#01 - The Beginning

2 2 0
                                    

Dinginnya suhu kamarku membuatku meringkuk di bawah selimut lembutku. Tanganku terjulur meraih sesuatu, sebuah MP3 player yang cukup usang. Segera kupencet tombol start, tanganku yang satunya meraih earphone yang terletak tak begitu jauh dari kasurku. Melodi lagu yang lembut itu mengalun perlahan di earphone-ku, hangat, cocok untuk menemani di suhu dingin ini. Lagu yang berisi sejuta, bukan, ribuan, Ah entahlah, aku tak begitu mengingatnya dengan pasti, banyak kenangan dari dia. Dia yang membuatku hangat, dia yang ... ah sudahlah, aku tak ingin menangisinya, setidaknya untuk malam ini.

Biar, biarkan aku mengenangmu, Denandra Keenan Athaya. Bukan, bukan untuk meratapimu, melainkan menerimamu. Menerimamu sebagai kenangan terindah yang pernah Tuhan selipkan di memoriku. Penerimaan yang indah.

~~~

“RIS! GUE KANGEN BANGET SAMA LO!"

Risa menoleh, “Padahal gak ketemu cuma beberapa hari, udah kangen berat.”

“Ya, abisnya lo, sih, ninggalin gue holiday lama, udah gitu jauh lagi,” ujarku cengengesan. “Eh btw, inget yang gue bilang, 'kan?”

“Inget, kok,” jawabnya sambil membongkar muatan tasnya, mencari-cari bungkusan yang kumaksud. “Tapi, lo bantu gue bagi oleh-oleh ini ke temen-temen, ya! Gue ke depan kelas, lo ke belakang kelas sama kasih ke yang selesai jajan.”

“Oke, beres! Eh, tapi apa gak berat sebelah, tuh, 'kan, temen-temen di depan cuma dikit,” protesku, sambil menghitung teman-teman di depan kelas, dan membandingkannya dengan teman-teman yang di belakang kelas.

“Enggak, soalnya gue juga bagi-bagi ke ruang guru sama yang lain,” jawabnya cepat, dan mendatangi salah satu teman di depan kelas, kemudian menuju ruang guru.

Aku langsung berdiri, bersiap membagikan oleh-oleh itu. Semua temanku telah mendapatkannya, hanya tinggal seorang siswa yang duduk sendirian di bangkunya, yang berada paling pojok kelas.

Aku menghampirinya, mengeluarkan sebungkus oleh-oleh untuknya, “Ini, dari Risa.”

Dia menoleh, “Apa isinya?” rabanya.
“Liat aja sendiri.” Dengan enteng, langkah kakiku mengayun menuju bangkuku.

Laki-laki itu meraba-rabanya. Aku yang melihatnya pun merasa iba dan menghampirinya, berniat membantu.
“Ini ada 2 keping catatan, 3 buah pulpen, dan 1 korektor.” Aku mengangkat tangannya untuk membantunya meraba 3 alat itu.

“Terima kasih,” ucapnya datar.

Aku menoleh ke arahnya, menatapnya tak percaya. “Lo buta? Tapi lo gak bisu, 'kan?"

“Iya gue buta. Makasih bantuannya,” ucapnya, yang setelah kubaca name tag-nya bertuliskan Denandra Keenan Athaya.

Aku menatapnya sekali lagi, lalu kakiku mengayun menuju bangkuku. Ternyata, dia buta, tapi dia hebat bisa bertahan di sini selama hampir 3 tahun, batinku.

~~~

“Sha, thanks dah bantu gue bagi oleh-oleh,” ucap Risa sambil membereskan barang-barangnya.

“Sip, KFC, ya!” balasku sambil merangkul tas dan memberikan jari jempolku. Risa menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Gak bosen apa, ayam mulu?” cibirnya. “Gas, all you can eat! Lo duluan ke halaman depan, gue masih ada urusan.”

(Un)Blind | Winwin ft Henderyحيث تعيش القصص. اكتشف الآن