dua

2.2K 247 8
                                    

Mas Candra sudah berangkat kerja sejak 1 jam yang lalu, ia berangkat lebih pagi dari biasanya. Ia juga sudah merasa lebih baik dari pada kemarin sore.

Semalam, aku benar-benar tidur satu ranjang bersamanya.

Sejujurnya, walaupun kami tidur terpisah, sering kali beberapa malam dalam satu bulan kami memilih tidur bersama.

Ngomong-ngomong soal suamiku, dia adalah seorang programmer di sebuah perusahaan swasta. Aku dan Mas Candra memang berbeda.

Tentu saja dari gaji juga berbeda lumayan jauh.

Nama lengkap suamiku adalah Candra Rahadian. Seorang pria kelahiran Jakarta tahun 86. Jaraknya dengan umurku tidak terlalu jauh, hanya berbeda dua tahun.

Selesai membereskan tempat tidur di kamar suamiku. Aku langsung membereskan meja makan juga tempat lainnya.

Usai itu, aku langsung membersihkan diri. Hari ini, adalah hari Sabtu. Aku tidak pergi bekerja karena sekolah libur. Berbeda dengan Mas Candra yang hari ini masuk karena ada panggilan.

Aku masuk ke kamar milikku sebab mendengar telepon berbunyi.

"Ya, Kak?" kataku setelah menjawab panggilan dari ponsel.

Kakakku, Andri, meneleponku tiba-tiba. Entah ada apa.

"Di mana, Han?" tanyanya.

"Di rumah."

"Hari ini libur?"

"Libur."

"Ke rumah, ya."

"Oke."

Panggilan langsung dimatikan oleh kak Andri. Aku menghela napas. Obrolan yang sangat singkat juga simple. Aku langsung menyetujui permintaannya, karena aku tahu, dia akan pergi ke suatu tempat tanpa mengajak anaknya.

Dua jam kemudian aku tiba di rumahnya dengan menaiki sebuah taksi. Melihat kak Andri sudah terlihat tampan dengan pakaian yang dikenakannya.

"Sudah izin sama suami?"

Aku mengangguk. Kemudian ia menjelaskan tujuannya menyuruhku ke sini. Benar kan, ia bilang aku disuruh menjaga anaknya. Dia dan sang istri akan pergi ke sebuah acara pernikahan teman kerjanya.

"Hati-hati," kataku ketika ia siap berangkat.

Bersama Vira yang merupakan anak ketiga kak Andri mulai masuk ke dalam rumah. Umur Vira adalah kurang lebih 22 bulan. Aku kurang tahu pastinya berapa.

Alasan kak Andri tidak mengajak Vira karena takut terkena virus yang beberapa waktu terakhir menjadi trending.

Ponselku bergetar. Melihat nama Mas Candra yang tertera di sana. Ia meneleponku melalui panggilan video. Aku langsung mengangkatnya. Menyapanya senyuman.

"Sudah sampai?" tanyanya.

"Sudah."

"Mana Vira?" tanyanya

"Ini," tunjukku. Kemudian mengarahkan kamera yang tadinya menampilkan wajahku berganti menjadi Vira.

Vira yang melihat wajah Mas Candra di dalam ponsel tiba-tiba tertawa lebar. Vira dan Mas Candra memang dekat, bahkan sangat dekat. Bahkan Mas Candra tidak lagi menganggap Vira hanya sebagai keponakan, melainkan anak kandungnya.

2 menit Mas Candra bercanda dengan Vira lewat panggilan video dan melupakanku. Aku hanya bisa tersenyum.

"Di," panggilnya.

Aku langsung mengarahkan kamera ke wajahku dengan Vira yang masih berada di gendonganku.

"Kenapa, Mas?"

"Aku pengen punya anak lagi."

Aku terdiam ketika mendengar sebuah permintaan Mas Candra yang terdengar mustahil. Aku menjawabnya dengan senyuman tipis.

"Kita adopsi anak, yuk? Supaya kalau aku kerja dan lembur, kamu enggak kesepian di rumah."

Sampai AkhirWhere stories live. Discover now