02. Aktivitas Aurora.

65 18 22
                                    

Aurora mengejapkan matanya beberapakali, hawa dingin berhasil menerpa kulitnya. Ia mengambil ponselnya yang berada di samping dirinya, lalu melihat jam yang berada di layar ponsel. Sudah jam lima subuh pagi Aurora bagun dari tidurnya dan duduk mengumpulkan semua tenaganya untuk hari ini. 

Aurora mengingat-ngingat kejadian kemarin, lalu gadis itu menggerutuki dirinya sendiri. Bisa-bisanya dia yang sedang rindu dengan Langit dan mengajak lelaki itu untuk mampir ke rumahnya, malah ia tinggal tidur. Sungguh bodoh Aurora. 

Meisya Aurora Sembiring, nama lengkap gadis itu. Aurora tidak suka jika ada yang memanggilnya Meisya.  Katanya kalau ada yang memanggil dirinya dengan sebutan Meisya, Aurora merasa itu sangat bukan dirinya. Yah, sejak kecil dia sudah sangat terbiasa dengan nama tengahnya, Aurora. 

Aurora melihat kembali ponselnya saat ponsel itu bergetar di tangannya, dan melihat notifikasi muncul dengan nama 'Tuan Langit'. Gadis itu langsung terburu-buru membuka dan membaca isi pesan tersebut. 

Tuan Langit 
Selamat pagi Aurora, apa tidur mu nyenyak? 

Aurora tersenyum membaca pesan itu, dan mulai mengetik balasan untuk pesan Langit. Namun sebelum benar-benar terkirim, layar ponselnya sudah berubah menjadi layar panggil dari seorang Langit. Ia langsung mengangkat panggilan tersebut dan mengarahkan ponselnya ke arah telinga miliknya. 

"Hallo Langit."

"Selamat pagi sayangku, Aurora. Ayo bangun Ra saya kangen sama kamu."

Astaga, ini masih pagi jantung Aurora sudah berdebar dengan kencang. Bagaimana tidak berdebar, pasalnya lelaki yang berada di sebrang sana jarang sekali menelponnya di pagi hari. Lelaki itu paling hanya mengirimkannya pesan saja.

Aurora membuang nafas pelan, mengontrol dirinya dengan baik. "Selamat pagi Langit, iya ini aku udah bangun kok."

"Syukurlah kalau begitu, jangan lupa sholat ya."

Aurora menganggukkan kepalanya walau Langit tidak bisa melihat anggukannya. "Langit, aku minta maaf. Kemarin-" Ucapan Aurora terputus karna Langit lebih dulu memaafkannya, dari ucapan lelaki itu di sebrang sana.

"Tidak apa-apa, kamu pasti sangat lelah hari itu. Seharusnya saya tidak mengajak mu bertemu, bahkan kamu bisa langsung pulang dan beristirahat."

Bukan. Bukan seperti itu maksud dari Aurora, memang saat itu ia sedang kelelahan. Namun rasa lelahnya sudah menghilang saat dirinya melihat sosok Langit. Tapi Langit, lelaki itu selalu menyalahkan dirinya.

Aurora membenarkan rambutnya yang sedikit mengenai bola matanya. "Aku malah seneng bisa ketemu kamu kemarin." Aurora melihat jam di dinding, waktu terus berjalan. "Aku matikan ya, aku mau siap-siap sholat dan berangkat ke kampus hari ini." 

"Iya Aurora, jangan lupakan sarapan mu." 

Aurora hanya menjawab dengan dahaman, lalu gadis itu mematikan sambungan telpon dan meletakan ponselnya di atas kasur. Ia beranjak dari kasurnya dan masuk kedalam kamar mandi. Hari ini dia akan ke kampus jam tujuh pagi, karna dia akan ada pertemuan dengan beberapa orang. 

 

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Aurora Dan Langitnya | DoyoungWhere stories live. Discover now