Gelas Plastik

46 7 0
                                    

iceparkie

"Tujuh belas, dela—

"EMPAT PULUH!"

—aduh! Ni-ki!!"

Ni-ki tergelak di depanku, di depanku yang saat ini tengah mendapatkan hukuman dari salah satu guru di sekolah karena datang terlambat. Hukumannya sederhana, hanya disuruh mengumpulkan 40 gelas plastik yang berserakan di area sekolah.

Ya, orang-orang bilang itu sederhana.

"Jangan ganggu dulu!"

Ni-ki meredakan tawanya, beralih menatapku yang kembali sibuk menghitung gelas-gelas plastik yang baru saja aku kumpulkan. Lelaki itu berjongkok, mengikutiku. Meraih beberapa gelas plastik, membuatku menatap ia dengan tajam.

"Ngapain?!"

Ni-ki melirik sekilas dan mengangkat bahunya, "Kira-kira?"

Di pengelihatan ku, Ni-ki tengah menumpukkan satu per satu gelas plastik di tangannya. Aku tersenyum kecil, menyadari bahwa Ni-ki tengah berusaha membantu. Beberapa menit berselang, aku selesai dengan bagianku begitu pula Ni-ki.

"Udah?" tanyaku begitu Ni-ki sedikit merapikan tumpukan gelas plastik di tangannya.

Ni-ki mengerutkan keningnya, "Udah apa?"

"Ngitungnya?"

Lelaki Jepang itu ber-oh ria, menelisik gelas-gelas plastik di tangannya dan melihat ke arahku, "Aku enggak ngitung."

Tidak menghitung? Lalu apa yang ia lakukan dari tadi? Menyebalkan.

"Terus?"

Ni-ki beranjak, mengedarkan pandangannya ke seluruh koridor sekolah yang masih terlihat ramai, ternyata bel masuk belum berbunyi.

"Mau bawa kabur! Dah!"

"Ni-ki!!"

Menyebalkan! Sudah aku duga Ni-ki tidak bersungguh-sungguh membantuku. Aku berlari mengejarnya, walau sebenarnya tidak mungkin bagiku untuk menyusul pemilik kaki panjang seperti Ni-ki, tapi rasa optimisku tidak pernah hilang.

Aku pasti bisa mengejarnya!

"Nishimura Riki!!" Aku meneriaki nama lengkapnya, sudah terlanjur kesal karena perbuatannya yang membuatku harus bekerja 2 kali.

"Kejar kalau bisa!"

"Sialan! Berhenti!"

Ni-ki tergelak di depan sana, terlihat puas setelah berhasil membuatku kesal. Kakinya tidak berhenti melangkah cepat, semakin menjauh dariku yang terus berteriak dengan wajah memerah padam karena kelelahan. Sejujurnya, Ni-ki hampir membuatku memutari sekolah hanya karena gelas plastik.

"Ni-ki! Si—"

Brughh

Tubuhku yang kehilangan keseimbangannya berhasil menabrak seseorang yang berada di tikungan koridor, hampir terjatuh bersama kalau saja tangan orang itu tidak menahan pada tembok. Aku terkejut, sekaligus malu. Aku mendorong kedua tanganku saking terkejutnya, membuat tubuhku malah berbalik arah dan hampir terjatuh ke belakang.

Di situ aku lihat, ternyata orang itu masih Ni-ki.

"Heh!" Ni-ki bergerak gesit, menarik pergelangan tanganku dan membuat tubuhku kembali tegak.

Kami berdua terengah-engah, antara karena berlari dengan tenaga penuh atau terkejut dengan peristiwa yang baru saja terjadi. Aku yang tadinya ingin marah-marah mendadak terdiam, aku malah menunduk sambil mengusap hidungnya.

"Sakit, ya?" Ni-ki bertanya demikian, membungkukkan tubuhnya hingga netra lelaki dapat melihat wajahku yang menunduk.

Hidung dan wajahku yang total memerah menjadi semakin merona, jarak ini terlalu dekat, aku tidak bisa menahan rona itu semakin pekat. Terkadang, Ni-ki selalu membuat jantungku berdegup tanpa aturan.

"Ge-gelas plastiknya, mana?" Aku berujar pelan, menadahkan tangan untuk meminta gelas plastik yang masih ada di tangan Ni-ki.

Aku terkejut, bukan gelas plastik yang aku dapat, malah genggaman tangan Ni-ki yang mendarat di telapak tanganku. Aku akhirnya mendongak, tidak mengerti dengan apa yang Ni-ki lakukan.

"Banyak yang jatuh, ayo kumpulin bareng."













END

⌗ Japanese Boy ⟩Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang