5th case: the wolf in sheep's clothing

221 45 26
                                    

Minhyun membuka matanya, sedikit mengernyitkan dahi saat merasakan sakit yang berasal dari beberapa bagian di tubuhnya. Ingatan terakhirnya adalah saat dia melepaskan peluru dari Tac-50 yang saat itu berada di tangannya. Peluru yang terlepas dari senapan laras panjang itu menembus jarak kurang lebih dua kilometer, menembus kaca di sebuah gedung pencakar langit di lantai 12, menembus kepala seseorang yang duduk di sebuah kursi besar yang berada di tengah ruangan.

Laki-laki berusia sekitar akhir 50an atau awal 60an itu sedang tertawa sebelum sesaat kemudian jatuh dari kursi yang dia duduki, dengan sebuah lubang di kepalanya.

Minhyun menggerakkan jarinya di scope yang terhubung dengan senjatanya, mengubah setting scope itu sehingga membuat dia bisa melihat lebih jelas situasi yang berada jauh di depannya itu. Setelah memastikan targetnya telah dieliminasi, Minhyun dengan tenang bangkit dari posisinya yang hampir sepenuhnya tengkurap, lalu membereskan peralatannya.

Setelah memasukkan rifflenya ke dalam guitar case, Minhyun menggendongnya, dan berbalik badan, bersiap menuju escape route yang sudah dia persiapkan sebelumnya. Kepalanya agak sakit saat mengingat masalah yang targetnya sebabkan ini.

Targetnya, yang seharusnya dieliminasi di Jepang setelah sebelumnya direncanakan akan dieliminasi di Singapura, kembali ke Singapura. Rencana yang sudah kembali dia susun terpaksa dibatalkan dan dia dipaksa harus menggunakan rencana awalnya, dengan beberapa penyesuaian yang diperlukan karena waktu eksekusi pun mundur 3 hari dari yang seharusnya.

Ada beberapa hal yang mengganggu Minhyun. Hal terbesarnya adalah fakta bahwa targetnya kali ini, yang terkenal sangat mematuhi jadwalnya, bergerak diluar kebiasaan. Targetnya bergerak diluar dari jadwal yang sudah dia atur, bukan hanya sekali, tapi dua kali.

Minhyun mencurigai kalau rencananya sudah diketahui pihak target, dan dalam waktu singkat mengubah kembali rencana yang sudah dia susun.

Sebenarnya, Minhyun tidak menyukai situasi yang harus dia hadapi saat itu. Banyak hal yang bisa menimbulkan variabel yang diluar ekspektasinya, berpotensi menyebabkan gangguan pada rencana yang dia susun dan menyebankan pekerjaannya tidak berjalan dengan mulus.

Jadi, Minhyun tidak kaget saat dia melangkah keluar dari kamar hotel yang dia sewa, ada sepuluh orang yang berada tak jauh dari kamarnya. Lima orang menutup jalan ke elevator dan lima lainnya menutup akses ke tangga darurat.

Minhyun kembali mundur dan menutup pintu kamarnya, mengunci pintu itu dan berlari ke arah jendela. Minhyun menurunkan guitar case yang berada di pundaknya, mengeluarkan sebuah alat yang sebesar telapak tangannya dan menempelkan alat itu di dinding kaca yang mengarah ke sisi kanan kamar hotel, berlawanan dengan arah yang dia gunakan sebelumnya saat mengeksekusi target.

Tak lama setelah Minhyun melankah mundur, memberikan jarak antara dirinya dan dinding kaca, terdengar dobrakan di pintu. Seakan merespon dobrakan di pintu, dinding kaca di hadapan Minhyun pecah, dengan serpihan yang berserakan di lantai.

Minhyun sendiri tidak terlalu mempedulikan keduanya, baik itu suara dobrakan di pintu yang menahan penerobosnya dan saat itu bertahan hanya dengan satu engsel tersisa, maupun pecahan kaca di depannya. Dia melangkahkan kaki panjagnya ke arah lubang besar yang terbentuk dari kaca yang sudah hancur, menundukkan tubuhnya untuk meraih sebuah kait yang ditempelkan di sudut sisi luar jendela.

Minhyun mengangkat pakaiannya, mengaitkan kait yang dia ambil sebelumnya ke harness yang terpasang di balik pakaiannya, lalu memasangkan satu kait lainnya ke guitar case dan melemparkan guitar case itu keluar.

Samar terdengar suara pecahan kaca, dan sesaat setelahnya engsel penahan pintu terakhir terlepas, membuat pintu terbuka. Orang yang tadi dia lihat diluar kini berada di ambang pintu, dan tanpa membuang waktu berlari ke arah Minhyun.

The Scammer [OngHwang]Where stories live. Discover now