1

7 4 0
                                    

Gadis dengan piyama bewarna kuning dan rambut acak-acakan menuruni satu persatu anak tangga, berjalan menuju dapur, menguap dan sesekali mengucek matanya yang masih belum terbiasa dengan sinar matahari pagi.

Matahari sudah hampir berada di tengah-tengah tapi gadis yang sekarang tengah memeluk bundanya itu baru saja terbangun dari tidurnya.

"Anak gadis jam segini baru bangun" kata seorang wanita paruh baya yang sedang mencuci piring.

"Mumpung lagi free bun, kapan lagi coba, libur ini kuliahnya juga, huaa" sambil menutup mulutnya yang terbuka lebar menggunakan tangan kanannya. Gadis itu lalu melepaskan pelukan di bundanya dan sedikit menjauh.

"Yaampun, bau, sana gosik gigi dulu Yui"

"Entar ah bun, mau makan dulu aja, biar sekalian"

"Tuh, di dalem lemari makanannya ambil sendiri, bunda mau beberes" setelah selesai mencuci piring, sang Bunda, Bunda Ana berbalik, memperhatikan anak gadisnya yang sedang mengambil makanan di lemari makan, "Yui, kamu ambis ini langsung mandi ya, nanti anterin makanan ke depan"

"Ha? Aku males bun ah, kan ada si Yaiz, dia aja udah"

Plok

"Aduk! Bun?" Yui berbalik, membuka matanya sangat lebar karna kaget dapet pukulan di bokongnya.

"Kalo di suruh teh malah nyuruh lagi, kebiasaan" keselnya, Bunda Ana memegang kepalanya yang terasa sedikit pusing. Anak gadisnya ini susah sekali di atur.

"Yah Bun... Yaudah iya iya sini sama Aku di anter. Tapi, gausah mandi ah, males" dengan berat hati akhirnya menuruti perintah sang Bunda, lalu cepat-cepat menghabiskan sarapan paginya.

***

Setelah menerima yang di berikan Bundanya, Yui berjalan dengan menghentakkan kakinya, pertanda kesal.

Sesampainya di ruang keluarga, Yui melihat adik lelakinya yang tengah santai duduk di sofa single sambil memainkan handphonenya. Si adik menyadari keberadaan kakak perempuannya lalu menoleh, " mau kemana teh?" Tanyanya Yaiz sang adik.

Bukannya menjawab Yui malah menjulur jari tengahnya kepada sang adik, "fuck!" Lalu berjalan dan tak menghiraukan adik laki-lakinya.

"Dih?" Sang adik memasang wajah kebingungan melihat kakak perempuannya sudah aneh pagi-pagi begini. Bukan pagi lagi sebenarnya karna ini sudah hampir jam sebelas siang. Tapi, bagi Yaiz ini masih terlalu pagi untuk melakukan hal-hal aneh seperti kakaknya tadi.

Yui berjalan, melihat gerbang rumahnya sudah terbuka Itu berarti salah seorang di rumahnya ada yang pergi keluar, lalu Yui melihat laki-laki paruh baya yang di yakini adalah ayahnya.

"Yah" panggil Yui saat sudah berada di dekat laki-laki yang sedang membantu mengangkut barang-barang milik tetangga barunya itu, ayahnya, Rudi.

"Ehh?" Sang ayah menoleh dan mendapati anak gadisnya datang masih dengan piyamanya dan rambut yang berantakan dan juga raut wajah yang sedikit kesal?

"Disuruh bunda sayang?" Merangkul bahu putrinya, berusaha membuat mood putrinya membaik.

"Iya, masa pantat Aku di pukul yah sama Bunda" adunya.

Sang Ayah hanya tersenyum dan mengelus pucuk kepala putrinya itu, "pasti kamunya nakal, makannya Bunda jadi marah, yakan?"

Yui memasang wajah tidak terima lalu menggeleng, sang Ayah hanya tertawa melihat putrinya kecilnya bersikap sangat lucu.

Di mata Rudi, Yui selalu menjadi putri kecilnya walau kini usianya sudah dua puluh tahun, Rudi juga selalu memanjakannya, sehingga Yui menjadi anak yang manja, kendati begitu Yui sebenernya adalah anak yang mandiri, Dia hanya manja kepada Ayahnya saja. Anak perempuan memang biasanya selalu dekat dengan Ayahnya kan.

