prolog

98 10 0
                                        


Dibalik nabastala malam nan berkabut, kerlap-kerlip bintang yang dirindukan tersembunyi seakan enggan menampakkan diri. Awan pekat diiringi guntur bersahutan mengisi kesunyian malam, menemani sebuah daksa repui yang bergetar.

Isakan kecil namun berusaha ia tahan, lengan kurusnya berkali-kali menyapu permukaan wajahㅡmenghapus sungai kecil yang tak berhenti mengalir dari sudut mata indahnya. Wajahnya memerah bersama dengan mata yang membengkak, entah sudah berapa lama ia menangis seorang diri. Mungkin semalaman? Bisa dipastikan jika besok pagi dirinya akan disuguhi berbagai pertanyaan dari sahabat karibnya.

Malam itu, Ding Chengxinㅡsosok rapuh yang berusaha tegarㅡlagi-lagi menangisi beban berat yang ia pikul sendirian. Segalanya terasa berat, tak tahu kepada siapa dirinya harus bersandar ditengah-tengah keluarga yang tidak harmonis. Jika dahulu dirinya bisa berbagi luka dan duka pada sang mama, namun wanita yang telah berjuang melahirkannya kedunia itu tiada sejak dua tahun silam. Meninggalkan dirinya dengan sikap dingin sang baba bersama istri barunya. Benar, ayahnya menikah lagi usai tiga bulan kematian istri pertama.

Chengxin tak mengerti mengapa babanya tidak pernah menanyakan persetujuan dirinya tentang memiliki mama baru begitu cepat. Kala itu, sang baba hanya mengenalkan seorang wanita cantik sebagai calon mama, juga sosok remaja laki-laki yang Chengxin tebak seumuran dengan dirinya. Ma Jiaqiㅡbegitulah sosok itu menyebut namanya.

Chengxin kira, mungkin hidupnya akan berubah menjadi sedikit membaik dengan kedatangan mama dan saudara baru dalam kehidupannya. Namun, rupanya ia salah besar. Kasih sayang dan perhatian itu tak lagi ia dapatkan dari kedua sosok yang amat ia harapkan itu. Sang baba yang kini hanya menaruh perhatian besar pada Jiaqi, juga mama yang tampak tak peduli pada dirinya.

Chengxin kira keluarga yang kembali lengkap akan membawa kebahagian baginya setiap kali ia terbangun membuka kelopak mata dipagi hari. Pada kenyataannya, lagi-lagi harapan itu harus patah sebab tak ada yang benar-benar memperhatikan dirinya di rumah itu.

Rintik hujan yang turun berubah menjadi deras seiring berjalannya waktu yang semakin larut. Udara balkon kamar malam itu terasa dingin dan menusuk kulit pucat Chengxin yang menggigil.

Sesuatu yang menyesakkan dari dalam dadanya terasa mengikat hingga deru napasnya tak beraturan. Bahkan untuk meraup oksigen pun ia kesusahan. Tubuh ringkihnya berakhir ambruk di atas lantai dingin ysng basah. Pandangannya menggelap bertepatan dengan sosok tinggi dengan aroma mint yang khasㅡ mengangkat tubuhnya memasuki kamar.








 Pandangannya menggelap bertepatan dengan sosok tinggi dengan aroma mint yang khasㅡ mengangkat tubuhnya memasuki kamar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.




Halo teman-teman semua. Selamat datang di book ini^^

'hirap' ini adalah fanfic pertama aku dengan cast anak-anak teens in times. Kalau kalian suka, jangan lupa tinggalkan jejaknya yaa. Vote dan komenan kalian sangat berarti bagi aku, biar tetap semangat dalam menulis.

Terimakasih udah mau mampir! Sampai jumpa di chapter berikutnya!^^

HIRAP Where stories live. Discover now