2

3 2 2
                                    

Sore hari yang cerah, biasanya orang-orang akan keluar dari rumahnya dan menikmati langit sore dan angin sejuk, tapi kecualikan gadis pemalas yang rebahan di sofa ruang keluarga lengkap dengan handphone dan beberapa cemilan di meja sebelahnya.

Yui lebih suka berdiam diri di rumah sambil memainkan benda pipih itu atau membaca novel teenfiction, kadang juga menonton drama korea, aktor favoritnya adalah Park Hyun sik, dan masih banyak lagi yang lainnya, tak terhitung, yang tampan dan mempesona adalah favoritnya.

"Teh, ada tetangga baru ya?" Tanya seorang yang baru saja mendudukkan dirinya di sofa single ruang keluarga itu.

Yui menoleh dan mendapati adik laki-lakinya yang sudah rapih dan wangi. "Hmm" jawab Yui seadanya.

"Kata Ayah ganteng, tapi Dia sendirian"

Yui tiba-tiba saja terpikirkan tetangga barunya itu, gadis itu tidak sengaja tadi melihat bekas luka yang sepertinya tebal di dadanya, hampir dekat dengan leher, sepertinya luka yang sudah sangat lama.
Kembali mengingat itu, membuat gadis yang masih belum juga mandi itu merinding.

"Lu, mau kemana?" Yui akhirnya bangun dari rebahannya dan duduk bersila, menaruh handphonenya dan memperhatikan adiknya.

Yai menoleh ke kakak perempuannya "mau main sama temen"

"Temen apa temen?" Yui meledek.

"Temen teh, laki-laki kok" jawab Yai malas. Kakak perempuannya suka sekali berbuat jahil, dan itu benar-benar menyebalkan kadang.

Yui senyum smirk melihat adiknya seperti itu, "homo?"

Yai melotot dan memasang wajah kesal, "gelo! Emang kalo main sama temen laki-laki harus homo gitu? Berarti teteh juga kalo main sama temen cewek teteh homo juga dong" jawab Yai.

"Hehehe canda atuhlah asep" Yui sering memanggil adik asep, itu panggilan sayangnya pada sang adik.

"Namaku Yai, bukan Asep" bantahnya.

"Lah, asep itu kependekan dari kasep yay"

Yai hanya melengos, memilih fokus kepada handphonenya, menunggu temannya mengirim pesan kalau sudah di depan rumah.

"Eh, anak-anak Ayah pada disini" Rudi datang dengan segelas kopi di tangan kanannya dan mendudukkan dirinya di sebelah Yui, lalu menaruh gelas berisi kopi di meja.
Melihat Yui yang masih menggunakan piyama kuning, piyama yang sama seperti pagi tadi, menggeleng tak habis pikir pada anak gadisnya. "Mandi atuh teh, dari pagi juga belum mandi"

Yang di maksud menoleh dan tersenyum sampai matanya menyipit seperti bulan sabit. "Hehe, Males ah yah, lagian ga kemana-mana ini"

"Ck ck ck" menggelengkan kepalanya lagi, lalu memilih meminum kopinya sebelum dingin.

"Adek mau kemana?" Tanya sang kepala keluarga. Melihat anak laki-lakinya sudah rapih sore-sore begini. Biasanya juga kalau di rumah hanya menggunakan kolor dan kaos polos yang sudah usang kebanggaannya.

Yang di tanya berdiri, memasukkan handphonenya ke saku depan sebelah kanan celananya, "main yah, temen Yai udah di depan nih, Yai berangkat yaa" mendekati sang Ayah, lalu menyalimi tangannya.

"Eh ke tetangga depan dulu ya sebelum berangkat, bilang ' kak Jeno surah makan malem di rumah sama Ayah ' gitu"

"Iya yah, yaudah Assalamualaikum"

"Walaikumsalam, pulangnya jangan malem-malem ya nak" ingat sang Ayah.

"Siap!"

Setelah kepergian adik laki-lakinya, Yui yang penasaran pun bertanya kepada ayahnya, "yah, tetangga itu namanya Jeno?"

Rudi menoleh, "iya, namanya Jeno Adams Barameru, kenapa? Suka?" Tanya Ayah Rudi jahil. Sepertinya kejahilan Yui itu turunan dari sang Ayah.

Seperti tertangkap basah, Yui gelagapan di tanyai seperti itu.
Yui buru-buru menetralkan ekspresi wajahnya, "e -engga, itu.. aku waktu anter kue itu ga sengaja liat ada luka yang kayaknya besar gitu di dadanya hampir ke leher" meringis mengingatnya, "serem yah" adunya.

