1

19 0 0
                                    

Seorang pria berusia lanjut tengah duduk disebuah bangku taman.ia menikmati hari tuanya dengan lebih tenang,disamping kanannya ada beberapa bilah benda tajam yang terbungkus oleh kayu yang dihias bungkus logam tipis.

Ingatan masa mudanya kembali,saat dimana ia berjuang tak kenal lelah. Melawan musuh tak kenal ampun dan juga kejam.segqla cara mereka lakukan untuk kembali melakukan kolonialisasi.

Parta,itu namanya.ia berjuang mengangkat senjata.berjuang menjadi suka relawan,ditengah terbatasnya senjata dan amunisi,ia berjuang dengan apapun yang mungkin ia lakukan.

Siang itu,parta tengah membuat sebuah busur dari bambu,ia tak sendiri.beberapa orang pemuda juga melakukan hal yang sama.ia sempat ikut pelatihan peta dan ditempatkan di semarang.selama pendidikan,ia dilatih kemampuan dasar tempur, penggunaan senjata, strategi lapangan,juga beladiri jepang.meski ia belajar beladiri sejak kecil pada kakeknya,itu dianggap tak cukup oleh perwira Jepang yang melatihnya,ia tetap diharuskan berlatih beladiri Jepang di tempat pendidikan itu.

"Par,wis rampung opo durung,anggonmu gawe? Mundak londo teko". (par,dah selesai belum kamu bikin? Keburu Belanda Dateng"tanya seorang pria yang menemaninya. Ditangannya sepucuk senapan garrand dengan gagah ia pegang.

"Wis,pur.wis cukup koyone"
(Dah,pur.kayaknya dah cukup"jawab parta kepada temannya yang bernama Purnomo.

Sementara seorang temannya bernama Slamet tampak keluar dari semak belukar, pemuda itu membawa sebilah katana bekas pasukan Jepang,dan sepucuk pistol.

"Wis,golek nggone Londo wae,mbok sepiro anggonmu gawe,ya gak bakalan cukup to" (dah,nyari punya Belanda aja,mau seberapa banyak kamu buat,itu gak bakalan cukup juga) ucap Slamet.

"Gebleg"ucap purnomo.ia melihat sebilah keris yang berada di pinggang depan Slamet dan parta.Disana terselip sebuah keris yang menurut mereka warisan orang tua mereka.mereka berdua yang sadar ditertawakan tak tinggal diam.

"Pur,Keris ku Iki,wis mateni wong selawe"ucap Slamet bangga.
"Pur,kerisku ini dah membunuh orang dua lima"

"Ra ngandel aku,wong barang cilik sak mono kui"
(Gak percaya aku,benda sekecil itu"ucap Purnomo tertawa lantang.

"Apa yang kalian lakukan disitu,sini!"ucap seorang pria berpakaian militer,letnan Soerjo yang merupakan komandan mereka.

"Siap,pak.mereka buat anak panah"ucap Poernomo.

Letnan Soerjo memperhatikan anak buahnya,miris ia rasakan. Dari lima belas prajuritnya,hanya ada lima pucuk senjata api termasuk yang ada ditangan Poernomo itupun hasil rampasan.

"Kalian bertiga,saya perintahkan,bergerak ke daerah sepanjang sungai ini,jika musuh terlihat,laporkan ke saya"  ujar letnan Soerjo.

"Siap,Ndan!"jawab ketiganya serempak.

"Kamu,hemat amunisi.jangan asal tembak,kita tak punya banyak amunisi"ucap Soerjo lagi melihat senapan yang dibawa.

Mereka bertiga berjalan menyusuri aliran sungai,mereka sampai di sebuah tempat dimana tampak puluhan prajurit Belanda dengan bersenjata lengkap telah siap.

"Kejauhan ini,sial kita ketemu musuh,sebanyak ini"ucap poernomo.ia memegang memegang senapan dengan gugup.

"Jangan nembak,kita butuh senjata buat yang lain"ucap Slamet pelan.

Mereka tetap bersembunyi, hingga parta melihat seorang serdadu Belanda berjalan menyendiri dari yang lain.ia mendekati sebuah pohon tua.

"Malah kencing sembarangan"gumam Slamet ia bersembunyi bersama Poernomo diantara semak belukar.

Seorang pria berjalan mengendap-endap dibelakang si tentara belanda.ia dengan cepat membekap mulut dan memotong lehernya dengan sebilah keris di tangan.tentara Belanda itu ditinggal pergi,setelah semua peralatan yang ia bawa di rampas.sementara Poernomo dan yang lain berjalan dengan hati hati meninggalkan tempat itu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 31, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

keris eyangWhere stories live. Discover now