Dentuman Setan

1 0 0
                                    

Semuanya tampak kelabu ketika ia menatap sekitar, namun perlahan mulai terlihat jelas. Seperti ruang hampa dan hanya ia yang ada disana. Dengan hawa sejuk dan cahaya jingga menyinari area kekosongan tersebut. Apa yang terlihat disekitarnya membuat ia diam sejenak dan mulai meraba-raba lewat perasaanya yang lembut tentang apa yang sebenarnya terjadi. Hingga suara lembut—seperti wanita ataupun pria, entahlah—datang, entah dari mana asalnya dan memecah kesunyian.

“Hai, Kau sudah tiba.”

“Ah, tempat apa sebenarnya ini?.. semua nampak aneh bagiku.” sahutnya bingung

“Entahlah, inilah tempat ketika semua yang terlepas kembali ke awal.”

“Bisa lebih jelas?”

“Mungkin lebih mudah menggunakan istilah yang kalian suka, Kau sudah mati.” Kataku tegas, tapi tetap lembut.

Ucapan klise tersebut menarik kembali puing-puing pikiran Sang Pria yang kebingungan tersebut, kembali ke waktu sebelumnya melalui kilas balik waktu yang rumit. Tiga jam yang lalu, seorang Pria nampak merapikan kedai kopi tempat ia bekerja dan membalikan papan nama menjadi “Buka”. Dua jam pertama nampak biasa baginya karena pekerjaan itu sudah dilakukan hampir 2 Tahun. Namun, satu jam setelahnya adalah petaka. Dentuman besar datang dari arah belakang kedainya dan meluluh lantahkan kedai tersebut berikut orang yang berada di dalamnya. Ledakan itu kian dahsyatnya hingga membuat apapun hancur lebur, tak terkecuali tubuh manusia. Dan Pria malang tersebut adalah yang paling dekat dengan sumber ledakan. Maka makin tak karuan-lah tubuh tersebut tercerai berai dari yang seharusnya.

“Ya, aku ingat... aku sedang menyiapkan gelas dan cahaya menyambar tubuhku”

“Tapi itu tak menyakitkan bukan?” Tanyaku

“Entahlah, seperti kilatan dan tiba-tiba aku sudah disini”

“Itu ledakan bom”

“Iyakah?, jadi aku benar-benar mati” Tanyanya sedih

“Semua orang akan mati dan akan selalu begitu” Sahutku

“Jadi dimana aku sekarang?” tanyanya bingung. “Apakah aku akan melalui penghakiman itu?”

“Aku tak tahu menahu soal penghakiman” jawabku datar.

“Tapi mereka bilang setelah mati, semuanya akan dihakimi untuk menentukan apakah orang tersebut layak mendapat surga atau neraka.” Pria tersebut menjelaskan.

“Dan ‘mereka’ yang mengatakannya demikian belum mati bukan?”

“Entahlah” Jawabnya bingung. “Jadi, tempat apa ini sebenarnya?”

Sembari melihat sekeliling, Pria tersebut mencoba memastikan tempat macam apa ini.

“Bisa dikatakan tempat ini adalah dimensi yang tak terbatas, dan ruang-waktu menjadi tidak karuan”

“Bisa diperjelas?”

“Kurang lebih inilah tempat yang ‘mereka’ ingin cari tahu dan gambarkan tadi”

“Maksudmu ini alam baka?”

“Semacam itu, aku sendiri kurang yakin” Sahutku datar. “Mari kita berjalan-jalan sejenak. Agaknya kurang elok jika aku terus membebanimu dengan jawaban yang membingungkan”

Aku dan Pria tersebut mulai berjalan menyusuri kehampaan. Pria tersebut nampak lugu dan terkadang nampak terheran-heran dengan lingkungannya yang asing dan pemandunya yang selalu membuatnya makin bingung. Sembari berjalan Pria tersebut mulai meluapkan keherananya dengan pertanyaan.

“Jadi kemana kita pergi?” Tanyanya. “Semua nampak membingungkan, aku masih tidak mengerti tentang situasi sekarang”

“Kau akan kembali kesana” aku menunjuk titik hitam didepan. “Tempat itulah yang akan membawamu ke kehidupan yang baru”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 24, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TimelineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang