01. Bertemu dengannya.

146 20 14
                                        

"Kamu itu terlalu manis Langit, sampai aku selalu terbuai dari setiap kata yang keluar dari bibir milikmu."

﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏

Aurora melangkahkan kaki memasuki cafe dekat kampusnya, entahlah hari ini Bandung sedikit sepi karena langit biru pagi tadi sudah berganti menjadi langit abu-abu yang menandakan sebentar lagi langit itu akan menangis. Aurora mencari keberadaan seseorang yang telah menunggunya entah sejak kapan.

Good! Aurora berhasil menemukan lelaki itu, ia mulai berjalan kearah kanan pojok dekat jendela cafe, mengarahkan kakinya untuk berjalan mendekati lelaki yang sedang melihat ke layar ponsel, entah apa yang lelaki itu lihat di monitor layarnya.

"Langit."

Lelaki yang merasa dirinya dipanggil itu langsung mengalihkan pandangannya, bertatapan dengan manik mata milik Aurora.

Aurora tersenyum tipis sebab lelaki di hadapannya ini masih terlihat tampan, bahkan ketampanannya bertambah karena gaya rambutnya yang baru, juga senyuman tipis yang terukir di bibirnya. "Duduk, Ra. kamu mau makan dulu enggak?"

Mendengar itu Aurora langsung duduk di hadapan Langit dan menaruh tas miliknya tepat di sebelahnya. Gadis itu menggukan kepalanya saat Langit menawarkan makan. Ya, Aurora sedang lapar saat ini. Senyum milik gadis itu terukir di wajahnya. "Mau Langit, aku sangat lapar." ucap Aurora sambil terkekeh pelan.

Lelaki didepanya itu mengacak poni tipis milik Aurora. Langit Altmadeva. Nama lelaki dihadapannya saat ini, lelaki yang sudah berhasil merebut hatinya sejak dua tahun belakangan ini, berkat pertemuan pertamanya dengan Langit yang tidak disengaja dan tidak akan dia duga.

Saat itu, ia berniat pergi ke toko bunga milik ibunya untuk membantu wanita parubaya itu, aktivitas yang selalu ia lakukan setiap pulang dari kuliahnya bila dia sedang tidak memiliki jadwal yang padat serta tugas yang menupuk. Aurora yang merupakan gadis sipel itu hanya memakai riasan wajah yang terkesan sangat tipis bahkan terlihat alami.

Aurora yang sedang membereskan sisah sampah yang berada di atas meja tidak sadar jika dirinya telah diperhatikan oleh seorang laki-laki yang sedang menunggu pesanan bucket bunga miliknya, sampai lelaki itu berani mendekatkan diri di hadapan Aurora dan menyapanya. "Hai."

Setelah kejadian itu, Langit semakin sering mengunjungi toko bunga milik Ibunya untuk sekedar memesan bunga atau mengajak berbicara dengan Aurora bila gadis itu berada di sana. Saat Langit merasa mereka sudah cukup akrab, ia pun memberanikan diri meminta nomor WhatsApp milik Aurora dan dari sanalah cerita mereka dimulai.

Diusianya yang terbilang cukup muda, Langit merupakan orang yang berbicara formal dan kaku. Beberapa temannya mengatakan jika ia tipe orang yang membosankan. Tapi, sejauh ini Aurora tidak pernah bosan dengan Langit. Sifat Langit bagian itu adalah salah satu sifat yang Aurora sukai dari Langit. Langit selalu memiliki kata-kata manis yang akan membuat jantug Aurora ingin meledak.

Kembali kepada dua insan yang sedang melepas rindu ini. Yah, Aurora sempat di tinggal 2 minggu dengan Langit keluar kota, karena lelaki itu sedang menjalankan penelitian untuk menyusun skripsinya.

Langit mulai membuka buku menu sesekali menatap Aurora. "Kamu mau makan apa cantik?"

Pipi Aurora terasa hangat saat lelaki didepannya memanggil dirinya cantik, walaupun mereka sudah pacaran dua tahun tetapi gadis itu masih belum terbiasa dengan panggilan itu entahlah Aurora merasa setiap ucapan dari mulut lelaki itu selalu membuat jantungnya tidak aman.

Aurora bisa melihat Langit terkekeh pelan sambil membuka lemabaran selanjutnya yang ada di buku menu. "Berapakali saya selalu memanggil mu cantik Aurora? tapi pipi mu selalu saja memerah seperti tomat."

Aurora Dan Langitnya | DoyoungWhere stories live. Discover now