodore membuka lemari es dan mengambil dua buah kaleng minuman bersoda lantas menyuguhkannya pada Ted. "Laura menghilang," katanya.

Rasanya sudah berkali-kali Theodore mengatakan kalimat itu pada orang-orang yang ingin tahu. Lidahnya terasa keluh dan ia selalu murung setiap kali mengatakannya. Semua orang yang mengenalnya ingin tahu, tetapi Theodore tidak bisa merahasiakannya seperti kotoran telinga sebab ia juga memerlukan informasi.

Mereka duduk sambil memegang kaleng soda sampai Ted bereaksi sedikit terkejut.

"Istrimu?" tanyanya tak percaya. "Laura? menghilang?" Theodore mengangguk sedih. "Bagaimana maksudnya? Menghilang seperti magis atau minggat? Atau ... seseorang menculiknya? Aku tidak mengerti."

"Aku tidak tahu."

Wajah Ted tampak seperti orang penasaran yang gagal memperoleh jawaban. Theodore melihat pria itu dengan perasaan kesal yang menunjuk pada diri sendiri. Ted bertanya bagaimana kronologi ceritanya, tetapi Theodore belum sempat menceritakan apa pun ketika bel pintunya berbunyi.

"Sebentar, aku harus membuka pintu."

Orang selanjutnya yang ingin mencari tahu kronologi berdiri di depan ketika Theodore membuka pintu. Rasanya seperti diserbu lebih dari satu wanita ketika Anitha masuk dan bertanya langsung ke intinya tanpa basa-basi. Wanita itu bahkan masuk ke dalam rumah sebelum Theodore mempersilakan.

"Ceritakan padaku," desaknya tiba-tiba. "Bagaimana Laura bisa menghilang begitu saja sementara aku baru saja berbincang dengannya."

Theodore mengangkat bahu begitu mendengar nada bicara Anitha. "Seharusnya aku yang bertanya padamu. Kebetulan sekali kau datang."

Under The MirageWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu