4. Grojogan Watu Purbo

87 20 2
                                    

🌻🌻🌻

Aura kebahagiaan menjalar ke seluruh rumah karena kepulangan Alif. Bahkan keceriaan itu menular ke seluruh pekerja di rumah Virdiano. Layaknya jumpa fans seorang artis semua orang di rumah ini berkerumun. Alif menebar senyum sambil menjawab semua pertanyaan satu per satu.

Aisyah sibuk mengutak-atik ponsel di sofa putih ruang keluarga, tetapi telinganya bagai radar yang merekam semua pembicaraan di dekatnya. Sesekali pandangan mereka bertemu. Namun, gadis berhijab itu segera memalingkan wajah dan berlagak sibuk membalas pesan di grup WA teman kuliahnya.

Bik Sum bahkan sampai melongo mendengar bagaimana pria itu menceritakan kehidupan di Sendai. Ingin rasanya Ai ikut bergabung dengan mereka dan menginterogasi pria berambut ikal itu, tetapi tembok besar bernama gengsi menahannya. Jiwa keponya meronta. Baginya Sendai adalah kota impian. Selama ini ia hanya bisa traveling via youtobe.

Dari hasil sadapan telinganya, Ai jadi tahu bahwa ternyata Alif menjadi dosen di Fakultas Teknik, Universitas Tohoku, Sendai. Fakultas yang sama dengan pilihannya. Otak Ai segera mencerna dengan cepat.

"What?" Ai memekik, sehingga semua orang menoleh ke arahnya. Pandangan Ai bertemu dengan Alif yang menyorotnya dengan tajam penuh selidik. "Eh ... Ini loh digigit semut." Gadis itu hanya meringis sambil menggaruk-garuk lengannya. Ia langsung beranjak menuju meja makan dengan wajah merah menahan malu.

Bunda Jihan tidak henti tersenyum, dan menyuruh Alif mencoba semua makanan yang terhidang di meja. Ai bergidik ngeri membayangkan Bunda menyuruh Alif menghabiskan semua makanan yang memenuhi meja makan berkapasitas delapan orang.

Saat pagi Aisyah menyuap sarapan dengan perlahan seraya mengamati interaksi antara Ayah, Bunda, dan Alif. Mereka saling bertukar canda, sedangkan ia hanya menjadi penonton.

Pandangan Ai tertuju ke depan. Sementara itu, pikirannya meliar membayangkan kehidupan pernikahan apa yang akan dijalaninya bersama pria berambut ikal tersebut. Entah kenapa bayangan pernikahan seakan-akan membelenggu langkahnya meraih impian di Jepang.

Ia tidak sabar untuk menyeret pemuda itu keluar dan bicara empat mata dengannya. Dari semalam Aisyah terus mendoktrin dirinya agar konsisten dengan misinya.

"Kamu pasti jarang makan, sibuk di kampus terus. Badan kok sampe kurus gitu? Ayo tambah lagi." Bunda Jihan terus saja menyodori Alif makanan.

Aisyah berdecak malas. Hello Bundaaa! Kek-nya Bunda perlu kacamata baru. Badan tegap berotot kok bisa dibilang kurus.'Gadis terus saja mengomel dalam hati.

"Lif, habis sarapan, Ayah mau bicara berdua di ruang kerja." Virdiano memandang lelaki berambut ikal itu sebelum beranjak dari kursi makan.

"Iya, Yah. Alif nanti segera ke sana."

Setelah menyelesaikan sarapan Alif beranjak dari kursi. Ia hendak menuju ruang kerja Ayah Virdi. Langkah pria itu tiba-tiba tertahan, ada yang menarik ujung kemejanya. Ujung kemejanya ditarik dari belakang oleh seseorang. Dia menoleh, lalu Aisyah memberi kode dengan mata agar pria itu mengikutinya.

Sampai di teras samping, Aisyah menghentikan langkah secara mendadak kemudian berbalik. Alif yang sedang tidak fokus menabrak tubuh Aisyah, sehingga gadis itu terhuyung ke belakang. Refleks Alif menahan lengan Ai.

Ai yang terkejut menepis dengan tangan satunya yang leluasa. Alhasil gadis itu terjungkal. Wajahnya merah padam menahan kesal dan malu.

"Dasar! Masih saja ceroboh."

"Enak, aja. Lah wong kamu yang nabrak aku. Harusnya kamu yang minta maaf," seru Aisyah tidak terima. Wajahnya makin memerah. Gadis itu bersikap menantang kepada pria di depannya.

"Kamu itu-" Emosi Alif sekejap ikut tersulut. Ia kemudian mengembuskan napas panjang mencoba mengendalikan dirinya. Alif bermaksud meninggalkan Aisyah karena tak ingin berdebat.

"Tunggu ... ehm, Mas. Kita harus bicara empat mata," tutur Aisyah sedikit gugup.

"Ya, sudah. Bicara aja ...." Alif mengubah posisi berdirinya. Ia bersedekap seraya memindai gadis di hadapannya. Dia menunggu Aisyah bicara.

"Nggak bisa di sini. Kita harus bicara berdua," sergah Aisyah cepat. "Kita bicara di luar saja," sambungnya.

"Baiklah. Kita akan bicara ... berdua. Aku akan menemui Ayah dan minta ijin sekalian," ujar Alif. Pria itu penasaran dengan ajakan Aisyah. Itu bagus, pikirnya. Mungkin ia bisa mempengaruhi gadis di hadapannya agar membatalkan perjodohan tidak masuk akal ini.

Ketika keluar dari ruang kerja Ayah Virdi, Alif menemukan Ai telah berganti baju dan duduk di ruang tamu. Gadis itu langsung melemparkan sebuah kunci mobil begitu Alif sudah berjarak satu depa.

"Kamu yang setir," ucap Aisyah seraya beranjak terlebih dahulu.

Aisyah mengayunkan langkah terlebih dahulu menuju halaman. Sementara Alif mengekori di belakangnya tanpa banyak kata. Langkah Aisyah berhenti di samping Brio berwarna hitam.

"Mau ke mana kita?" tanya Alif dari balik kemudi. Mobil yang mereka kendarai sudah meluncur di jalanan.

Tanpa menjawab pertanyaan pria di sampingnya, Ai mengutak-atik ponselnya. Ia meletakkan ponselnya di holder mobil. Seketika terdengar panduan suara lewat GPS.

Alif segera memutar haluan sesuai petunjuk yang berbunyi. Ia melirik gadis yang memakai pasmina putih di sampingnya tampak membuang pandang ke jendela.

Mobil yang mereka kendarai melalui jalan Magelang dan meluncur menuju Tempel, Sleman. Tak lama mobil memasuki gapura Desa Merdikorejo, suasana pedesaan menyambutnya. Ai segera saja menurunkan kaca dan membiarkan semilir angin menerpa wajahnya. Alif pun mematikan AC, dan langsung menurunkan kaca jendela di sampingnya. Hawa segar pedesaan yang kental menyeruak di indra penciuman.

Melewati jalanan makadam sepanjang tujuh ratus meter, tibalah mereka di tempat tujuan. Pahatan nama Grojogan Watu Purbo terpampang di dekat pintu masuk.

Aisyah langsung berlari kecil menuju lokasi air terjun. Tidak ada biaya masuk untuk ke tempat wisata ini. Gadis cantik itu berdiri di sebuah jembatan kayu. Ia menikmati pemandangan air terjun bertingkat enam di hadapannya.

Di bawahnya ada sungai dengan bebatuan besar. Dengan kedalaman sungai yang hanya selutut membuat pengunjung asyik bermain dan berfoto di antara bebatuan besar di sepanjang aliran sungai.

Sebenarnya Grojogan Watu Purbo ini adalah sebuah dam yang dibuat bertingkat guna menahan erupsi dari Gunung Merapi. Aliran sungai berasal dari Sungai Krasak dan Sungai Bebeng.

Tiba-tiba seorang pria berdiri di sampingnya. Tangannya mencengkeram pegangan kayu di jembatan. Mata mereka mengagumi pemandangan yang terhampar di depannya.

"Indah ...." suara bariton terdengar di samping telinga Ai.

"Iya. Indah sekali. Aku sangat mencintai alam dan ... air. Rasanya sejuk. Otakku serasa di-reset langsung fresh." Ai terkekeh seraya menatap pria di sampingnya.

Alif ikut tertawa kecil. Ia baru sadar bahwa gadis ini mempunyai satu lesung pipi di sebelah kanan. Binar mata gadis itu ketika tertawa membuat aura kecantikannya berlipat. Tanpa sadar Alif terpaku.

Aisyah dengan tidak sabar turun ke area sungai di bawah air terjun. Dengan menggulung sedikit celananya, gadis itu menginjakkan kaki ke air. Berjalan dalam aliran sungai menuju batuan besar yang terdapat di tengah.

Aisyah duduk di atas salah satu batu, dan membiarkan tangannya terkena aliran air. Rona bahagia menjalar di wajahnya yang berkilat cahaya matahari.

"Apa yang ingin kau bicarakan?" Alif ikut duduk di atas batu di depan Aisyah. Wajah mereka kini saling berhadapan.

"Aku ingin kita terikat akad dengan perjanjian."

🌻🌻🌻

Hadeeh Ai ...

Komen, dong! Biar aku tahu kalian ada 🤧🤧

Terikat Akad (Spin Off Injury Love -sudah Terbit)Where stories live. Discover now