"Di suruh anter ini yah sama bunda, buat tetangga baru katanya" Yui menunjukkan wadah yang di bawahnya, membuka kertas yang menutupinya dan melihat bakpau dengan beberpa warna.

Bunda memang suka sekali membuat kue, dan bakat itu menurun ke Yui. Tapi, Yui terlalu malas, jadi Dia hanya menikmati yang di buat Bundanya saja.

"Langsung ke dalem aja sayang, orangnya ada di dalem, tadi lagi ngangkutin barang, mungkin sekarang lagi beresin barangnya"

"Yaudah, Yui ke dalem ya yah"

Yui berjalan melewati gerbang rumah tetangganya dan menaiki tangga teras rumahnya dan berdiri di depan pintu yang terbuka lebar itu, melihat ke dalam, tapi hanya mendapati barang-barang yang belum berada di tempatnya.

Akhirnya gadis berpiyama itu berjalan perlahan masuk, menyusuri rumah yang masih kuat sekali bau catnya, karna baru selesai di renovasi.

"Permisi? Mau anter kue, dari rumah depan"

Tidak mendapati jawaban, Yui berjalan lagi menuju meja yang berada di dapur dan menaruh kotak berisi bakpau yang di bawanya.

Lalu tidak sengaja melihat sebuah foto anak kecil menggunakan sweater abu-abu yang memegang boneka beruang kecil tergelak di atas lemari sebelah meja tadi. Rumahnya masih belum di bereskan, jadi barangnya masih berantakan.

'lucu banget'

"Kamu siapa?"

"ANJIR!"

Yui memutar badannya dan mendapati lelaki dengan wajah datar menatapnya lekat, lelaki tinggi dengan hidung yang sangat mancung.

"Jadi kamu anjir?" Tanya lelaki itu, kedua tangannya di masukkan ke saku celana kain bewarna hitam yang di pakainya.

"Yui"

Lelaki itu mengerutkan dahinya, perempuan di depannya ini bersikap aneh tapi juga manis?

"Terus? Kenapa disini?"

"Anu, di suruh bunda anter kue" Yui menunjuk barang yang di bawanya tadi, membuat lelaki itu menolehkan kepalanya mengikuti arah tangan gadis itu.

"Aku anaknya yang bapak di depan" lanjut Yui.

"Kalau sudah kamu bisa pergi sekarang" ucap lelaki itu dingin.

Auranya tiba-tiba berubah, membuat gadis di depannya ini merasakan sesuatu yang aneh dari sebelumnya.

Lelaki itu menggerakkan kepalanya kiri, ke arah pintu keluar di depan sana dengan mata yang masih menatap Yui dengan dingin, mengisyaratkan untuk gadis itu agar segera pergi dari rumahya.

Yui melirik ke arah yang di tunjuk lelaki di depannya, dan menyadari Dia di suruh pergi dari sini, lalu mengerutkan dahinya dan menatap tajam orang yang berada tepat di hadapannya.

"Ya biasa aja dong, gua juga mau pergi ini, lebay lu" Yui berlalu sambil mendumel dengan kesal yang masih bisa di dengar lelaki itu "gaada makasih nya itu orang udah di kasih kue padahal sama Bunda, ck"

Lelaki itu menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Rasa aneh yang ia rasakan pada tubuhnya, membuatnya tidak nyaman dan memikirkan gadis berpiyama kuning selutut tadi.

Dia belum pernah merasakan yang seperti ini, perasaan aneh ini, tapi Dia suka dan ingin tau lebih jauh tentang perasaannya.

Berusaha menepis itu semua, lelaki itu berjalan keluar rumahnya dan melihat gadis berpiyama kuning itu sedang berbicara dengan seorang lelaki paruh baya, Rudi, ayah gadis itu, dengan gerakan yang berlebihan dan suara yang keras.

Ia bisa mendengarnya, gadis itu tengah membicarakannya kepada ayahnya yang sedang menurun-nurunkan barang dari mobil box.

Lalu saat gadis itu menunjuk-nunjuk ke arahnya, menolehkan kepalanya, dan menyadari lelaki yang di bicarakan itu ada dan mendengarkan, gadis itu melotot dan segera pergi, pulang ke rumahnya dengan berlari.

'manis'

⭐⭐⭐👉

KOUD - Lee JenoWhere stories live. Discover now