"Oh itu" Rudi menganggukan kepalanya mengerti kenapa putrinya ini seperti tertarik kepada tetangga barunya itu.

"Kenapa si Yah?" Tanya Yui lagi penasaran.

"KE-PO"

"Ayah!" Sungutnya sambil menggoyang-goyangkan lengan ayahnya.

"Kenapa si kok pengen tau?"

"Ya, penasaran aja, panjang ya itu sampe bawah? Sampe perut? Bekas apa sih?" Pertanyaan yang sebelumnya bersarang di kepalanya itu akhirnya keluar, sudah kelewat penasaran. Memang ya kalau laki-laki tampan itu bikin penasaran, apa saja yang ada di tubuhnya, di sekitarnya, bikin penasaran.

"Ya tanya sendiri" sang Ayah menjawan dengan santainya.

Menghela nafas, Yui mengubur dalam-dalam pertanyaannya, bisa ribet nanti Ayahnya ini kalau melihat sikap Yui yang terlalu penasaran dengan tetangganya itu, bisa-bisa Dia di olok-olok terus, dikira suka nanti.

Sang Ayah menyalakan televisi di depannya, dan menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa yang empuk itu. Lalu datang wanita dan duduk di sofa single tempat Yai duduk tadi.

Terlihat baru saja selesai mandi, lalu teringat sesuatu saat melihat suaminya, "yah, Jeno udah di bilangin makam malemnya disini aja?"

"Udah, sama Yaiz"

Sepertinya hari ini temanya 'Jeno si tetangga baru' dari pagi hari sampai sore, bahkan sepertinya sampai malam nanti topik nya selalu itu, belum lagi dirinya yang suka tiba-tiba kepikiran dan orang rumahnya yang membicarakan si 'tetangga baru'. Yui mengangkat bahunya berusaha tidak peduli.

***

Malam hari tiba, makan malam yang di rencanakan pun akhirnya di mulai, gadis yang baru saja selesai mandi itu berjalan ke dapur, melihat ada Jeno tetangganya, Yui berusaha biasa saja, membantu Bundanya, membawa piring dan beberapa lauk pauk ke meja makan, menatanya lalu duduk di kursi sebelah sang Bunda.

Rambutnya yang di gelung tinggi, membuat leher putihnya terlihat jelas.

Jeno yang berusaha untuk tidak terang-terangan memperhatikan leher itu pun mengalihkan pandangannya, meminum air banyak sampai gelas yang ia pegang kosong, habis tak tersisa. Takut juga orang sekitarnya menyadari apa yang Dia lakukan, Jeno kan jadi tidak enak nanti.

Di tengah-tengah makan malam tak sesekali Rudi memberikan pertanyaan pada Jeno, Ana pun turut bertanya seputar pekerjaan dan pendidikannya, yang di jawab Jeno dengan singkat dan jelas.

Jeno ini tipe yang irit bicara, kendati begitu Rudi dan Ana sudah memahami Jeno. Ya beginilah anak itu.

Yui hanya menyimak saja sedari tadi, tidak ada niatan ikut bertanya atau menyahuti. Memakan makanannya dengan tenang.

"Oh iya Jen, ada yang penasaran loh sama kamu" kata si kepala keluarga setelah menaruh gelasnya.

Yui yang merasa sang Ayah akan membicaranya, buru-buru menghabiskan air di dalam gelas yang di teguknya, lalu membuka matanya lebar-lebar dan menggeleng pelan kepada Ayahnya.

Rudi yang mengetahui anak gadisnya seperti itu tertawa.

Jeno bingung, tapi masih dengan raut wajahnya yang datar bertanya, "siapa om?"

Ayah Rudi membuka mulutnya dan menoleh kepada anak gadisnya yang masih membuka matanya lebar, "adaaa, anaknya lagi melotot sekarang"

Bunda Ana dan Jeno menoleh ke Yui, siapa lagi yang anak disini selain Yui pikir keduanya.

Yui yang mendapat tatapan dari orang-orang di meja makan ini, mengerutkan dahinya kepada sang Ayah.

'ayah ni bener-bener ya'

Melihat anak gadisnya yang bersikap aneh Bunda Ana terheran, "Sayang?" Panggil sang Bunda kepada Yui.

⭐⭐⭐👉

KOUD - Lee JenoWhere stories live. Discover now